Why I Decided This Step?


Oleh: Za Giami

First, Mengungkapkan perasaan

Aku hanya ingin mengatakan apa yang aku rasakan lewat tulisan. Lebih universal bahkan bisa di rangkai jadi diksi indah apalagi kalau lagi galau kan?
Iya, aku bukan tipe orang yang bisa mengatakan setiap yang aku rasakan itu pakai ucapan, kata teman-taman aku lebih handal jadi pendengar dari pada pencerita.

Tapi memang benar, aku suka berbelit-belit kalau cerita, nggak bisa full story sedangkan teman-teman bisa runtut gitu kalau cerita dan suka heran sendiri. Kok ada orang kayak gitu? Padahal asli mereka pasti juga mikir kok ada orang kayak aku. Yah, setiap orang punya keunikan sendiri-sendiri dan kita emang nggak akan bisa menyamakan satu dengan yang lainnya.
Thats it, kenapa dalam kamus kehidupan kita nggak pernah boleh saling meremehkan dan menjatuhkan.

Karena... setiap dari kita spesial yang perlu kita lakukan mensyukurinya dan mengasahnya.

Dari sana aku mulai mencari, apalagi setelah mendengar bahwa bakat kita adalah "Yang orang sering bilang terima kasih pada kita dan memuji kita" and I found it, saat aku nulis orang-orang menaruh perhatian pada tulisanku dan banyak yang.. yah bisa di bilang memuji. And finally i realized, menulis adalah apa yang orang lain harapkan dariku meski cita-cita bukanlah berdasarkan pendapat mereka tapi bukankah kita tidak bisa melihat kecacatan kita kecuali orang lain yang mengatakan?

Dan seperti di awal aku mengatakan bahwa menulis adalah caraku menyampaikan apa yang aku rasakan dengan bahasa yang orang nggak akan ngerti tulisan ini di arahkan kemana, nggak akan menyinggung dan hanya aku sendiri yang akan paham saat membacanya.

Meski beberapa tulisan bukan datang melalui perasaan, tapi datang melalui bacaan yang aku baca atau kejadian yang menimpa orang lain. Tapi memang benar beberapa tulisan juga seperti apa yang di katakan Ulama bahwa :

الكتابة تنزل منزلة القول.

"Kedudukan tulisan sama dengan ucapan"

Second, Karena aku ingin mengabadikan diriku di dalam tulisan, seperti kata Pramoedya,

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". - Pramoedya Ananta Toer

Aku sadar bahwa aku bukanlah Raja yang bisa di abadikan dalam lembaran kisah, atau ilmuan yang menemukan hal-hal luar biasa. Aku hanya seorang gadis biasa sederhana yang tinggal di sebuah desa kecil, orang-orang tidak akan ada yang mengenaliku, anak cucuku mungkin akan melupakan namaku. Maka aku mencoba mengukir namaku dalam buku-buku yang akan aku tuliskan.

Third, Ikut menjadi bagian dari orang-orang yang memajukan literasi Indonesia

Hari ini banyak anak-anak muda sebagian besar hobby mereka menscroll sosmed dan melupakan buku-buku di rak mereka, lebih menikmati bagaimana berita yang sedang viral dari pada menulis karya dan ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari. Yah, sekali lagi meski tidak semua pemuda-pemudi kita seperti ini, tapi banyak yang melakukannya dan menikmatinya, membuat daya konsentrasi mereka berkurang, cepat bosan dengan bacaan berat atau bahkan sekedar bacaan yang sederhana.
Penggiat literasi mulai berkurang, semakin sedikit kepedulian dan semakin banyak kaum rebahan yang tidak memanfaatkan keadaan. 

Thats it, Aku ingin menjadi bagian penggiat literasi dan menghadirkan bacaan yang bisa mereka nikmati dengan tulus, dengan sepenuh hati tanpa rasa bosan ya semoga saja, mereka bisa hanyut ke dalam bacaan yang aku tuliskan, meski untuk sekarang memang masih sangat butuh untuk belajar dunia ke penulisan.

Tapi, berharap adalah bagian dari perjalanan bukan? Harapan yang membuat kita mampu bertahan dengan perjuangan berat untuk meraih impian, harapan seolah menjadi puncak dari pendakian dimana setelah penatnya dan terjalnya jalan yang kita lalui kita bisa melihat pemandangan luar biasa dari atas gunung.

Seolah lelah kita terbayar, seolah penat kita memang tak pernah sia-sia untuk melihat harapan itu menjadi nyata. Maka aku berharap agar tulisan yang aku hadirkan mampu menghanyutkan mereka dalam kata-kata.

Fourth, Mengabadikan rasa

Menulis adalah salah satu cara bagaimana aku mengabadikan perasaanku. Bagaimana dulu sekali ketika sekolah dasar guru bahasa Indonesia selalu menyuruh anak-anak menulis diary atau momen ketika liburan panjang. Meski bukan sepenuhnya penggiat diary jaman sekolah dulu tapi beberapa hal memang aku abadikan lewat tulisan.

Dari sana aku ingin mengabadikan perasaan bahagia atau sedihku melalui tulisan, agar suatu saat ketika sekali lagi aku membacanya aku mengingat momen dimana hal itu terjadi dan kenapa. Yah.. sebagian cerita yang penulis tuangkan dalam lembaran adalah pengalaman pribadi, dari lingkungan, teman dekat, keluarga semua orang yang berperan dalam kehidupan bisa menjadi inspirasi sebuah tulisan terlahir.

Nah, aku ingin mengabadikan hal-hal itu dalam tulisan dalam bentuk narasi, karena memang lebih menyukai menulis cerita dari pada artikel, tapi semoga suatu hari bisa belajar buat menulis artikel juga.

Aku ingin Mengabadikan rasaku sendiri dan mengabaikan perasaan orang-orang di sekitarku, bagaimana mereka menghadapi kesulitan hidup dan survive sama hidupnya, atau bagaimana mereka menemukan kebahagiaan dalam hidup dan mencoba selalu mempertahankannya.

Aku ingin mengambil sudut pandang mereka, karena kebanyakan orang ketika menghadapi suatu masalah hanya mengambil dari sisi dia saja, tanpa memperhatikan andai kita di posisi orang yang bermasalah dengan kita.

Aku ingin menyampaikan cerita melalui sudut pandang dua arah, dan memberikan bayangan pada orang-orang andai ia berada pada sudut pandang tersebut.

Fifth, Menjadi inspirasi dan Motivasi

Maka mengapa aku menulis , adalah bahwa aku ingin memberikan Inspirasi dan motivasi kepada orang lain, tentang kehidupan, tantang kebahagiaan, tentang segala yang selama ini aku pahami dengan kaca mataku yang sederhana, yang kadang kala jangkauannya belumlah luas. Tapi aku ingin belajar dan terus belajar dan melihat lebih luas agar pengalaman yang dapat aku bagikan lebih banyak dan layak.

Menjadi penulis yang dapat mereka ambil pembelajaran di dalamnya, tentang teori-teori dalam keilmuan dan juga ilmu kehidupan melalui pengalaman.

Aku ingin mengisahkan seperti cerita Fahri menghadapi penjara dalam novel ayat-ayat cinta atau bagaimana perjuangan sekolah anak-anak di novel laskar pelangi, dan tentang perjuangan memegang prinsip untuk tidak meminum Alkohol dalam novel Pulang dan Pergi milik Tere Liye.

Dari novel-novel itu kita belajar tentang seni menghadapi hidup dan aku ingin menjadi bagian dari penulis buku-buku fenomenal itu, menjadi inspirasi dan memotivasi orang lain. Menjadi bahan pertimbangan saat mereka menghadapi masalah serupa di dalam kehidupan mereka. Semoga saja..

Pacitan, 07 Agustus 2020



Tentang Penulis:
Dwi Ninawati yang memiliki nama pena Za Giami, gadis yang lahir dan bertumbuh di Pacitan sebuah kabupaten di Jawa Timur. Mulai menyukai dunia ke penulisan sejak kelas delapan SMA, tapi baru benar-benar menekuninya tahun 2019. Penulis bisa di hubungi melalui instagram : @zagiami atau email ninazahida96@gmail.com






Share:

4 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis