Menulis, Membutuhkan Alasan atau Hanya Sebuah Alasan?


Oleh : Hanifah Yuniarsih

Sebenarnya, menulis membutuhkan alasan atau sebuah alasan? Dibawah ini tulisan dari saya, sekumpulan alasan yang saya temui saat saya menulis.

Menulis, Merupakan Hal Yang Sangat Menyenangkan.

Hal yang menyenangkan, menurut beberapa orang berbeda-beda. Tergantung kepada bagaimana seseorang itu melihat suatu objek. Saya menulis karena hal itu sangat "menyenangkan". Yap, rasanya seperti kalian-kalian yang hobi mendaki gunung, hobi travelling, atau mungkin fotografi. Kurang lebih, begitulah menyenangkannya menulis bagi saya. Dengan menulis, saya bisa merasakan semua hobi yang saya miliki berada di satu tempat. Saya menjadikan menulis sebagai wadah, tentang bagaimana keindahan alam semesta, tentang bagaimana sifat dan perilaku manusia, tentang objek dan subjek yang berada di dunia ini. Semuanya saya tuangkan dalam tulisan.

Menulis, Merupakan Sekumpulan Perasaan Yang Sulit Diungkapkan Di Dunia Nyata.

Saya termasuk seseorang yang "takut" pada dunia. Apalagi dalam memberikan pendapat. Suara saya rendah, begitupun dengan kepercayaan diri saya. Namun, dengan menulis rasanya seperti saya memiliki "tameng" tersendiri dalam menyampaikan pendapat. Saya tidak harus membuat porang-orang sependapat dengan pendapat saya, namun setidaknya dari penjabaran saya melalui tulisan itu orang itu akan mengerti apa yang sedang saya tulis. Dan ketika beberapa dari mereka setuju dengan pendapat saya, di situlah kepercayaan diri saya mulai muncul. Bahwa ternyata sebuah tulisan mampu bersuara, bahwa ternyata sebuah tulisan mampu mengutarakan pendapat dari seorang yang kurang percaya diri.

Menulis, Adalah Suatu Cara Mengeluarkan Racun Pikiran.

Bagi saya, suatu pikiran yang tidak bisa diungkapkan secara langsung bisa disuarakan lewat sebuah tulisan. Adakalanya suatu ketika saya merasa banyak pikiran dan jenuh, saya menulis. Dengan begitu, segala feses pikiran yang selama ini menjadi beban akan perlahan keluar ketika saya sedang menulis sebuah tulisan.

Tidak musti semua tulisan yang tertulis sama dengan perasaan yang sedang saya alami, namun ada beberapa yang sebenarnya saya sedang merasa kesal, tapi karna saya musti menyusun draft yang menyenangkan perasaan saya mendadak berubah menjadi menyenangkan pula. Begitulah menulis bekerja bagi saya. Ajaib memang.

Menulis, Merupakan Diri Saya Sendiri.

Dengan begitu banyaknya tata bahasa dan cara penyampaian. Menurut saya, setiap penulis memiliki caranya masing-masing. Bisa dengan cara A, B, atau mungkin C. Tergantung pada bagaimana penulis itu menyampaikan gaya tata bahasanya. Dan dengan menulis, rasanya seperti saya menjadi diri saya sendiri. Dengan segala kepercayaan diri saya sendiri, dengan segala cara saya menceritakan suatu hal didalam tulisan. Orang yang mengenal saya di dunia nyata mungkin tidak akan mengenal diri saya dalam dunia kepenulisan. Namun, orang yang mengenal saya di dunia kepenulisan, mereka lebih mengenal seperti apa pribadi saya.

Menulis, Bekerja Untuk Sebuah Keabadian.

Saya pernah membaca kutipan dari penulis senior, yang kutipannya seperti ini "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Sebuah kutipan dari Pramoedya Ananta Toer. Saya setuju dengan kutipan beliau tersebut. Mungkin memang, saya bukan seorang yang dikenal banyak orang karena suatu karya tulis. Namun, setidaknya jika suatu hari ada orang yang mengenal saya dan ingin memperkenalkan saya kepada seseorang lain di masa depan, -saat saya telah tiada- mereka dapat melihat karya saya, mereka bisa mengenal saya lewat tulisan saya.

Menulis, Membuat Saya Bersemangat.

Hal lain yang membuat saya begitu menyukai menulis adalah, menulis membuat saya bersemangat. Setiap kali saya membuat suatu karya tulis berbentuk cerita, saya selalu merasakan energi positif dari pembaca karya saya. Mereka sangat bersemangat menanti kelanjutan dari karya yang saya buat. Di sisi lain, energi itu menyerap sampai diri saya, membuat saya sebegitu semangatnya pula untuk melanjutkan karya tulis saya. Tak lupa beberapa masukan kritik dan saran, saya juga sangat menyukai itu. Tandanya, mereka -pembaca karya saya- ingin menjadikan diri saya menjadi seorang penulis yang lebih baik lagi. Dan saya selalu menerima hal itu dengan begitu senangnya.

Menulis Itu Mendewasakan

Pernah suatu ketika, saya tidak setuju pada suatu pendapat. Karena kurangnya kepercayaan diri saya, lalu saya menyampaikannya dengan sebuah tulisan. Saya juga ingin mengoreksi sifatnya yang kurang "dewasa". Bukan maksud menggurui, namun saya mencoba supaya orang-orang tidak meniru sifat yang tidak baik tersebut, tak terkecuali dengan diri saya sendiri. Saya menulis suatu nasihat, belum tentu saya sudah melakukannya. Karenanya, saat saya putuskan untuk menulis nasihat tersebut saya juga memantapkan diri agar saya tidak seperti seseorang yang saya maksud tersebut. Dan itulah kedewasaan yang muncul setelah saya menulis. Menulis membuat diri saya menjadi lebih dewasa.

Menulis Menambah Wawasan.

Ketika saya menulis sebuah cerita yang "jarang ditemui" atau cerita yang "unik" seringkali saya riset dan mencari tau lebih lanjut mengenai topik apa yang akan saya bawa dalam sebuah karya tulis. Dalam suatu karya tulis cerita, setidaknya jika pembaca ingin tahu dan seperti terjun didalamnya, penulis harus tau lebih detail tentang topik yang akan ia bawa, penulis wajib mengetahui mengapa dan bagaimana suatu topik itu sampai akhirnya terbawa dalam suatu cerita tersebut. 
Dan karena riset itulah wawasan saya bertambah. Itulah mengapa menurut saya menulis dapat menambah wawasan untuk saya.

Menulis, Bukan Hanya Sekedar Memberi Pelajaran Namun Juga Belajar.

Yang saya alami selama ini, -selama saya menulis- adalah saya tak berhenti untuk belajar dan belajar. Belajar memperbaiki tulisan saya, belajar riset topik dengan cara yang mudah dan efisien, juga belajar mengenal tentang dunia kepenulisan. Banyak sekali yang musti di pelajari dalam dunia menulis. Cara menulis setiap penulis juga tentunya tidak akan sama dari waktu ke waktu. Belajar bisa dilakukan dengan banyak hal, berkumpul dalam suatu wadah atau komunitas menulis misalnya, disana tentunya akan mendapatkan banyak pelajaran berharga. Termasuk koreksi diri atas sebuah karya yang dibuat. Dan menulis, menurut saya adalah belajar selamanya.

Saya Menulis Karena Saya Ingin Menulis.

Dan, alasan paling utama saya menulis adalah karena saya ingin menulis. Mengekspresikan tentang diri saya dalam suatu karya, dan menciptakan beberapa karya yang dimana orang lain akan dapat menikmati karya saya. Saya menulis untuk diri sendiri. Namun, saya juga selalu mencoba menulis untuk oranglain. Menerima segala kritik dan saran juga belajar memahami diri saya sendiri. Saya menulis karena saya amat menikmatinya. Setiap kata, setiap bait, setiap sajak.  Menurut saya, karya tulis merupakan bentuk seni yang sangat indah dan tidak ada tandingannya di dunia saya. Hehe. Saya senang menulis. Saya bahagia saat saya menulis dan menghasilkan karya.

Jadi, Menulis membutuhkan alasan atau sebuah alasan? Bagi saya sendiri menulis tidak membutuhkan begitu banyak alasan. Hanya karena kamu menulis, hanya karena kamu ingin menjadi penulis, hanya karena kamu ingin dikenal. Menulis sesungguhnya tidak membutuhkan alasan khusus atau seberapa banyak alasan. Cukup karena kamu senang menulis, kamu senang bergelut dengan kata, dan juga kamu mencintai dunia kepenulisan.

Salam Literasi.


Tentang Penulis : 

Hanifah Yuniarsih, memulai menyukai menulis sejak ia duduk di bangku SMP. Tepatnya sekitar 9 tahun yang lalu. Meski pernah mendebutkan Novel pertama pada tahun 2016, ia tak pernah berhenti belajar dan belajar. Baginya "Menulis adalah karena saya ingin menulis!". Menulis merupakan tamengnya, ia sangat percaya diri jika sudah menulis. 

kenal saya lebih jauh di Instagram : @Haniffaay 

Share:

1 comment :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis