Tulisanku dan Alasanku



Oleh : Raisa Arfiani

 

Ketika orang menulis, selalu ada alasan kenapa dirinya menulis. Alasannya pun bisa bermacam-macam, begitu pula dengan ku.

 

Tulisan lebih indah daripada perkataan.

Hal ini terjadi ketika ingin menyampaikan banyak informasi tetapi otak rasanya berpikir sangat cepat dan mulut tidak mampu mengimbangi. Penyampaian yang tidak urut, tidak detail, terpenggal-penggal atau bahkan terdengar sangat cepat membuat kebanyakan orang tidak mampu memahaminya dan mengharuskan adanya pengulangan penyampaian informasi. Dengan menulis, pengulangan diminimalisir karena tulisan bisa dibaca kembali serta dikoreksi ketika ada kesalahan penggunaan kata dan kalimat sehingga penyampaian menjadi lebih urut, jelas, detail, dan mudah dipahami.

 

Banyak berbicara, menguras energi.

Pernahkah kalian merasa cepat lelah ketika harus berbicara banyak hal?

Perasaan lebih cepat lelah ketika harus berbicara untuk menyampaikan banyak hal inilah yang mendasari diri ini untuk menulis. Menulis lebih menghemat tenaga dengan meminimalisir kesalahan penyampaian sehingga meminimalisir adanya pengulangan penyampaian informasi.

Berbicara memang kegiatan yang sangat penting ketika ingin menyampaikan sesuatu namun, menyampaikan sesuatu tidak harus dilakukan dengan berbicara, salah satu contohnya adalah menulis.

 

Belajar juga tentang seni.

Menulis merupakan kegiatan sederhana yang semua orang bisa lakukan. Namun, tidak semua orang bisa dan mau menulis dengan indah. Bukan tentang bentuk tulisan, tetapi tentang kata dan kalimat yang menyusunnya.

Sebenarnya, menulis juga belajar tentang seni, yaitu seni memperindah kata-kata.

Seni berarti suatu ekspresi perasaan manusia yang memiliki unsur keindahan dan diungkapkan melalui suatu media serta dapat dirasakan oleh panca indera manusia.

Tidak melulu puisi atau cerita, caption instagram pun perlu seni dalam penulisannya. Dengan menulis, pikiran dijabarkan dalam bentuk tulisan yang indah dan dapat dirasakan orang lain.

 

Menumpahkan emosi terdalam

Emosi adalah reaksi perasaan yang terhadap suatu hal. Setiap orang pasti pernah emosi, entah senang, sedih, marah, atau lainnya.

Ada orang meluapkannya secara langsung seperti marah, tertawa, atau menangis. Ada juga yang curhat kepada keluarga, teman, bahkan pacar. Namun ada juga yang sudah melakukan itu semua tapi rasanya masih ada yang mengganjal dan kemudian menumpahkannya lewat menulis. Dengan menulis tanpa sadar menumpahkan semua emosi bahkan yang terdalam sekalipun. Entah menulis di buku diari, di phone note atau bahkan di status WhatsApp, di Instastory, dan di tweeter. Rasanya menulis saat emosi, seperti ada yang keluar tapi tidak terucap.


Menampung imajinasi liar.

Otak selalu bekerja setiap saat, dimana pun dan kapan pun. Bahkan saat diam atau tidak sedang melakukan apapun, otak tetap bekerja.

Saat buang air atau sedang mengamati sesuatu, di otak pasti pernah terlintas hal-hal yang aneh, yang membingungkan, yang membuat kita bertanya-tanya, bahkan suatu ide.

Imajinasi inilah adalah hal sangat berharga. Mungkin untuk dicari tahu agar menambah pengetahuan atau ide tersebut dikembangkan dan menjadi bermanfaat. Tapi yang namanya manusia, lupa adalah hal yang lumrah dan menulis adalah salah satu cara agar hal yang berharga tersebut tidak hilang sia sia.

 

Mengisi waktu.

Suatu kali pasti ada kalanya tidak ada yang dilakukan atau merasa bosan melakukan kegiatan yang sama dan itu-itu saja seperti main hp, nonton drama atau film, mandi, makan, tidur, bersih-bersih rumah, dan lainnya apalagi saat pandemi begini, yang lebih baik dirumah saja.

Menulis adalah salah satu kegiatan yang bisa dibilang tidak sering dilakukan kecuali jika penulis. Dengan menulis bisa mengisi waktu yang tidak tahu akan digunakan untuk apa, selain itu juga menghasilkan karya.

 

Melatih otak

Bisa dibilang menulis adalah kegiatan yang gampang-gampang susah. Bentuk tulisan yang mungkin mudah dibuat adalah cerita dan puisi, sedangkan yang mungkin sulit adalah essay, karya ilmiah, dan lainnya. Di dalam menulis itu, bisa "mengarang" dan terkadang tidak bisa, yaitu saat tulisan harus dibuat sesuai fakta.

Membuat sebuah tulisan yang baik dan menarik dibutuhkan penyusunan kalimat yang pas. Penyusunan kalimat inilah yang membuat otak harus berpikir. Karena otak harus berpikir secara tidak langsung juga melatih otak, yaitu dengan terus mencari kata yang pas dan menyusunnya menjadi kalimat yang baik.

 

Menantang.

Menantang itu tidak melulu tentang kegiatan ekstrim, memacu adrenalin atau memacu detak jantung.

Menurutku menulis juga adalah kegiatan yang menantang terutama dalam berpikir. Misalnya, dalam membuat cerita. Sebisa mungkin untuk membuat alur yang baru serta menarik, tidak mudah ditebak, penuh imajinasi yang tidak terpikirkan orang lain, dan sebagainya. Kemudian, membuat artikel. Sebisa mungkin mengangkat topik yang menarik serta jarang dibahas, membuat isi dan judul yang menarik.

Semua itu tidak mudah tetapi justru sangat menantang. Bangga dan puas apabila berhasil menciptakan sebuah karya.

 

Banyak Lomba

Di Instagram, banyak bertebaran postingan poster tentang lomba menulis. Misalnya puisi, cerpen, essay, dan lainnya. Dari yang berbayar hingga yang gratis.

Sebagai orang yang suka kompetisi, rasanya gatal jika melewatkan kesempatan mengikuti lomba apalagi lomba tersebut gratis.

Makadari itu kuputuskan untuk mulai menulis dan mengikuti lomba-lomba yang ada. Jika menang menjadi kebanggaan tersendiri, jika kalah berarti butuh latihan lagi.


Sebagai Pengingat Masa Lalu.

Ketika punya tujuan, cita-cita, dan harapan aku lebih sering menuliskannya. Entah di smart phone, buku, atau hanya selembar kertas.

Setiap tahun, tujuan, cita-cita, serta harapan tersebut selalu berubah dan yang dulu-dulu semakin tenggelam.

Ada kalanya ketika sedang bersih-bersih menemukan catatan lama tersebut dan iseng membacanya. Seketika mengingatkan bahwa dulu pernah menginginkan ini itu dan sekarang menjadi seperti ini. Ada kesenangan tersendiri ketika teringat lagi masa lalu dan terkadang juga sedih jika diingatkan dengan masa lalu yang tidak baik. Kemudian menulis lagi harapan agar suatu hari nanti bisa membacanya lagi sebagai pengingat masa lalu.

 

Itulah beberapa alasan aku menulis. Orang lain tentu memiliki alasannya sendiri. Menulis itu susah-susah gampang dan jangan menganggap sepele menulis karena menulis itu banyak manfaatnya, entah untuk sekarang atau dimasa yang akan datang.

Semarang, 7 Agustus 2020


Tentang Penulis :

Hai, namaku Raisa Arfiani. Aku lahir pada tanggal 24 Februari 2001 di Semarang. Aku suka menulis tapi aku seorang ambivert dan bukan seorang introvert seperti kebanyakan penulis. Aku harap bisa terus mengembangkan tulisanku hingga semakin baik dan nantinya banyak orang yang membaca serta menyukai tulisanku. 

Share:

3 comments :

  1. Wahhh alasannya boleh juga. Beberapa ada yang menarik banget.

    ReplyDelete
  2. Beberapa masih ada yang bahasanya kaku. Mungkin kedepannya bisa nulis yang bahasany lebih santai

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis