Tentara Pengingat


Oleh : Ayu Istiawanti


1. Kotak Curhat
Jika ditanya alasan menulis, saya tidak tau ingin memulainya dari mana. Tetapi yang teringat jelas, semua bermula dari diary biru. Saat pikiran beranggapan bahwa tidak ada seorangpun yang peduli, Maka teman sejati yang selalu ada untuk mendengar cerita kita adalah buku. Dari sanalah saya mulai menulis. Yap, bisa dikatakan bahwa buku adalah teman curhat yang setia. Begitulah sudut pandang seorang introvert seperti saya, tidak mudah mempercayai orang untuk menceritakan semua kisah, maka alternatifnya adalah menulis, karena tidak mungkin buku akan menyebarkan aib kita dengan cara berghiba. Nah, curhat dengan buku itu aman, bisa menjaga rahasia, Hehe. 


2. Menulis sebagai penawar rindu.
Seperti postingan kemarin, Ini tidak jauh beda, seorang introvert sedang jatuh cinta. Ets, misalnya. 
Maka, menulis adalah cara efektif untuk mengungkapkan perasaannya. Tidak mungkin seorang introvert berani mengungkapkan rindunya. Nah, jika terus-terusan dalam kubangan rindu, pasti akan merasakan galau akibat perasaannya. 
Maka, salah satu obatnya adalah menulis. Sama seperti mengungkapkannya langsung, seakan beban rindunya sudah hilang.
Sesederhana itu bukan :)
Tetapi, obat mutlaknya rindu. Menurut saya adalah Doa, sehebat apapun tulisan rindu kita, tetap saja ketetapan ada pada yang memberikan rasa yaitu Allaah Azza wa Jallah.
Jadi kalau rindu, berdoalah dan menulislah :)

3. Menulis karena Panggilan Hati. 
Sama dengan postingan sebelumnya ....
masih membahas faedah menulis bagi kesehatan hati.
Karena menulis dapat mengekspresikan segala rasa. 
Tak jarang kita mendengar kata "Baper" dari seorang pembaca.
Jawaban yang tepat untuk mereka adalah
"Karena segala sesuatu yang berasal dari hati akan sampai pada hati"
Singkatnya "Hati ke Hati." Yap, kita sebut bahasa hati :)
Menulis telah memberikan saya cinta. Hingga, saya menulis dengan senang hati.
Seharusnya kita melakukan segala sesuatu dengan cinta. 
Bukan karena tuntutan pekerjaan, deadline dsb...
Maka tumbuhkanlah rasa cinta pada setiap pekerjaan yang kita lakukan.

4. Menulis, sebab kita penuntut ilmu.
Untuk tulisan hari ini beda, bukan soal perasaan. Melainkan sebuah kewajiban bagi kita para penuntut ilmu.
Saya ingat jelas saat pertama kali mengikuti tarbiyah (majelis ilmu), pembicara menyampaikan bahwa
"Ikatlah ilmu dengan menulisnya" perkataan itu merupakan sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. (Imam Syafi'i)
Nah, betapa pentingnya menuliskan ilmu, karena kapasitas ingatan kita tidak sehebat Imam Syafi'i. 
Karena sifat manusia pelupa, itu mengapa kita perlu menulis. 
Marilah kita menjaga ilmu dengan menuliskannya. Jadi, jika sewaktu-waktu kita lupa, maka dokumen ilmu ada dalam catatan kita.

5. Menulis, sebab kita penuntut ilmu (2)
Lanjutan postingan sebelumnya.
Al-Quran adalah kalam Allaah yang disampaikan kepada Rasulullah melalui malaikat jibril.
Apa kaitannya Al-Quran dengan menulis?
Pertanyaan di atas mengingatkan saya pada pelajaran tarikh (sejarah) pada bab khulafaurrosyidiin. Pada masa khilafah Utsman bin Affan, telah ada Al-Quran pertama dalam bentuk tulisan yang kita kenal dengan Mushaf Ustmani. 
Awalnya para sahabat menuliskan Al-Quran pada pelepah kurma, kulit binatang dan di atas batu, tentunya berdasarkan wahyu.
Itulah, yang saya ingat dalam pelajaran tarikh. Jika keliru, tolong diberitahu.
Apa jadinya jika tidak ada Al-Quran dalam bentuk tulisan. Kembali lagi, betapa pentingnya menulis :)

6. Menulis untuk Dakwah
Lima alasan menulis yang telah saya share, semuanya bermanfaat untuk diri kita.
Tetapi, postingan kali ini berbeda. Bukan hanya diri sendiri yang merasakan manfaatnya, melainkan untuk orang lain. Apa itu?
Ya, betul. Alasannya adalah karena dakwah :)
Siapa yang tidak ingin tulisannya menjadi ladang pahala. Jelas, pasti kita semua mau. 
Nah, jawabannya adalah menulis untuk dakwah.
Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
Kebayang kan betapa bahagianya kita, jika ada seseorang dapat hidayah melalui tulisan kita.
Nah, itu salah satu alasan yang membuat saya semangat menulis.

7. Menulis untuk Nasihat.
Berbicara nasihat, tidak hanya ucapan. Nasihat juga bisa kita jumpai dalam tulisan.
Kemarin, membahas tentang kaitan tulisan dengan Al-Quran.
Sama dengan postingan kali ini, tulisan bisa menjadi nasihat. Dan sebaik-baik nasihat adalah Al-Quran. 
Jika punya masalah atau merasa putus asa, maka bacalah Al-Quran. Insyaallah kita akan merasa lebih baik.
Al-Quran adalah obat bagi jiwa.
Nah, jika jiwa terguncang, kembalilah mengingat Allaah, membaca kalamNya.
Karena, hanya mengingat Allaah hati menjadi tenang :)
Alasan saya menulis salah satunya untuk nasihat. Mungkin diluaran sana banyak orang rapuh dan butuh nasihat. Jangan kan orang lain, bahkan kita sendiri juga butuh nasihat.

8. Menulis, mengabadikan kenangan.
Setiap perjalanan hidup, ada saja cerita yang membuat kita terkesan.
Cerita bersama orang tercinta, suasana yang tidak ingin dilupakan.
Nah, bagaimana cara mengabadikan kenangan?
Tentu saja dengan menulis.
Apa lagi jika seseorang itu tidak lagi membersamai. 
Moment indah tidak hanya diabadikan dengan potretan foto, tetapi kita juga bisa mengenangnya dengan tulisan.
Kan kutulis kepingan-kepingan kenangan dan menyatukannya dalam lembaran keabadian. Jadi, jika rindu menghantui, kita bisa bersembunyi pada lembaran-lembaran kenangan yang kita tulis.
Dengan menulis kita bisa dikenang. Dan dengan tulisan kita bisa mengenang. 
Jadinya, kenang mengenang. 

9. Menulis, karena saya bukan siapa-siapa.
Alasan kali ini, tentang diri saya sendiri. Pribadi pendiam yang sulit beradaptasi dengan orang baru. 
Pernah ada orang yang menyamakan saya dengan batu. Yah, karena batu itu pendiam, bahkan tidak bisa bicara. Hehehe.
Jika kamu bukan anak raja dan ulama' besar, maka menulislah." (Imam Al Ghazali)
Yah, karena saya bukanlah siapa-siapa.
Dengan sikap saya yang pendiam, membuat saya berpikir, bahwa orang disekitar tidak menyadari keberadaan saya, atau mungkin tidak menganggap saya ada.
Karena ada tidaknya saya, tidak memberikan pengaruh apapun pada dunia.
Saya tidak mau itu. Jadi, jalannya adalah menulis :)

10. Menulis, untuk Meninggalkan Warisan
Setelah postingan sembilan alasan menulis sebelumnya. Saya rasa alasan ke-10 ini cocok untuk jadi penutup.
Karena setelah kita menulis, itu akan menjadi warisan generasi selanjutnya. Sehingga kita dituntut untuk selalu menulis kebaikan. 
Betapa jahatnya kita jika meninggalkan sesuatu yang sifatnya merusak. Bukankah itu termasuk dosa jariyah.
Pun sebaliknya, betapa bahagianya kita tersenyum di akhirat karena amalan jariyah memberatkan timbangan kebaikan kita.
Begitu banyak syair yang diwariskan oleh imam dan para ulama untuk memantik semangat kita melakukan kebaikan.
Jika kita ke perpustakaan, begitu banyak buku fiqih, tauhid, tarikh, adab dsb... 
Warisan terbaik bukan harta melainkan ilmu :)


Bionarasi
Ayu Istiawanti lahir di sungguminasa, 16 Juni 1999. Ia memiliki nama pena dengan sebutan Anila Avanti.

Share:

2 comments :

  1. Masya Allah. Sepuluh alasan menulis kakak hampir sama dengan alasan saya menulis selama ini. Masya Allah

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis