Sembari Menunggu, Perbaiki Saja



Oleh : Deci Aryani

Menunggu. Satu kata yang hampir semua orang tak menyukainya. Selain membosankan, menunggu juga bisa berefek dengan waktu. Kebermanfaatan waktu yang terbuang begitu saja. Kalo kata orang barat "Time is money". Aku bilang, "waktu" itu sesuatu yang tak bicara, tak bergerak, dan tak akan pernah berjalan mundur. Ia selalu maju. Bagi orang yang sedang menunggu, "waktu" kadang bisa menjadi hal yang menyenangkan atau menyeramkan tergantung dari berita yang dia tunggu.

Tapi, di dunia ini kita semua terjebak dalam penantian. Menunggu. Karena kita hanya dipersilahkan hidup sebentar saja sembari menunggu giliran untuk kehidupan berikutnya. Terlepas dari itu, ketika di dunia kita juga harus berhadapan dengan kata "menunggu". Bagi dua insan yang baru saja menggelar resepsi untuk melengkapi agama, menunggu datangnya kepercayaan dari Sang Maha Kuasa untuk mereka memiliki seseorang yang dapat meramaikan rumahnya, anak. Ketika nanti anaknya lahir, mereka menunggu perkembangan anaknya. Lalu beralih pada anaknya yang menunggu setiap masa dalam kedewasaannya. Menunggu masuk sekolah, kuliah, persetujuan dosen pembimbing untuk tugas akhir, menunggu moment wisuda yang merupakan impian dari semua anak untuk memberikan kebahagian kepada orang tuanya, menanti sang imam yang masih berkelana mencari jalan agar dipertemukan, dan akhirnya menjadi orang tua. Siklusnya sama.

Lantas, apa hal yang bisa kita lakukan dalam masa menunggu? Menjadikan penantian lebih bermanfaat? Tentu banyak sekali. Salah satunya "perbaiki saja". Perbaiki semua hal, hubungan dengan Yang Maha Esa, hubungan dengan manusia, dan hubungan dengan lingkungan.

Aku?

Dalam masa #dirumahaja, dengan segala hikmah dan nikmat yang Dia berikan, aku memilih untuk memperbaiki diri. Meng-upgrade diri. Mengembangkan potensi diri. Salah satunya dengan menulis. Berikut aku berikan 10 alasan mengapa aku menulis. Semoga bermanfaat.

 

-Bagian Satu-

Teringat satu kalimat dalam sebuah film yang aku tonton beberapa waktu lalu

"Satu peluru hanya bisa membunuh satu orang, tapi satu artikel bisa membunuh banyak orang"

Di era milenial ini, teknologi berkembang sangat pesat. Hampir seluruh orang di penjuru dunia memiliki setidaknya satu teknologi. Gadget. Salah satu media praktis untuk mencari informasi. Terlepas dari informasi positif atau negatif, benda itu sangat mempengaruhi.

Tak hanya itu, buku, koran, dan media cetak lainnya juga dengan pesat dapat mempengaruhi pembaca. Misalnya, seperti info hangat yang baru-baru ini beredar di industri makanan, atau mengenai pandemi yang saat ini kita hadapi. Jadi, tak salah jika kalimat diatas kita akui, Benar.

 

-Bagian Dua-

"Menulis untuk peradaban," ucapnya.

Kata seorang Coach di kelas menulis online ku beberapa waktu yang lalu.

Salah satu jalan untuk tetap menebarkan kebaikan meski tak tatap muka. Menulis.

Tidakkah aku ingin menjadi bagian yang bisa menyebarkan kebaikan? Tentu. Bahkan jika hanya bisa menulis satu huruf A saja, atau A, B, saja, aku tetap akan menulis. Setidaknya, untuk anak-anak dalam masa perkembangan, A dan B menjadi pelajaran utama.

It's so simple, medianya sudah ada. Kenapa tidak digunakan?

 

-Bagian Tiga-

"Kamu adalah apa yang kamu baca," sebuah nasihat dari sang guru.

Maka aku ingin memberikan bacaan yang baik pada tiap insan. Melalui tulisan.

 

-Bagian Empat-

"Menulis adalah obat," ucapku.

Sebagai seorang pelupa, menulis adalah salah satu alternatif yang paling efektif. Tak jarang di katakan "sombong" lantaran melupakan nama seorang teman yang baru saja bersua. Solusinya, menulis namanya sepanjang jalan kenangan, lengkap.

  

-Bagian Lima-

"Menulis adalah pekerjaan yang paling banyak berbicara," batinku.

Iya, bicara pada diri sendiri. Sebelum menuangkannya dalam sebuah coretan dikertas, ia menari-nari terlebih dulu dalam fikiran. Dan diri, butuh ruang untuk fikiran dan hati bercengkrama.

 

-Bagian Enam-

"Menulis itu melatih otak," Ucapku.

Iya, menulis tak hanya memadukan satu huruf bersama huruf lain sehingga menjadi sebuah kata. Tapi, dibalik kata yang muncul tentunya seorang penulis ingin kata itu bermakna. Bermanfaat bagi pembaca Dan untuk menemukan itu, penulis benar-benar harus memberikan yang terbaik saat menulis, memikirkan dengan bijak dan objektif. Disaat bersamaan otak kiri dan kanan pun bekerja.

 

-Bagian Tujuh-

"Menulis tempat meluahkan cinta," fikirku.

Ketika membuat sebuah pesan, ada satu hal yang tak diucapkan tapi bisa dirasakan, cinta. Dengan harapan yang membaca juga menerima dengan cinta. Karena sesuatu yang diberikan dari hati akan jatuh ke hati.

 

-Bagian Delapan-

"Menulis itu mencatat jejak kenangan," fikirku.

Ada masa dimana melihat catatan lama menjadi cerita yang indah dikenang.  Terlepas dari pahit atau manis cerita itu, ia menjadi rasa tersendiri yang hadir ketika memori dikepala kembali menari mengingat masa.  Lalu, menyadarkan diri bahwa "aku pernah diposisi ini".

 

-Bagian Sembilan-

"Menulis itu seperti bercocok tanam," gumamku ketika melihat batang kelapa di ujung komplek perumahan.

Kamu akan memetik apa yang kamu tanam, alias suatu hari nanti ada masa dimana tulisan mu menjadi alarm untuk diri sendiri. Tidak pun kamu teringat, akan ada orang lain yang mengingatkan dengan kata ajaib

"dulu, kamu kan pernah bilang begini... "

"dulu, aku pernah baca tulisan kamu yang begini... "

Selamat, kamu akan terkejut oleh ulah mu sendiri. Maka, jadikanlah ia sebagai alarm yang baik. Jika harus balik ke diri sendiri, ia tak meninggalkan bekas luka.

 

-Bagian Sepuluh (Akhir)

"Aku menulis karena Allah," batinku.

Ini adalah alasan paling mendasar dan utama.  Tapi, kenapa di akhir? Karena aku tak ingin mencari alasan apapun (lagi). Ketika Allah menjadi alasan, maka alasan lain menjadi cukup.

  

                                                                                                            Jambi, 08 Agustus 2020

  


Tentang Penulis:

Deci Aryani. Lahir di salah satu desa di Provinsi Jambi, Desa Teluk Sikumbang, pada 29 Desember 1998. Putri kedua dari pasangan Bapak H. Agustam dan Ibu Hj. Tariah. Berprinsip pada motto "Nafi'un Lighairihi", bermanfaat bagi orang lain. Memiliki mimpi menjadi penulis untuk peradaban.


Share:

24 comments :

  1. Menulis karenaNya. Semoga tulisan kita berfaedah bagi pembaca ya kak :)

    ReplyDelete
  2. Mntap,, alasan nomor 10,, jadi nomor 1 keren tu,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe sengaja dibikin begitu:)
      Terima kasih sudah mampir🙏

      Delete
  3. Manfap
    Semangat ci, like juga blog kakak juga ya

    ReplyDelete
  4. Mantap ci, ditunggu lagi tulisan deci selanjutnya. Semangat ✊

    ReplyDelete
  5. Mantap ci, ditunggu lagi tulisan deci selanjutnya. Semangat ✊.

    Dari : bang Farnando Rahmat

    ReplyDelete
  6. Mantap kk, No.10 paling utama yak😇
    Smngt berkarya terus kk Deci.. ✊

    ReplyDelete
  7. Masyaa Alloh semangat terus kak 😊

    ReplyDelete
  8. Kalau sama-sama menunggu gimana bisa bertemu :(

    Semangat Deci! Semangat dalam penantiannya, semangat dalam aktivitasnya, semangat dalam banyak2 membaca dan menulis!

    YOU MISS 100% OF THE SHOTS YOU NEVER TAKE! WHO DARE WINS!

    ReplyDelete
  9. Siapa yang hidungnya berlebih wkwkw
    Okehh kakakk.. Makasih

    ReplyDelete
  10. Maa syaa Allah, keren sekali kak🥰semangat terus yaa✨✨✨

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe terima kasih, kamu juga semangat terus.. 🌷

      Delete
  11. Sembari menunggu, aku membaca artikelmu. Bagus sekali Deci, insyaallah bermanfaat. Semangat :)

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis