Perihal Perjalanan yang Tersimpan dalam Bingkai Kepenulisan

Oleh : Nur Asiyah


"Hal tak terduga seringkali tiba. Bersamaan menyapa, enggan memperkenalkan nama. Tapi tenang saja, segalanya akan terselesaikan segera. Begitupun kit(a)" 


Izinkan saya berbagi sedikit mengenai sepuluh alasan di balik ingin yang terlampau sering. Hingga terbit perihal pasti yang mendorong jiwa menggeluti dunia menulis ini. Alasan pertama, datang dari suka yang teramat menggelitik untuk meluapkan hal-hal kecil dalam angan ke bentuk penjabaran yang mendefinisikan. Mengapa demikian? Terlalu sulit bagi saya mengungkapkan sesuatu yang saya lihat dengan menyampaikannya pada orang lain. Dengan cara bicara saya yang dikenal terlalu cepat dan artikulasi yang kurang memadat. Ini mungkin memberikan kesan kurang nyaman pada yang mendengar. Sehingga mereka segera mengiyakan tanpa mencoba menggali lagi apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Lalu bagaimana selanjutnya? Saya memilih mengasingkan diri dari keramaian. Menuangkan segala hal dalam angan dengan kembali menggoreskan tinta di atas lembaran-lembaran harian. Seingat saya, kegiatan tersebut mulai terjadi di usia sembilan tahunan. Sebenarnya di usia yang terbilang masih anak-anak, "lupa" belum menjadi rutinitas akut yang datang di saat tidak diinginkan. Namun seiring masa berganti tahun dan jatah usia semakin berkurang, perilaku ini muncul perlahan. Bagaimana tidak? Sebagai seorang anak yang kewajibannya hanya cukup dengan belajar. Memberikan konsekuensi bagi saya untuk terus mencatat dan mencatat apa-apa saja yang diterangkan oleh guru saat di kelas. Jika ada satu saja poin yang terlewat, maka saya harus menyelesaikan catatan segera. Kalaupun dirasa kurang, saya memutuskan untuk meminjam buku teman. Agar saya bisa menulisnya dengan rapi dan mengesankan. Nah, mengapa harus ditulis rapi? Sejak kecil saya dilatih untuk menulis sesuai tatanan yang enak dibaca dengan ukuran yang tidak besar pun tidak terlalu kecil. Pada akhirnya tulisan yang saya hasilkan sering disebut mirip ketikan komputer oleh orang-orang. Saya beritahukan sesuatu hal bahwa, saya bukan seseorang yang mudah dalam menghafal. Karena apa? Ingatan saya akan lebih sampai jika hal yang disampaikan orang lain, saya tulis di atas kertas. Atau jika tidak ada kertas maka saya akan gunakan telapak tangan saya bahkan mencari media apa saja yang bisa tertuliskan dengan baik di sana. Selama yang ditulis masih berupa pesanan makan dan minum teman atau nomor telepon, itu tidak jadi masalah. Tapi tunggu dulu, biasanya sih saya banyak menulis pada diary pribadi mengenai "bagaimana cerita yang saya hadapi dan temui hari ini". Mengapa? Karena ini sudah menjadi kebiasaan saya. Entah bagaimana awalnya, seringkali usai melakukan perjalanan pasti saya segera memaparkannya secara kompleks dari segi waktu hingga sesampainya di rumah dan berpisah. Biasa, bukan? Apalagi saya seorang perempuan, kalau sudah berbicara soal nyaman yang mendatangkan bahagia hmm... sudahlah. Dan dengan bermodalkan lembaran kertas itulah, saya dapat membacanya kembali sambil senyum-senyum malu. Kadang beberapa pertemuan dan perencanaan bisa dengan mudah terlewat untuk tidak dipenuhi. Sebenarnya sederhana untuk diingat, tapi balik lagi saya adalah seorang pelupa. Apa yang saya lakukan? Pertama, mencatatnya di kertas dengan dibubuhi warna stabilo agar terlihat jelas, karena mengingat penglihatan sudah buram. Atau menulisnya besar-besar di tempat yang sering saya singgahi dengan sticky notes. Kedua, saya memilih mengabadikannya dalam salah satu aplikasi telepon genggam. Di sana saya tidak sekadar mengetik namun juga menghiasnya dengan fasilitas editnya. Seperti warna, font, perataan, imbuhan gambar, dan mungkin terdapat link sebagai acuan jika dibutuhkan. Dengan begitu, saya belajar untuk lebih menghargai waktu. Beranjak remaja, saya memutuskan untuk memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jauh dari domisili. Di sana saya menempuh jurusan Multimedia. Hingga duduk di kelas VIII, saya baru berani dalam mengikuti salah satu ekstrakurikuler sekolah. Sebut saja MCC (Metamorph Creative Crew), dan langkah awal saya dimulai sebagai seorang reporter. Bersama mereka ini saya jadi mengenal istilah "deadline". Satu kata itulah yang kemudian mengembangkan aktivitas saya dalam mencari bahan artikel untuk dimuat dalam Mading dan Majalah. Setiap ada waktu kosong, saya mencoba membuat daftar pertanyaan semampu mungkin. Tentunya dengan ditulis, bukan? Dan kesepakatan bersama rekan. Terjun sebagai salah satu anggota tim Jurnalis sekolah, saya pun dituntut untuk banyak membaca. Agar setiap yang akan ditanyakan, ruang lingkupnya dapat jelas dan terarah. Tidak terlalu monoton dan tidak juga melebihi batas yang seharusnya. Kebetulan guru bahasa Indonesia kala itu menugaskan kepada siswanya untuk membaca satu buku fiksi berjudul "Negeri 5 Menara" karya Ahmad Fuadi. Lantas saya pun segera mencari buku yang dikatakan tadi. Dengan berbekal hasrat keingintahuan yang luar biasa, saya pun memberanikan diri pergi ke toko buku di kota Surabaya. Berangkat dengan seorang teman, jujur itu momentum perdana saya belanja buku. Sebelum ditugaskan untuk menambah bahan bacaan berupa fiksi, saya lebih dulu jatuh cinta dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Mengingat ibu guru yang mengajar waktu itu adalah sosok yang dalam penyampaiannya mudah dipahami dan pembawaannya memberikan suasana senang bahkan nyaman. Setiap datang kesempatan untuk bertanya, saya selalu mengusahakan mengangkat tangan. Entah mencoba menggali yang belum dimengerti atau sekadar menanyakan bagaimana prosedur atas tugas yang diberikan. Beliau merupakan satu-satunya guru yang dapat menyamankan saya ketika belajar di kelas. Begitu senang luar biasa ketika jadwal pelajaran bahasa Indonesia telah tiba, meski sering disandingkan setelah olahraga. Perasaan suka dan nyaman itu kemudian berkembang menjadi sebuah kepercayadirian. Nah tiba-tiba saja ibu guru tersebut menyarankan saya untuk mengikuti event menulis puisi online. Atas dorongan sahabat saya yang dia pun turut serta dalam perlombaan, akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar. Dari sana, kita sama-sama membaca setiap persyaratan yang diminta. Bel sekolah pun tiba, saya dan sahabat saya menempuh perjalanan pulang berdua. Bermodalkan membeli salah satu produk sponsor dalam event tadi, kita pun saling menyemangati untuk menyelesaikan kompetisi. Ajang inilah yang menjadi awal bagi saya untuk berani menyuarakan isi hati. Perasaan memang tidak bisa dibohongi. Saya lebih berhasil menyampaikan sesuatu ketika itu saya tulis. Seperti halnya saat menyampaikan ucapan rindu dan do'a untuk sahabat saya nan jauh di sana. Tanpa sadar berbagai sumpah serapah tersampaikan dengan lancar dan ketika pun saya membacanya sendiri, ternyata semanis ini ya? Saya tidak pernah menyangka bahwa dengan menulis, berkarya, dan bahkan menekuninya hingga detik ini membawa saya pada keberhasilan yang membanggakan. Menulis sudah menjadi jiwa saya dan saya bersyukur memiliki keterampilan di bidang ini. Berusaha menjadi pribadi yang menyenangkan lewat tulisan menjadi salah satu keajaiban yang saya cita-citakan.


Pandaan, 08 Agustus 2020


Tentang Penulis:

Penulis merupakan perempuan yang sedang menata diri kembali untuk bangkitkan ingin yang terlampau sering ia lewatkan. Di usia yang bisa dikatakan sebagai awal perjalanannya menyusuri hidup yang kian luar biasa, ia mengusahakan tekun yang semoga akan jadi pemberian yang istimewa. Tidak untuknya, melainkan untuk orang-orang yang teramat disayanginya.

Share:

6 comments :

  1. Ma syaa Allah... , tulisannya terasa mengalir dan enak untuk dibaca, semangat kak 🌿

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kakaknya muncul di sini euy, terima kasih banyak ya kak atas komentarnya. Dan terima kasih sudah singgah 💛

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tulisan anda sangat bermanfaat dan menginspirasi semua kolega. Jangan pernah berhenti berkarya karena karya anda akan selalu dikenang sepanjang masa dan tak pernah mati dilekang oleh waktu

      Delete
  4. Bagus banget...
    Lanjutkan terus karya terbaik mu yaaa ... 🤗💕💕

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis