Mewakilkan Rasa Untuk Bermanfaat (Seni Dakwah)

Oleh : Zia.azzahrah 

Hakikatnya semua orang bisa jadi penulis, yang berbeda adalah cara pola pikir, tentang ingin dibawa kemana sesuatu yang kita tulis. Tentang keberanian diri untuk sedikit tidak peduli terhadap ucapan orang lain, jika hasil tulisan kita masi belum bisa memenuhi ekpetasinya. 

Hampir semua orang mampu menulis, baik itu tentang wawasan, neraca, sejarah, curhat atau tentang sebuah imajinasi. Yang penting kita tahu akan dibawa kemana apa yang kita tulis. 

Awal mulanya menulis hanyalah sebuah pelampiasan. Dimana dimasa anak-anak yang kurang percaya diri, malu dan takut ketika akan bercerita ke orang lain.

Menjadi alasan terbesar kenapa harus tetap menulis sekalipun hanya celotehan yang unfaedah? adalah "kertas dan pena sudah cukup bahagia jika digunakan" Hingga keduanya menjadi tempat ternyaman untuk berkeluh kesah dan berkisah sampai saat ini.

Hingga menulis jadi teman untuk bercerita dan membuat tangan semakin lincah dalam melontarkan apa yang dipikirkan sekalipun hal itu sangat sepeleh, tapi percayalah menulis bisa menenangkan tanpa harus melibatkan orang lain dalam setiap cerita dan keluh kesah kita. 

Bukan karena tak punya orang yang bersedia untuk mendengarkan, hanya saja kertas dan pena lebih bisa menenagkan hati untuk meluapkan segala rasa dan emosi. Jika kita sedih ia tak akan mentertawakan, jika bahagia ia memang tak bisa merasakan itu, tapi dapat dipastikan hati bisa bahagia ketika melihat coretan itu lagi.

Writer is not only your skill or your abilty but the journey of life.


Bagaimana bisa?
Duta ilmu (Ali bin Abi Thalib) mengatakan "ikatlah ilmu dengan menulisnya".  
Jika muslim malas untuk menulis apa yang akan terjadi? Akankah ada sejarah?

Menulis untuk ilmu dan wawasan, karena darinya yang akan menyisakan kisah dan sejara yang bisa dipelajari kembali untuk di ambil hikmahnya dan dijadikannya pijakan untuk melalui berbagai rintangan kehidupan.  Yuk baca Beberapa alasan kenapa kita harus menjadi penulis:

A. Menulis Untuk Berbagi

Berbagi dengan diri sendiri untuk menjadi teman penenang. Berbagi dengan orang lain untuk saling menguatkan dan sedikit mewakili rasa yang tak bisa di ungkapkan secara langsung. 

menulis adalah cara lain untuk berbicara, bukan karena tak bisa mengungkapkan. hanya saja berbicara banyak seringkali hanya akan memperkeruh masalah. Bukan mengalah tapi manjadi ajang debat tak mau kalah. 

Menulis adalah cara memahamkan, bukan karena tak bisa menjelaskan secara langsung. hanya saja akan lebih leluasa jika memberikan kesempatan untuk dipahami oleh masing-masing kita.

B. Menulis, Seni Mewakilkan Rasa 

Masih banyak yang belum percaya diri untuk mengungkapkan rasa; saat lagi kesal, bahagia, sedih dan ragu. Acapkali tulisan bisa mewakilkan apa yang dirasa. 

Ketika butuh penyemangat atau untuk mengenang perjuangan yang lalu. Menulis adalah seni mewakilkan rasa. Karena kata kadang bisa menjadi teman penyemangat tanpa harus bertatap muka. 

Tulisan memang tidak bisa menghasilkan suara langsung tapi darinya, bisa memberikan pengaruh secara langsung. Karena tujuan dari menulis untuk mengajak kita berpikir, sadar atau tanpa disadari.

C. Menulis Untuk Berkorban

Berkorban perasaan untuk bisa diluapkan
Berkorban waktu untuk bisa menghasilkan
Berkorban pikiran untuk bisa bermanfaat.

Karena hidup tak bisa jauh dari cerita pengorbanan, maka menulis adalah cara berkorban untuk bisa bermanfaat. Ya, diawal menulis dipastikan tulisannya belum bisa sebagus orang yang sudah berpengalaman. 

Kita sadar bahwa tulisan awal mungkin hanyalah celotehan unfaedah, yang perlu kita yakini bahwa sesuatu yang receh akan menjadi berlian jika diasa.

D. Menulis Untuk Mewariskan

Sejarah tercipta karena adanya tulisan. Segala seluk beluk kehidupan selalu memberikan kisah dan pelajaran yang berbeda untuk di pahami dan di amalkan. Sejarah bukan hanya dongeng. 

Karena di setiap catatan yang ada adalah hasil dari perjuangan, pengorbanan dan kebahagian yang dilakukan dengan penuh yakin.

Menulis adalah kegiatan turun menurun, see! Dari masa kemasa buku selalu ada, tulisan selalu berkembang tak pernah punah termakan waktu.

E. Menulis For healing

Obat tanpa overdosis adalah menulis dan membaca
Terapi paling menenangkan adalah merangkai kata dan menjelajahi tulisan.

Salah satu cara untuk menyembuhkan luka yang tak tampak (batin) adalah dengan meluapkan nya dengan coretan(tulisan). Dalam ilmu psikologi ada istilah self-healing dimana salah satunya adalah membuat mantra (tulisan/lisan).

Menulis sesuatu yang membuat pikiran tak tenang atau untuk menyemangati diri agar lebih menguatkan hati. Kalau tidak percaya, coba deh tulis apa saja yang di pikiranmu?

Setelah itu baca jika hal itu membuat tenang maka simpan tulisan itu, Tapi jika apa yang tertulis membuat tertekan kembali, remas catatan itu lalu buang bersama masalah yang kita rasakan.

F. Menulis Untuk Keabadian 

Setitik bibit tak akan pernah dianggap ada jika tidak berhasil tumbuh?
Tulisan tidak akan pernah dianggap tulisan jika tidak bisa dibaca dan dipahami bukan? Menulis untuk di anggap ada, keberadaanya bukan hanya sekedar fatamorgana belaka. 

Sebab apa yang kita tulis akan dipertanyakan, dan waktu yang kita gunakan akan diminta untuk menerangkan. Bukan untuk diakui manusia atau dianggap hebat. bukan ! Tapi untuk waktu.

Waktu yang digunakan semasa hidup agar diakui oleh sang pencipta bahwa kita ada dangan bukti. Effect dan manfaatnya ada dan bisa tersisa sekalipun nanti raga sudah tak lagi ada.

G. Nafsa (nafas karya)

Nafsa (seseorang yang memiliki bakat menulis atau seni).  Secara alamiah, ia seperti tak pernah lelah sekaligus gigih ketika menuliskan apa yang ada di pikirannya. 

Menjadikan tulisan sebagai nafas kehidupan.
Berapa lama usia manusia saat berada bumi? Satuan angka atau satuan waktu? menulis adalah nafas karya, seni memperpanjang usia. Sekalipun orang tersebut telah tiada tapi tulisan mereka tetap abadi.

Menulis adalah untuk menyisakan jejak untuk bermanfaat, tidak harus saat ini tapi juga untuk masa yang akan datang. Karena kisah hidup tak lebih dari sejarah yang terulang. 

Tulisan yang bermanfaat akan mampu menjadi obat dan teman.Tak ada alasan lain kenapa harus menulis? Melainkan segala nikmat Tuhan harus dibagi-bagikan.

Pulau Bawean, 06 agustus 2020

\About Writer 

Namanya Faoziatur Rohmi, dengan nama pena Zia Azzahrah. Seorang mahasiswi di kampus IAIN KEDIRI yang sedang melakukan KKN-DR. Menulis adalah Hobi nya yang dijadikan buah karya, aktiv di komunitas remaja dakwah @yukmuslimberbagi dan @iqro_muda. Untuk tulisan diatas semoga bisa menjadi mood booster kalian untuk mencintai dunia kepenulisan menuju kebermanfaatan.

Share:

24 comments :

  1. Replies
    1. Makasih sudah mampir, semoga bermanfaat 🤩

      Delete
  2. Replies
    1. Makasih sudah mampir, semoga bermanfaat 🤩

      Delete
  3. Replies
    1. Makasih sudah mampir, semoga bermanfaat 🤩

      Delete
  4. Replies
    1. Makasih sudah mampir, semoga bermanfaat 🤩

      Delete
  5. Yassalama bagus mba Zia ...lanjutkan terus menulis...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah mampir, semoga bermanfaat 🤩

      Delete
  6. Replies
    1. Makasih sudah mampir, semoga bermanfaat 🤩

      Delete
  7. MasyaAllah, keren mbak zia. Lanjutkan

    ReplyDelete
  8. Mantap ☺

    Di tunggu karya selanjudnya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah mampir, semoga bermanfaat. Siap kak

      Delete
  9. Masyaa Allah. Semangat berkarya, Kak. 😀

    Mampir di karyaku juga yaaa. Judulnya "Limadza Aktubu?" 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah mampir, semoga bermanfaat 🤩. Sudah kak suka sama tulisannya

      Delete
  10. Maa syaa Allah🥰 keren sekali kak, semangat terus ya kak, BaarakAllahu fiik🌻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah mampir, semoga bermanfaat 🤩

      Delete
  11. Cakep banget tulisannyaa, makasih udah share kaka🥰 semangat terus buat berbagi yaa kak😍

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis