Mengapa Aku Menulis


Oleh: Debora Priscilla


Sebelumnya aku tidak punya jawaban yang konkret bila dihadapkan dengan pertanyaan 'mengapa kamu menulis?' bagiku menulis, ya, tulis saja. Namun, sepertinya aku memerlukan fondasi untuk bertahan ketika rasa malas itu datang. Karena melakukan rutinitas yang sama setiap waktu tak jarang manusia dihantui rasa jenuh dan bosan.
Akhirnya setelah melalui perenungan panjang, aku menemukan 10 hal yang membuat aku bertahan untuk menulis, di antaranya:


1. Jatuh Cinta

Awal pertama aku menulis adalah karena jatuh cinta pada menulis. Seperti seseorang yang sedang jatuh cinta maka ingin berlama-lama bersamanya, tidak ingin melepaskan. Dan sepertinya tulisan pun tidak ingin melepaskanku. Ada saja alasan untuk aku kembali menulis setelah beberapa kali manusia mematahkan semangatku. 
Payah, memang, dengan hal sepele saja aku mudah patah. Tulisan itu sendiri seperti memiliki hal magis. Mampu menyembuhkan luka-luka yang tidak terlihat mata. Maka aku mulai menulis. Melalui tulisan aku jatuh cinta, melalui tulisan aku menyembuhkan luka. 


2. Keabadian.

Menurutku menulis membuat aku abadi. Aku tidak pernah tahu sampai kapan aku mampu menulis dan mungkin saat ini tulisanku hanya remah. Tapi setiap tulisan punya pembacanya sendiri, bukan? 
Maka sebelum tamat usiaku menulis, aku ingin membuat keabadianku sendiri. 

3. Kebebasan

Aku yakin setiap manusia punya cara sendiri untuk menemukan kebebasannya. Ada yang merasa bebas ketika berolahraga, ada yang merasa bebas ketika menggambar dan aku merasa bebas dengan menulis. 
Tidak ada tekanan, tidak ada yang tertahan. Semua bisa aku tuangkan dalam tulisan. Baik itu amarah, kesedihan, suka cita. Aku bisa menjadi apa saja yang kumau, salah satunya menjadi seseorang yang banyak bicara. Aku yang tidak pandai bicara melalui lisan berbicara melalui tulisan. Menulis membebaskanku untuk berkata-kata.


4. Menjelajah

Aku seperti penjelajah ketika aku menulis. Menjelajah isi kepalaku, menjelajah isi buku (aku pernah mendengar seseorang berkata, penulis yang baik adalah pembaca yang baik), menjelajah isi pemikiran seseorang yang aku tuju. Aku suka sekali menjelajah. Seperti petualangan ke negeri entah. Dan aku menemukan negeriku sendiri ketika aku menulis. 


5. Bahagia

Pikiranku suka sekali merangkum hening dan menuangkannya dalam kalimat-kalimat. Jemariku sangat tertarik menekan tuts keyboard, bahkan telingaku senang mendengar bunyi-bunyiannya. Mereka seperti musik lullaby yang menenangkan. Dan aku menari di dalam pikiranku. Ah, saat menulis kalimat ini pun aku bahagia. Membagikannya dan membacanya kembali. 


6. Pengingat

Aku tahu batas isi kepalaku untuk mengingat tidak terlalu baik. Beberapa tulisanku mengingatkan sejarah hidupku yang tidak layak aku lupakan. Misalnya, saat aku kehilangan atau saat aku putus asa. Menurutku, sejarah kepahitan tidak pantas untuk dilupakan namun pantas untuk disembuhkan. Salah satu caraku untuk menyembuhkannya dengan berbuat lebih baik. Dan aku tidak bisa berbuat baik dengan melupakan. Maka aku mencatat bagian kepahitan itu untuk mengingat setiap berkat Tuhan.


7. Bosan

Menjadi dewasa adalah hal yang tidak dapat dihindari. Perjalanan waktu tentu akan terjadi. Meninggalkan masa remaja, di mana batu pun menjadi hal yang lucu untuk ditertawakan. Sedangkan manusia dewasa, menahan segala kekonyolannya untuk sebuah etika. Menyebalkan bukan? Menjadi dewasa dengan segala rutinitasnya seperti zombie sedang dituntut waktu. Dengan itu aku menulis. Kalimat adalah senjataku untuk membunuh rasa bosan dalam dunia kedewasaan. 


8. Investasi

Dengan menulis aku menginvestasikan waktuku, menginvestasikan imajiku, segala hal yang ada di pikiranku. Kau tahu berapa profit yang aku dapat? Sangat banyak. Bukankah banyak manusia setuju perihal ilmu lebih berharga dari sebongkah harta?  Iya, itu yang aku dapat. 


9. Berdialog dengan diri

Sering kali manusia melontarkan kata negatif, baik disengaja maupun tidak. Kata-kata yang terdengar melalui telinga terekam oleh kepala. Meski hanya guyonan tetap saja menimbulkan luka. 

Menulis adalah cara aku berdialog dengan diri. Menyemangatinya untuk tetap bertahan melewati hari. Setiap hari memiliki cerita dukanya sendiri dan aku tidak mau tertelan sampai fajar berikutnya datang. Maka aku menulis untuk bertanya dengan diri, obat apa yang aku perlukan hari ini? 


10. Mempengaruhi

Setiap tulisan memiliki daya sihir. Bahkan tulisan sederhana saja bisa mempengaruhi hidup pembacanya. Misal, tulisan-tulisan motivator. Entah bagaimana bisa setiap kata yang tertulis seperti ada energi untuk membangun jiwa? Ini pun menjadi alasan aku untuk menulis. Mempengaruhi seseorang melalui tulisan. Bukankah baik, jika seseorang bisa berubah setelah membaca tulisanku? Siapa tahu setelah membaca 10 alasanku menulis, seseorang jadi tergerak untuk ikut menulis juga. Hehehe. Karena kita tidak pernah tahu kapan dan kepada siapa energi itu bekerja. 



Setiap penulis kuyakini memiliki pemikiran yang berbeda mengenai alasan mengapa ia menulis? Namun tetap bermuara pada akhir yang sama, menjadi seorang pencipta. Dan apa pun alasannya, berkarya tetap jadi tujuan utama. 


Jakarta, 8 Agustus 2020



Biodata penulis:

Debora Priscilla. Lahir dan menetap di Jakarta Utara. Alumni Asqa Imagination School. Seorang ibu rumah tangga yang menyukai literasi. Akun IG: deborapriscilla09. 
Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis