Menulislah, Untuk Hidup yang Lebih Terarah

Oleh: Rifda Nur Hamidah



Setiap kita pasti diminta untuk belajar menulis, bahkan diantara kita ada pula yang tanpa disuruhpun selalu ingin belajar menulis sedari dini. Memang sebenarnya setiap kita memiliki kesenangan terhadap menulis, entah itu menuliskan garis-garis abstrak yang tak dapat dimengerti ataupun sebuah tulisan yang hanya merupakan luapan emosi. Tapi yang jelas, tulisan mampu membahagiakan si penulis. Dan tulisan mampu membuat pikiran jauh lebih tenang.

Apa yang pertama kamu tulis?

            Tulisan adalah emosi, ia meluap dan meliauk seseuai dengan perasaan penulisnya. Tulisan pertama yang kita tulis ialah murni apa yang kita rasakan, ketidakjelasan, kebingungan, kebahagiaan, atau bahkan kekesalan. Semua terangkum dalam tulisan pertama kita, abstrak. Tulisan sama halnya seperti kehidupan yang kita jalani, tidak ada yang mengerti dan tidak ada yang memahami segala detailnya dengan benar, terkecuali Allah Swt. dan diri kita sendiri.

            Tulisan apa yang pertama kali mampu kamu baca? Namamu bukan? Ya nama penulisnya. Namanya, kita selalu ingin menuliskan nama kita bukan? Mengapa demikian? Sebab dalam setiap nama kita ada ribuan makna, doa, dan harap yang dititipkan oleh orang tua kita. Setiap nama, sesederhana apapun nama tersebut, tetaplah ia merupakan cinta dan doa yang dilangitkan kepada sang pencipta.


Mengapa harus menulis?

            Jika ditanya apa alasan seseorang menulis, pasti akan ditemukan banyak jawaban sesuai dengan posisi dan perspektif orang yang yang ditanyanya. Adalah hal wajar jika jawaban mereka beragam, atau bahkan kadang tak masuk akal. Bukankah itu hak mereka, tak perlu kita memakinya bukan? Biarlah yang menjadi urusan orang lain, biarkan orang lain yang mengurusnya. Dan yang menjadi urusaan kita biar kita yang mengurusnya dengan sebaik-baiknya.

            Ada yang menulis karena membutuhkan telinga untuk mendengarkan segala apa yang ia rasakan. Namun, ia tidak memiliki telinga yang selalu ada didekatnya, maka dari itu ia mengubah pena menjadi telinga, agar ia mampu menyuarakan apa terpendam di dalam perasaan. Menjadikan hatinya tenang, mengubah dunianya menjadi terang, karena telah mengubah pena menjadi telinga. Setiap manusia, terkadang tak seberuntung yang lain, memiliki telinga yang mau mendengarkan apa saja mengenai kisahnya.

            Ada pula yang menulis karena untuk mengenang. Mengenang segala kejadian baik itu memilukan, memalukan, membahagiakan, atau apaun itu, semua yang bermakna kenangan selalu ingin disimpan dan butuh keabadian bukan? Nah solusi yang tepat untuk menyimpan segala kenangan menjadi keabadian itu dengan menuliskannya. Dan biarkan tulisan mengabadikan kenangan kita.  Menulis untuk mengenang, entah seberapa bahagia atau seberapa sakit yang kita rasa. Biar kertas dan pena saja yang mengabadikannya. Dan semoga esok lusa untuk setiap kenangan yang menyakitkan perlahan-lahan menjadi lepas, hingga akhirnya berujung pada sebuah kata ikhlas.

Menulis untuk saling berbagi inspirasi, kita memang memiliki isi kepala yang berbeda. Sudut pandang dan anggapan yang berbeda pula, namun kita seharusnya bisa saling berbagi inspirasi dan menyampingkan emosi yang sesekali menghampiri kita tiada henti, agar kita bisa saling melengkapi. Kita saling berbagi isi kepala untuk menuai kebermanfaatan bersama, bukan untuk dipuji ataupun eksistensi diri, tapi murni karena Illahi. Saling berbagi inspirasi melalui tulisan agar kita mampu lebih banyak mengerti dan memberikan arti pada kehidupan ini.

Menulis untuk mengajak pada kebaikan. Pernah ga sih mau ngajak tapi awkward? Kalau pernah berarti kamu sama sepertiku, ya mau bagaimana lagi kadang awkward datang disaat yang tidak tepat. Eh, tapi emang ada ya awkward datang disaat yang tepat? Entahlah, memang sesekali lisan sangat sulit untuk mengucapkan ajakan kebaikan, namun hati ingin menyatakannya. Yuk, dari sekarang nyatakan ajakan kebaikan dengan tulisan, dari pada awkward terus-terusan, kita bisa tuh buat tulisan yang isinya berupa ajakan agar kita ga awkward dan ajakan kebaikan yang ingin kita sampaikan tersampaikan dengan baik. Tak apa bila nanti dalam perjalannya akan ada ejekan dan hinaan yang didapatkan, asalkan hinaan itu bukan berasal dari yang menulisnya tak akan menjadi masalah bukan?

Pernah tidak saat akan ulangan membuat rangkuman materi pelajaran terlebih dahulu agar mudah dihafal? Jika pernah berarti kamu memahami satu hal, menulis mampu digunakan untuk mengikat ilmu agar tertanam hebat di dalam otak. Selain untuk mengahfal menulis pun kerapkali digunakan oleh seorang guru untuk menjelaskan, sebab tulisan mampu menjelaskan ssegala sesuatu yang tak mampu diucapkan oleh lisan.

Kamu pernah tidak mendengarkan ucapan orang lain yang sangat panjang namun tidak memiliki inti dan tujuan? Atau ucapan-ucapan itu berasal dari lisan kita sendiri? Ya, memang sesekali manusia kerap kali mengucapkan kata-kata tanpa henti, tanpa arti sama sekali. Kata-kata yang selamanya hanya menjadi sebatas kata-kata, tak pernah menjadi nyata ataupun menjadi harta yang berharga. Tapi Tuhan, selalu berbaik hati pada manusia Ia sediakan tulisan agar kita mampu menyimpulkan, untuk menghentikan kata-kata tak bermakna dan mengabadikan kata-kata yang berharga. Menulis untuk menyimpulkan dapat dijadikan pilihan, walaupun terkadang kesimpulan yang dihasilakan hanya mengambang tak karuan.

Dari alasan-alasan di atas, kita mampu memilih ataupun menambahkan kembali mengenai alasan-alasan kita menulis. Setiap tulisan pasti dibuat dengan beralaskan tujuan, entahlah apapun tujuannya semoga itu semua mendatangkan kebaikan dan teladan bagi setiap orang yang membacanya.

Menulis memiliki efek jangka pajang, yang memungkinkannya memiliki keabadian tanpa penantian. Hingga seorang Sayyid Quthb pun pernah mengatakan bahwa "satu peluru hanya mampu menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) sanggup menembus jutaan kepala". Sehebat itu tulisan, ia lebih kuat dari lisan saat zaman telah berkembang dan bergulir. Mari, ikut mewarnai perguliran zaman dengan tulisan-tulisan yang mencerdaskan dan mampu dijadikan bekal untuk kehidupan yang lebih meyakinkan. Menulislah, dengan menulis hidupmu akan lebih berarah dan jauh dari kata terserah.

Bogor, 9 Agustus 2020

 

Bionarasi

Namaku Rifda Nur Hamidah orang-orang biasa memanggilku Rifda. Aku lahir di Bogor pada tanggal 18 Februari 1999. Aku merupakan seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aku bercita-cita menjadi seorang guru, psikolog anak, dan sastrawan, tolong doakan aku ya, agar semua cita-citaku mampu aku capai.

Share:

34 comments :

  1. MasyaAllah...semangat menulis rifda. InsyaAllah selalu memberi manfaat untuk pembaca😍😍

    ReplyDelete
  2. Keren bgt MasyaaAllah

    Semamgat kak Rif😍

    ReplyDelete
  3. Keren banget Rif... Semangat untuk terus berkarya Rif... 🥰

    ReplyDelete
  4. Semangat menulis Rif 🍀💕

    ReplyDelete
  5. MasyaAllah.. Sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  6. MasyaAllah.. Sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  7. MasyaAllah.. Sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  8. RIFDA KOK BISA SIH PROGRESIF BANNGET. AKU SUKA.

    ReplyDelete
  9. Keren... masyaallah... semangat Rifda..💪💪

    ReplyDelete
  10. Masyaallah menulis maenjadi sebuah jalan

    ReplyDelete
  11. MasyaAllah semangat terus rifda 🤗 suka tulisannya ❤

    ReplyDelete
  12. Teruss menulis rif!

    ReplyDelete
  13. Mantul kali kak. Byk org pandai bicara tanpa inti & tujuan..... itulah perlunya tulisan.
    Semoga tercapai cita2nya. Tulisannya sdh bagus. Terarah.


    Aku msh hrs byk baca & belajar 😊
    http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/menulis-sejarah-di-catatan-perjalananku.html

    ReplyDelete
  14. MasyaAllah TabarakAllah kak Rifda :'))

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Kereng banget Rifda :) semangat terus berkarya yaa *peluuuk.
    Kalo senggang mampirlah ke ruang mulisku :D
    Menulis Dan Aku (@cuplikan.cerita)
    Makasih

    ReplyDelete
  17. MasyaaAllah, keren bangett

    Terus semangatt menebar manfaat yaaa😍

    ReplyDelete
  18. Menulis juga bagian hisab diri. Keren Rifdah

    ReplyDelete
  19. Aku setuju dengan pendapatmu bahwa menulis merupakan sebuah luapa emosi, hal inilah yang membuatku sering menulis untuk meluapkan emosi disaat aku sedang menghadapi realita kehidupan

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis