Menulis untuk Umat




Oleh : Muhammad Risqi Ramdhani

 

Aku tak suka menulis apalagi mencinta. Benar, membaca pun bukan kegemaran dan kesenanganku juga, entah karena apa aku baru mau menulis atau mengetik suatu cerita.
Mungkin berangkat dari berbagai masalah di sekitar. Lalu dari sebuah masalah berbuah sharing-sharing saja sebenarnya, bukan tulisan handal juga, dan ingin bermaksud  aku menularkan rasa kepada yang lain.
Oleh karena itu, aku berharap yang lain terhindar dari masalah yang serupa, atau bahkan kita bisa menemukan solusi bersama agar bisa dipetik hikmahnya, dan semoga berpahala jariyah.

 

Aku memang saat ini belum menyukai membaca dalam wujud buku. Dibalik itu, entah kenapa fikiranku tak berhenti ketika ada kejanggalan dalam kehidupan, ketidakadilan, memikirkan tentang proses kehidupan, dan seolah-olah aku bisa membaca kehidupan. Yang kemudian menjadi alasanku untuk menuangkan dalam tulisan.
Sejatinya, berfikir adalah anugerah Tuhan yang diamanahkan kepada kita untuk memberbaiki kehidupan. Sebagaimana yang tersurat dalam (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 190)
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,"
 

Menurut beberapa paradigma,  jika seseorang tak mahir berbicara pasti ia mahir dalam menuangkan tintanya, dan sebaliknya. Bahkan, ada juga yang tak dan bisa keduanya.
Faktanya, kecenderunganku tak banyak bicara ,tapi bisa berlama ketika menuang dan mengetik tinta. Hal itu tak lantas kujadikan batasan abadi. Kekagumanku kepada para motivator telah menghipnotis seleraku untuk perlahan mencoba gaya bicara mereka. Mungkin cara bicaraku sekarang adalah hasil dari usaha minimalku. Dan bukti nyata kedua dari Ibu Ade Guru B.Indo yang dulunya seorang pendiam.
Jadi, alasanku menulis saat ini karena aku belum bisa meluapkan rasa melalui lisan sepenuhnya.
 

Kulihat dunia penuh sandiwara. Aku melihat dimana kebenaran dan kesalahan dijungkirbalikan semudah membalikkan telapak tangan. Saat kejahatan, perampasan, pemaksaan, serta kebulan asap sudah diwajarkan dan dilumrahkan. Kini , kusadari bahwa semua timbul dari keresahan karena tak sanggup mencukupi kehidupan. Dimana yang kaya tetap jaya dan yang miskin semakin merana.
Alasanku membuat tulisan, agar aku bisa membuat dunia kedua yang penuh dengan kebaikan, keadilan, dan ketentraman. Lalu kugambar dalam tulisan dan tak ada yang melarang.
Dalam tulisanku ini, izinkanlah hamba berserah diri kepada-Mu Ya Rabb, sehingga diberi kekuatan untuk melanjutkan perjuangan dalam mewujudkan dunia yang penuh dengan kebaikan.
 

Berdasarkan hal yang kita ketahui, bahwa ketertarikan kepada lawan jenis adalah fitrah manusia dan tak ada salahnya. Adapun cara untuk menjemputnya ada dua, lewat jalur halal atau haram. Yakni ada yang melalui pacaran sebelum waktunya, ada juga pacaran syar'i katanya, lewat ta'aruf dengan yang baru atau yang sudah kenal lama, dan ada yang menyimpan rasa sedari dulu lalu diungkapkan saat waktunya tiba.
Aku mengukir tema ini, bukan karena aku lebih sempurna. Justru karena coretanku, agar aku bisa menjadikan tulisanku sebagai pengingat selalu, agar kelak kucantumkan nama teman setia dalam lembaran kehidupan abadi,  dengan jalur yang halal pastinya.
 

Dalam waktu dua puluh tahun, banyak hal luar biasa yang hadir mewarnai hidupku. Mereka adalah pilu yang sering bertamu di kala penat bertemu. Memang, jatuh adalah ujian dalam rangka mendewasakan. Lalu, lubang sedalam ujian merupakan kebutuhan manusia yang Tuhan anugerahkan untuk menaikkan level kehidupan , dan cara Dia agar kita kembali mengingat-Nya.
Dalam tulisan, kuluapkan semua pada Tuhan agar senantiasa dikuatkan, kuberi waktu demi ketenangan, lalu kuceritakan pada teman seiman agar diberi masukan dan arahan. Dalam tulisan, aku bermaksud menjadikannya sebagai penguatan dalam menanggung beban dan amanah kehidupan. Lalu dalam tulisan, kucurahkan untuk bisa memurnikan hati setelah dihancurkan oleh kehidupan.

 

 

Sebagai seorang pemula, tak sedikit hal menarik terlintas di mata. Bermula di bangku kuliah materi Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia. Sederhanaku, nilai akhir tergantung banyaknya lembaran tinta. Membaca adalah kewajiban, tapi aku masih berusaha untuknya.
Tulisan adalah rasa, rasa itu seperti jiwa yang mengalir pada cerita. Pertama, belajar mengarang cerita dan terus mencoba. Lalu, membaca apapun yang kita suka. Kemudian, temukan hal yang sering terngiang di benak kita. Cari informasi sebanyak-banyaknya dan belajar merenunginya, lalu buatlah konsepnya.
Tak perlu takut salah. Lihatlah, banyak hal mubazir dan sia-sia yang selalu mampir di layar kita. Luruskan niat untuk berlillahita'ala melalui kebaikan.
 

Ketika menggores tinta bisa berpotensi mengamalkan peribahasa tong kosong nyaring bunyinya, banyak kata tapi nol aksi nyata. Aku pun bisa terperangkap dalam fata morgana, ketika apa yang kutuliskan tapi tiga ratus enam puluh derajat dengan amalan.
Percayalah, apa yang terlintas di postingan tak sebaik yang memostingkan. Aku menulis justru untuk menampar diri, yang selama ini selalu menyia-nyiakan potensi diri. Aku menulis justru untuk sindiran, karena tubuh ini selalu merasa paling terbaik diantara semua insan.
 

Sejatinya temu adalah penawar rindu. Ramai menjadi penawar sunyi. Dan obat penawarnya sakit. Sebaik-baik obat ialah al-Qur'an, yang berperan menawarkan segala permasalahan, yang diamanahkan sebagai petunjuk oleh yang Maha Pemberi Petunjuk.
Dalam tulisan, harapku dapat sedikit memberi angin segar atas kerisauan yang mungkin bersesuaian. Dapat memberi wajah baru setelah pilu. Atau setidaknya mengonversi luka menjadi tawa. Aku tak mahir dalam lawak, tapi semoga sedikit menyegarkan otak.
 

Dalam sepuluh hari, berkali-kali menempa diri membuat catatan abadi. Berusaha untuk tak meninggi hati merupakan ujian sejati.
Para pejuang 10 hari, kita adalah pengabdi yang Dia amanahkan untuk membangun negeri demi setitik cahaya. Bergerak tak sendiri-sendiri alias saling memotivasi, saat tak sengaja kuintip di dasar postingan kalian.

Tentang popularitas, materi, dan berharap nama & karya kita dikenang nanti, itu semua mudah didapatkan seiring perjalanan. Tapi, permasalahan negeri dan kebobrokan moral belum berhenti. Sementara ini, kita terus mengikhtiarkan untuk mencari solusi.
Itulah tugas suci yang senantiasa berorientasi memperbaiki negeri dan untuk mempersiapkan hidup setelah mati, itu tujuan haqiqi.

 

Tentang Penulis :

Muhammad Risqi Ramdhani, aktivis kampus, relawan pengajar di Yayasan, serta anggota Remaja Masjid. Mahasiswa aktif jurusan Matematika di UIN Jakarta, baru ingin berbagi pengalaman melalui dunia menulis karena ingin meluapkan segalanya melalui tulisan untuk kebermanfaatan. Belum menghasilkan buku apa-apa, tapi dalam waktu dekat bertekad ingin menjadi penulis di konten media sosial dalam rangka berbagi kebaikan. Kita ketemu yuk di IG : @muhammad_risqi_ramdhani,  fb : rizky nax joepoel dan email : risqi.qiboy@gmail.com


Share:

31 comments :

  1. MasyaAllah sangat bermanfaat jazakallah ka, tetap semangat untuk menginspirasi orang lain dalam kebaikan ka risqi☺️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insyaa Allah terima kasih banyak Zha 🙏🏻

      Delete
  2. Masya Allah. Keren qi. Smngat. Semoga bisa samapi kelar tulisan nya. Semoga makin baik dalam pemilihan katanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Rabb, terima kasih banyak Ka🙏🏻🙏🏻🙏🏻

      Delete
  3. Bagus Ki,ditunggu karya selanjutnya

    ReplyDelete
  4. Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. Ente juga mantull Lan!!!!
      Syukron Lannn👍👍👍

      Delete
  5. MasyaAllah bagus kk risky, semoga lancar trs, ditunggu karya selanjutnya kk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, siapp insyaa Allah terima kasih ya 🙏🏻

      Delete
  6. MasyaAllah, semangat berkarya terus qi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. Siap Insyaa Allah thanks Yun 🙏🏻

      Delete
  7. Keren bgt, semoga menginspirasi insan yang lain yaa. Semangat menulis, karena kata Pak Sapardi "Kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin" :)

    ReplyDelete
  8. Siapp terima kasih atas lecutannya Ka 👍

    ReplyDelete
  9. Masya Allah.. Semoga tulisannya bisa memberi manfaat buat banyak orang, semangat terus qi 💪

    ReplyDelete
  10. Dari dulu Ibu kenal kamu yang banyak ide cuma kadang menerapkan dan memaparkan ide munke orang lain sering mandeg, saya lihat passion kamu ditulisan kok, walau sayanyakin suatu hari nanti kamu akan kuasai podium dengan martabat bukan retorika semata. Ayo, terus latih apa pun itu kemampuan diri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woalah iya Bu, masih sering gugup saat diutarakan via lisan Bu idenya😅

      Insyaa Allah terus berproses & terima kasih atas supportnya Bu 🔥

      Delete
  11. Setuju banget sm kak Iki, sebenarnya tujuan menulis itu lebih ke self reminder sih hehe. Misal kalo kita mau ngelakuin hal yang aneh-aneh, jadi ga enak sendiri sama apa yang kita pernah tulis hehe
    Btw semangat terussss kak, potensial nih wajib wajib wajib banget dikembangkan^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget, sindiran keras lebih nyelekit lewat tulisan sendiri.

      Siap-siap, terima kasih banyak ya👍

      Delete
  12. MasyaaAllah keren bgt anak keilmuan, terus semangat berkarya dan memberi makna👍

    ReplyDelete
  13. Masya Allah,
    semoga tulisannya bermanfaat yaa Qi ✨

    ReplyDelete
  14. Masyaallah keren sekali kak..
    Semangat nulisnya kak, semoga bisa menjadi inspirasi bagi yang lain 🙌🙌

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahhsiapp aamiin syukron semoga Allah mudahkan Kaka🔥

      Delete
  15. Semangaat, tulisan memang bisa menjadi evaluasi diri agar lebih baik kedepannya💪

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis