Menulis Membuatku Tetap Waras


Oleh: Leonarda Sambas


        Pada awalnya aku menulis karena aku tak punya temen yang bisa kuajak bicara tanpa menghakimi, tanpa menggurui, dan tanpa menyalahkan. Ketika emosiku tak terbendung, maka rangkaian kalimat adalah tempatku untuk meluapkannya.

Aku mulai merasakan ada rasa "plong" setiap kali selesai menulis. Meski awalnya hanya mirip curhatan di notes FB. Lama-lama aku menyadari dan menemukan mungkin ini (menulis) adalah salah satu cara untuk mengurai semua gelisah dan luka-luka hatiku.

Kalau jaman aku dulu, menulis itu bisa di buku harian. Sekarang coba deh untuk menulis setiap kali merasa gelisah. Medianya bisa dimana aja yang paling nyaman buat kita.

Belakangan aku baru paham, ternyata ada teori yang menjelaskan bahwa menulis dapat membantu kita dalam penyembuhan. Writing for healing bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental, melepas stress, mereduksi hormon oksitosin untuk melepas perasaan bahagia, sebagai media katarsis psikologi atas perasaan-perasaan, emosi-emosi yang masih terperangkap di unconsciousness kita.

Dengan menulis kita bisa menjadi lebih bermanfaat untuk orang lain. Baik ketika kita menulis non fiksi ataupun fiksi. Ketika kita menuliskan bahan ajar ataupun cerpen. Ini juga salah satu alasanku untuk terus menulis, agar aku bisa lebih berguna untuk orang lain. Menghibur dengan cerpen cerpenku, ataupun lebih serius dengan buku ajar yang kutulis.

Nilai yang terkandung dan dapat dibagikan dalam sebuah cerpen yang kita tulis tentunya dapat mengilhami pembaca kita. Ilmu yang kita tularkan lewat tulisan, bisa menjadikan pemain dibalik layar yang turut mencerdaskan anak bangsa ini.

Ketika kita merasa hidup kita kurang berguna, maka sebenarnya tulisan-tulisan kita sudah mematahkannya. Menulis membuat kita bermakna untuk orang lain

Menulis juga membuatku bertemu banyak teman yang memiliki kesukaan yang sama.
Dari menulis aku bisa punya banyak sahabat dari ujung timur hingga barat negeri ini. Dengan menulis aku dapat merangkai banyak tali pertemanan, menambah jalinan sahabat dan juga ikatan-ikatan persaudaraan. Dengan menulis aku tak perlu merasa takut sendirian, karena aku punya banyak sahabat baik di dunia nyata ataupun dunia maya. 

Dari beberapa komunitas literasi, kita bisa saling bertukar pengalaman dan pengetahuan.
Mau punya banyak teman? Menulislah !!

Menulis buatku adalah sebuah tuntutan profesi.Sudah hampir enam tahun aku berprofesi sebagai pendidik. Sebagai seorang pendidik, menulis adalah sebuah kewajiban.

Membuat bahan ajar adalah latihan pertamaku merangkai kalimat. Semua diusahakan agar peserta diklat atau siswa dapat memiliki tambahan pengetahuan. Pengetahuan yang kita siapkan untuk melengkapi pengetahuan/ketrampilan mereka. Sebagai pendidik bukan hanya dituntut piawai berkomunikasi, tapi mampu menulis adalah salah satu syarat wajib yang harus kita miliki.

Mencapai puncak karir adalah mimpi semua orang yang berkarir, tak terkecuali aku. 
Aku mengibaratkan menulis sebagai anak-anak tangga yang harus kutapaki. Sebab anak-anak tangga itu yang nantinya akan membantuku mencapai pangkat dan jabatan tertentu dalam berkarir.
Dengan menulis aku bisa mengumpulkan poin-poin yang kubutuhkan untuk mencapai pangkat dan jabatan yang kuharapkan.

Memang bukan yang dominan. Tapi tanpa menulis, jalan menuju puncak akan jadi terasa lebih lambat. Untuk seorang widyaiswara sepertiku, mendokumentasikan kebisaanku dalam bidang tertentu menjadi sebuah buku, dapat menghasilkan sejumlah angka kredit. Angka kredit ini yang nantinya diperlukan untuk menggapai pangkat dan jabatan tertentu. Maka mulailah menulis, sebelum menyesal dan tertinggal.

Menulis bagiku adalah investasi. Dari tiap buku yang terbit dan dibeli oleh pembaca, maka tulisanku tadi mendatangkan nilai uang. Nilai uang yang sama halnya dengan investasi, jika dikumpulkan akan mendatangkan keuntungan materi nantinya.

Kegiatan menulis sendiri adalah "investasi" buat diriku. Peningkatan kemampuan dari kebiasaan-kebiasaan menulis, akan semakin mengasah kemampuan. 

Dan kemampuan yang meningkat adalah investasi terbaik bagi hidup kita sebagai manusia.
Kalau tulisanmu belum mendatangkan uang, nikmati dulu investasi kemampuan yang meningkat bagi dirimu.

Dengan menulis keberanian dan kegigihan kita diuji. Kita pada akhirnya mampu apa nggak melewati ujian itu. Mengikuti lomba penulisan pasti inginnya menang. Tapi kalau semesta belum mengijinkan kita untuk menang. Maka ada yang harus lebih gigih lagi kita latih.
Menulis itu mudah, kalau kita sering melatihnya. Berani mencoba untuk ikut ambil bagian dalam setiap even. Jangan gampang nyerah, barangkali besok atau lusa ada nama kita diantara barisan pemenang.
Menulis itu sulit... hanya kalimat buat mereka yang tak berani mencoba.

Aku nggak ingin cepet pikun . Karena untuk bisa menulis aku butuh membaca banyak buku.
Konon kata ahlinya ahli, bahwa sering membaca, membuat tubuh renta ini tak cepat menjadi pikun.
Mau tetep "cling" kan otak kita? Banyaklah membaca. Pasti akan banyak ide bersliweran deh di kepala. Sayang aja kalo nggak ditumpahkan ke dalam tulisan. 

Masih ingetkan alasan-alasanku di hari-hari sebelumnya, belum tertarik juga?

Ibarat pepatah gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati meninggalkan karya.
Menulis dapat membuat kita diingat terus oleh pembaca kita. Bahkan ketika nanti kita sudah nggak ada. Karya kita akan tetap abadi di hati pembaca kita. Seperti abadinya edelweis buat penggemarnya.

Menulis membuatku bisa menjadi diriku sendiri. Bebas berpendapat dan mendefinisikan. Bebas mengatur arah cerita. Bebas membentuk tokoh-tokoh dalam cerita ku. Dengan menulis aku bebas menyelipkan pengalaman yang pernah dilewati dan mengubah akhirnya sesuai mauku.

Membuat pembaca kadang bertanya "itu kamu?", "beneran ceritanya gitu?" Dan pasti aku hanya tersenyum, terpikir kubisa menggiring imajinasi mereka.
Menjadi dirimu sendiri dalam sebuah tulisan, akan lebih menyenangkan dan menambah energi bahagia buat sekitarmu.

Tetaplah menulis sampai kita tak bisa menulis lagi.

 

Masih ragu hari ini untuk menulis?

 

 

Biodata Penulis

Leonarda Sambas lahir 11 Mei 1973. Leonarda seorang ibu 3 orang anak. Sehari-hari Leonarda bekerja sebagai pengajar pada sebuah lembaga kediklatan. Menulis adalah ruang tempatnya menumpahkan semua kegelisahannya. 

Beberapa antologi cerpen sudah memuat karyanya, antara lain:

Sayap Khayalan (Sekilau Permata), Jika Cinta Tak Pernah Jatuh (Kutemukan Bahagia Setelah Hari Itu), Kali Kedua (Barangkali Semesta Cuma Bercanda), Wanita hebatku (Kata Ibu, Wanita Harus )

            

Silakan menghubungi penulis di:

            Instagram       : @leonardasambas

            Facebook        : Leonarda Sambas Kusumaningsih

            Email              : leonarda.sambas73@gmail.com

            WhatsApp      : 0812 2723 2300

Share:

12 comments :

  1. Terima kasih ibu Leonarda Sambas..
    sudah menginspirasi kita kita para pembaca yg ingin menulis..

    betul..kita dulu menulis hanya di sebuah buku harian..
    dengan sebuah kisah perjalanan kehidupan yg telah kita lalui..
    apalagi jika kisah tentang masa lalu..
    masa masa terindah..
    Apalagi kisah kasih di sekolah..
    seakan tak pernah hilang dalam memori jingga... cieeeeee cieeeee..

    jaman nom noman yg indah.. (masa muda)..seakan akan baru kemarin terjadi..
    meskipun sudah beberapa dekade telah berlalu..
    namun bisa membuat kita tersenyum senyum sendiri..

    Wadduh..malah aku ikutan menulis di sini ya..?..
    sudah ikut ikutan tertular oleh virusnya ibu Sambas..xixixi..

    thankyu yaa...

    ReplyDelete
  2. Terima kasih ibu Leonarda Sambas..
    sudah menginspirasi kita kita para pembaca yg ingin menulis..

    betul..kita dulu menulis hanya di sebuah buku harian..
    dengan sebuah kisah perjalanan kehidupan yg telah kita lalui..
    apalagi jika kisah tentang masa lalu..
    masa masa terindah..
    Apalagi kisah kasih di sekolah..
    seakan tak pernah hilang dalam memori jingga... cieeeeee cieeeee..

    jaman nom noman yg indah.. (masa muda)..seakan akan baru kemarin terjadi..
    meskipun sudah beberapa dekade telah berlalu..
    namun bisa membuat kita tersenyum senyum sendiri..

    Wadduh..malah aku ikutan menulis di sini ya..?..
    sudah ikut ikutan tertular oleh virusnya ibu Sambas..xixixi..

    thankyu yaa...




    ReplyDelete
  3. hebat bu dosen ini... Terimakasih utk ilmu nya..

    ReplyDelete
  4. Menginspirasi sekali sista, lanjutkan....

    ReplyDelete
  5. Terima kasih ibu sambas, membuat saya jadi ingin ikut menulis juga

    ReplyDelete
  6. Keren banget bu, jadi pengen nulis seduatu :) Semangat Selalu bu Sambas!!!

    ReplyDelete
  7. bener sekali, kadang2 kita ingin mengeluarkan apa yg membuat kita khawatir dengan menceritakannya kepada orang lain. Tetapi saat tidak ada orang lain yang bisa diajak berbagi cerita, kertas dan pensil bisa jadi alat untuk meluapkan kekhawatiran yang ada dipikiran kita. Saya juga kadang2 meluapkan kekhawatiran saya melalui kalimat2, hanya saja saya mengetik di notes handphone. terimakasih artikelnya bu, solusi yg bagus untuk membantu orang lain dengan kekhawatiran yang sama

    ReplyDelete
  8. bener sekali, kadang2 kita ingin mengeluarkan apa yg membuat kita khawatir dengan menceritakannya kepada orang lain. Tetapi saat tidak ada orang lain yang bisa diajak berbagi cerita, kertas dan pensil bisa jadi alat untuk meluapkan kekhawatiran yang ada dipikiran kita. Saya juga kadang2 meluapkan kekhawatiran saya melalui kalimat2, hanya saja saya mengetik di notes handphone. terimakasih artikelnya bu, solusi yg bagus untuk membantu orang lain dengan kekhawatiran yang sama

    ReplyDelete
  9. Ibok Keceh.. kapan kita bertemu lagi? Keseharian, pengalaman, dan integritas belio sangat menginspirasi!! Sehat2 Ibok!

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis