Menggandeng Imajinasi dalam Tulisan

Oleh : SITI KHOTIMAH 


Menghayal bagi sebagian orang adalah hal mubazir. Membuang waktu, melewati detik dan menit yang begitu berharga. Duduk, tersenyum bahkan menangis. Kadangkala membuat dunia berfikir bahwa aku gila. Iya. Aku memang gila. Tergila gila dalam khayalan dan imajinasi tak pasti. Tapi insyaallah aku bisa merubah dunia dengan caraku. Menggandeng, berjalan beriringan menuju dunia tanpa batas, tanpa penghalang bahkan liar. Itulah sebabnya aku suka menulis. Dan diantara dari sekian banyaknya alasan, ku rangkumkan bahwa dunia imajinasi juga tak kalah keren diantaranya: 

1. Karena aku tak pandai mengingat 
Aku selalu lupa akan hal yang baru kupelajari. Mengingat juga bukan keahlian yang aku miliki. Jadi Ku pilih menulis dan menuangkan semua dalam beberapa buku. Semua orang punya kelemahan dan kelebihan. Ku jadikan kelemahan yang aku punya untuk mencari kelebihan ku yang belum terasah. 

2. Rahasia terjamin aman 
Memang tak bisa dipungkiri bahwasanya seorang manusia akan selalu butuh orang lain. Entah karena ada luka yang tertorehkan atau kebahagiaan yang tengah dirasakan. Berbagi dengan orang lain mungkin sudah menjadi hal yang tak boleh terlewat. Namun ada sebagian kasus, curhat kepada manusia belum tentu solusi yang tepat. Kemungkinan masalah ganda akan muncul dengan seiringnya waktu. Namanya manusia. Sekarang kawan entah dimasa depan akan sama atau berubah jadi lawan. Solusi terbaik adalah curhat pada Tuhan atau menulis dalam beberapa lembar catatan harian 

3. Karena aku suka 
Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Sadar menulis itu adalah sebagian dari perjalanan hidupku. Aku menulis saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Menyelipkan kata kata pada buku diary. mungkin bagi sebagian orang itu adalah lebay, tapi bagiku itu sejarah. Bagaimana aku bisa tumbuh, bagaimana aku menyembuhkan luka. Kalau ditanya kenapa aku nulis?Jawabannya karena aku suka.Apa yang membuatku suka? Hemm... Terkadang perasaan suka datang tanpa alasan dan menjadi kebiasaan yang begitu menyenangkan 

4. Olahraga otak 
Olahraga otak. Mungkin itu kata yang aneh, tapi itulah prinsipku ketika aku sedang monggoyangkan pena menjadi sajak. Sudah lulus dari bangku sekolah, sayang sekali kemampuan berfikir jadi kurang bisa dioptimalkan. Aku yang bukan berasal dari pekerja kantoran, tak terlalu paham dengan dunia digital, juga tidak bisa melanjutkan ke pendidikan ke universitas. Lingkungan yang menghanyutkan untuk terus rebahan, menenggelamkan impian dan asa, rasa malas menjadi darah daging sehinggamembuat otak tak bekerja sebagaimana fungsinya. Menulis juga untuk menghargai dan menjaga apa yang telah Tuhan titipkan. 

5. Berbagi itu indah nan mudah 
Kata siapa orang yang bisa berbagi hanyalah orang kaya? Kata siapa orang dermawan adalah orang yang berpangkat tinggi? Melihat hanya sebatas cover tanpa tau isi Kita semua bisa berbagi dengan caranya masing -masing. Termasuk juga kamu. Iya kamu. Tak perlu banyak, mengundang simpati dan empati. Dengan tulisan kau bisa membuat dunia indah tanpa peperangan. Dengan tulisan kau bisa membuat hidup seseorang menjadi lebih berarti. Karena tulisan adalah ilmu Ibarat air yang selalu dicari. ilmu akan selalu dibutuhkan bagi penerus generasi zaman 

6. Uneg uneg bikin eneg 
Siapa sih yang tak pernah kesal kepada orang lain? Memendam kesal dan keki dalam hati. Dibicarakan malah mengakibatkan kesalahpahaman. Dipendam sampai menyesakkan dan buat frustasi. Semua serba salah. Nada atmosfer meningkat tajam. Pikiran buruk melambung tinggi bak akan menghantam sasarannya. Menulis membuatku meredam emosi. Berdamai dengan suasana hati. Membuang bahkan mengubur dalam dalam. Bercerita pada diri sendiri, mengungkapkan dalam bahasa aksara, rileks dirasa, hilang beban dalam anggapan. 

7. Idola 
Masih terlalu jauh angan angan. Masih terlalu dalam kesempatan yang harus digali. Menyimpan kesabaran dalam wadah yang luas. Tak terbatas. Melatih diri menjadi lebih baik lagi. Bertemu dengannya adalah passion terbesar dalam hidupku. Mendorong semangat motivasi, berkarya walau terkadang tak dihargai, disepelekan bahkan dihancurkan. Tapi diri ini masih dalam benteng nan kokoh. Percaya, meskipun masa depan masih abu-abu. Menulis dan ingin menjadi penulis. Berandai andai, mungkin bila nanti ada sebuah peluang untuk berada dalam satu ruangan, bertukar cerita, mengajarkan tips dan trik bagaimana menjadi penulis yang baik. Dan yang terpenting lagi menjadikan semangatku menggebu gebu setelah bertemu dengan mereka 

8. Membuat peka ketika mulut sudah tak dapat bicara 
Sejak kau berjanji di hadapan Tuhan dan orang tuaku. Mengukir perjalanan hidup baru, berjanji setia dan menjaga diriku. Mengarungi samudra kehidupan dengan segala bahaya yang pasti menyayat hati.Pasti ada masalah dengan ceritanya masing masing. Pedih menangis dan kecewa. 
Terkadang hanya masalah sepele yang membuat kita sama sama terluka. Diam membisu mengisahkan pilu. Menulis membuatku sadar akan kesalahan masing-masing. Membuat rute asal muasal kesalahan dan buat kekacauan. Membentuk sebuah labirin memusingkan akal. Aku menulis juga ingin membuatmu peka. Saat kau membaca, tulisan itu menjerit mengisahkan suara hatiku. Harusnya kita mencari cara dan menemukan jalan keluar. BERSAMA 

9. Memberikan inspirasi dan motivasi 
Pernah gak sih berfikir untuk keliling dunia? Menikmati suasana berbeda dan eksotisnya peradaban. Namun isi dompet tak pernah berpihak. Banyak sekali yang masih belum beruntung, bersabar lebih lama. Menurutku buku itu seperti pintu kemana saja. Membawa hal hal ajaib, menerbangkan imajinasisampai ke fantasi. Menebar ilmu ke segala penjuru negeri. Menginspirasi pada semua orang bahwa ada banyak hal menyenangkan di luar sana. Itulah alasan ke sembilan mengapa aku menulis 
Memberikan inspirasi untuk terus berjuang. Meskipun terkadang tulisan yang ku buat tak pernah ada pembaca. Tapi selalu yakin, bahwa sekedar menyebar kebaikan akan merubah hidup seseorang. 

10. Memberikan kenangan 
Sungguh, manusia sesekali tak pernah bisa melawan rindu. Hanya bertemu juga bersabar yang mampu memerangi ketika rasa bernama rindu berkecamuk dalam hati. Beruraian air mata. Manusia sejatinya akan pergi dan kembali pada Tuhan. Tak abadi, meskipun telah melakukan berbagai hal untuk berdiri kokoh di atas dunia bernama bumi. Aku menulis karena aku takut akan dilupakan. Seiring bergantinya siang dan malam. Ingin memberikan kenangan berkesan ketika kami sudah tak bisa saling bertegur sapa. Ketika aku berada di bawah tanah dengan suasana dingin mencekam, takut ada segelintir manusia merasa rindu. Menangis hanya menatap album foto yang menggoreskan kenangan indah. Menorehkan beberapa lembar catatan. Ketika mereka membuka dan membaca bahwa aku mencintai mereka. Meskipun semua kini telah berbeda. Ku harap rindu berganti dengan doa 


Jember, 8 Agustus 2020 



Tentang penulis 
Namaku Siti Khotimah, berasal dari kabupaten Jember. Banyak halangan dan rintangan yang aku hadapi saat menulis. Mulai dari fasilitas yang tidak memadai bahkan sampai rasa malas . Tapi itu tidak akan menyurutkan ku untuk terus berkarya. Menulis adalah hidupku dan tulisan akan menjadi saksi sejarah bagaimana aku tumbuh
Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis