Oleh: Juju Julaeha
Menjadi penulis itu pilihan, tapi menulis bisa menjadi kebutuhan. Untuk apa kamu harus menulis? Ketika pertanyaan itu sampai di kepalaku, inilah 10 jawaban yang kuhadirkan.
1. Sebagai Penyembuh
Setiap orang tentu ingin sembuh dari luka hatinya. Pun aku, ingin sembuh. Aku bukan mau melupakan luka masa lalu, hanya ingin melihatnya sebagai hal yang tidak lagi menyakitkan.
Menulis adalah salah satu jalan menuju sembuh. Bukan untuk memanfaatkan luka, lalu menjualnya sebagai karya seni yang menakjubkan. Bukan untuk mengabadikannya lalu dijadikan sebagai kenangan yang didewakan. Tetapi menulis mengantarkanku pada ruang paling ikhlas tentang luka itu sendiri.
Tentang kesakitan, renungan, kepasrahan, dan harapan terangkum dalam tulisan sebagai pembelajaran. Agar luka yang singgah tidak lagi dipandang sebagai resah.
2. Obat Rindu
Aku tidak suka rindu yang sering mengamuk. Memporakporandakan kalimat baik-baik saja yang dilidahkan nalar. Sedangkan perjumpaan tidak bisa dihadirkan sebab tidak lagi bernaung di langit yang sama.
Bagaimana jika aku menulis? Melarungkan doa agar Tuhan mau menyampaikan rindu.
Doa yang berisi rindu memang tidak perlu dituliskan, cukup menjadi rahasia perbincangan dengan Tuhan. Namun, aku tidak tahu amin siapa yang akan sampai lebih dulu. Aku menuliskan doa-doa rindu yang mungkin menjadi doa bersama, agar rindu bisa sampai segera.
3. Terus Tumbuh
Aku akan terus tumbuh bersama tulisan, tumbuh menjadi bukan tumbuh seperti. Tentu untuk membesarkan hati, bukan membesarkan kepala. Karena tulisan tidak hanya menyoal aku dan egoku, tapi ada pembaca yang siap menilai dan menghakimi.
Senang bisa bertumbuh sejauh ini. Menulis membuat rasa yang hampir mati itu berakar lagi, bahkan memunculkan tunas baru tanpa membuat rasa yang lain layu.
Sampai saat ini aku tetap menulis. Sebab menulis adalah tentang belajar menumbuhkembangkan ide, memupuk harapan, memangkas kesakitan, juga memanen buah keberhasilan. Sampai kapan?
Sampai jiwa tersangkut maut.
4.Saling Membaikkan
Sebab kita berjauhan, sebab kita tidak bisa melipat jarak untuk terus bersinggungan. Melalui tulisan, kita bisa saling, tanpa merasa yang paling. Kita bisa bertukar pesan yang baik, juga membaikkan.
Selain aku yang tumbuh dan sembuh, aku juga ingin pembaca merasakan hal yang sama meski dengan kalimat sederhana. Sesuatu tidak akan ditulis dan dibagi jika tidak ada makna. Bahkan dalam kalimat kebencian dan keangkuhanpun terselip pesan-pesan yang baik. Semoga tulisan-tulisan yang kita buat bersama tetap dan saling membaikkan.
5.Teman Berbincang
Aku menulis bukan karena tidak ada yang bersedia mendengarkan, mereka bisa saja meminjamkan telinganya. Angkuh sekali jika dikatakan tidak ada yang mau, sebab selama ini kita hanya melihatnya dari sudut pandang sendiri. Bukankah kita hanya tidak siap disalahkan dan dihakimi?
Menulis menjadi teman berbincang ketika hati dan nalar tidak menemui kata sepakat. Aku menuangkannya dalam kalimat, sebab jika bicara pada telinga, aku lagi-lagi tidak siap dihakimi.
Berbincang dengan siapapun atau apapun adalah pilihan, yang terpenting melegakan. Tidak salah dengan cara kita berdialog, selama tidak merugikan orang lain.
6. Suaraku Sumbang
Kalau saja suaraku indah, mungkin aku sudah melantunkan sebuah lagu untuk menyampaikan rindu. Kalau saja suaraku merdu, aku tidak akan meminjam tubuh puisi untuk ribuan kisah yang kulalui. Aku memilih menulis untuk meluapkan segala emosi, sebab tulisan tidak akan kedengaran sumbang.
Aku bersyukur pada akhirnya jatuh cinta pada menulis, dengan begitu aku tidak perlu malu menyanyi dalam larik prosa dan puisi.
7.Akulah Telinga
Ketika orang lain mengatakan menulis sebagai perwujudan dari tidak ada telinga yang mau mendengarkan, aku justru sebaliknya. Menjadi telinga untuk mulut-mulut yang haus ingin didengar, menjadi wadah untuk keluh kesah yang melimpah.
Setelah mendengarkan, lalu aku menuliskannya dalam kalimat sederhana. Setidaknya dapat membantu menerjemahkan kata kenapa yang sering disalah-salahkan.
Tidak ada niat menggurui, apalagi memberikan solusi yang basi. Hanya berbagi kisah-kisah yang tidak berani diungkapkan, tentu bukan untuk mempermalukan. Tetapi untuk menyampaikan kata yang membaikkan.
8. Arah Langkah
Sebab kita adalah manusia, yang terkadang ada di titik lemah juga lubang hitamnya. Menulis membantu kembali menjadi diri kita ketika kita lepas ingatan.
Tanpa sadar, tulisan-tulisan kita sendiri, doa-doa yang kita tulis, yang berasal dari suara hati kitalah yang akan mengantarkan kita kembali pada jalan yang memang seharusnya kita jajaki.
Tulisan yang baik itu akan menjadi cermin saat berada pada titik yang tidak baik. Kita malu pada tulisan sendiri, dan akhirnya kita tidak punya alasan untuk tidak kembali.
9. Ingin Membaca
Tak bisa kumungkiri, aku menulis sebab ingin membaca sesuatu yang ingin kuketahui, termasuk membaca tulisanku sendiri. Terdengar menggelikan, tapi itu menyenangkan. Terkekeh-kekeh sendiri membaca kalimat demi kalimat yang kutulis. Tersedu sendiri menilik perjalanan menyembuhkan bilur luka.
Bahkan pernah takjub dan bangga terhadap diri sendiri sebab bisa menulis yang indah-indah, versiku sendiri. Narsis bukan?
10.Jatuh Hati
Jatuh hati bukanlah alasan, melainkan satu-satunya jawaban. Semua ujaran berawal dari jatuh hati, termasuk untuk pertanyaan mengapa aku menulis. Aku jatuh hati pada lelaki itu, aku jatuh hati pada prosa dan puisi, tapi aku tidak ingin jatuh kehilangan diri. Itulah sebabnya aku menulis sampai hari ini.
Aku sudah jatuh hati sedalam ini, dan rasanya tidak bisa menyerah meski kadang masih berkeluh kesah. Aku sudah jatuh pada pilihanku untuk menjadi penulis dan terus menulis. Sebab di sana kutemukan kita yang mendukung satu sama lain.
Nah, itu jawaban di balik pertanyaan kenapa aku menulis. Bagaimana denganmu?
Bionarasi:
Juju Julaeha. Lahir pada 27 Mei di Lampung. Mulai menyukai dunia tulis menulis sejak mengalami patah-patah tak berdarah, hingga menjadikan tulisan sebagai tempat persembunyiannya.
Ju sudah menelurkan dua buah buku berjudul AKASIA dan DAISY. Bisa disapa melalui instagram @_blueorion.
Mudah2an bs menulis dan menjadi penulis inspiratf
ReplyDeleteAku suka caramu menjadikan tulisan sebagai caramu menghargai hidup
ReplyDelete😍😍😍😍
ReplyDelete