Menulis Adalah Kehidupan

Oleh: Venansya Maulina Praba

 


Bagi beberapa orang, alasan menulis dibutuhkan untuk menghasilkan tulisan yang berbobot dan dapat dipertimbangkan kelayakannya. Alasan menulis juga diperlukan untuk menyusun perencanaan yang matang dari sebuah tulisan. Sedangkan, bagiku, menulis merupakan bagian dari hidup. Dan berikut ini, adalah beberapa alasan aku menulis.

1.      Tugas Sekolah

Ketika duduk di bangku sekolah, ibu/bapak guru sering memberi tugas untuk menulis, seperti menulis cerita, puisi, artikel, esai, karya ilmiah, dan sebagainya. Pertama kali aku mendapat tugas menulis adalah ketika aku duduk di bangku Sekolah Dasar. Ya, guru SD-ku adalah alasan aku menulis. Saat itu beliau yang memaksaku membuat tugas menulis puisi dan karangan pendek. Sebenarnya bukan memaksa, atau lebih tepatnya karena itu tugas, mau tidak mau aku harus menulis. Guru SD-ku sering sekali memberikan tugas menulis, terutama menulis cerita tentang liburan semester. Awalnya, aku hanya menulis ketika ada tugas. Lama-kelamaan aku semakin menikmati tugas menulis ini. Aku pun mulai menulis saat ada waktu luang. Aku juga mengikuti ekstrakurikuler menulis puisi di sekolah. Sejak saat itu, menulis menjadi hobiku, terutama menulis puisi. Aku juga mengembangkan hobiku dengan mencoba tulisan lain seperti cerpen, resensi, dan esai. Dari situlah aku mulai menulis dan terus menulis sampai sekarang.


2.      Mengisi Waktu Luang Dengan Kegiatan Yang Bermanfaat

Ada banyak hobi yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang. Salah satunya adalah menulis. Dengan menulis, seseorang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Menulis mengasah kreativitas, daya nalar, daya ingat, dan kemampuan konsentrasi. Kegiatan menulis juga dapat mendatangkan kepuasan batin tersendiri. Apalagi jika tulisan-tulisan seseorang dimuat di media terkenal sehingga nama seseorang tersebut menjadi terkenal dan mendapat royalti dari tulisannya. Melalui kegiatan menulis, sesorang mendapat banyak sekali manfaat sehingga menulis sangat baik untuk mengisi waktu luang.


3.      Mengingat-Ingat Sesuatu

Bagi beberapa orang, mengingat beberapa hal sekaligus sangatlah sulit dilakukan. Harus menyimpan memori ini dan itu, sementara otak manusia mempunyai kapasitas memori yang terbatas. Memori jangka pendek jelas akan mudah dilupakan. Oleh karena itu, beberapa orang lebih memilih untuk mencatat dan menulisnya. Menulis akan membantu seseorang mengingat-ingat sesuatu. Menuliskan hal-hal penting, tugas, agenda kegiatan, dan pekerjaan yang akan dilakukan memudahkan seseorang untuk mengorganisir pekerjaannya. Seseorang dapat dengan mudah mengetahui apa-apa saja yang belum dan telah dilaksanakannya sehingga tidak ada yang terlewatkan.


4.      Belajar

Sebelum menulis, biasanya aku menyempatkan diri untuk mencari dan membaca tulisan yang mendukung karya-karyaku. Dari membaca, tentu aku mendapatkan banyak ilmu pengetahuan. Aku juga mendapat pelajaran dari berbagai perspektif dan sudut pandang yang berbeda. Hal ini mendorongku untuk berpikiran terbuka sehingga membantuku memandang masalah dari berbagai sisi dengan segala kemungkinan-kemungkinannya. Selain itu, menulis mendorongku untuk mempelajari apa yang hendak aku tuliskan secara mendalam sehingga tulisanku berbobot dan dalam maknanya. Mempelajari sesuatu sebelum menuliskannya menjadi suatu bacaan juga penting sekali agar tulisan kita tidak menyesatkan orang lain.


5.      Self Reminder

Salah satu alasan aku menulis adalah self reminder, untuk mengingatkan diriku sendiri. Ada banyak pelajaran bermakna yang kudapat dari kehidupan sehari-hari. Satu dua terpatri dibenakku dan banyak sekali yang menyentuh sanubari. Menulis membantuku memahaminya, mengingatnya, dan mengamalkannya. Menulis membantuku untuk menolak lupa akan hal-hal sederhana tapi bermakna sepanjang masa. Menulis membantuku untuk lebih memahami hidup sebab menulis adalah hidup dan kehidupan itu sendiri.


6.      Mengatakan Yang Tak Terucap

Ada banyak hal yang lebih lega untuk dituliskan daripada dibicarakan. Ada yang lebih baik dilampiaskan sendiri tanpa ada yang mengetahui. Biarkan menjadi rahasia pribadi jika memang tidak bisa dibagi dan harus disimpan sendiri. Sebab dengan menulis, setidaknya sedikit beban terangkat. Setidaknya, sedikit perasaan lega tertambat.

Begitulah, terkadang menulis bisa menjadi tempat curhat. Menulis adalah tempat mencurahkan emosi dan keluh kesah. Menulis adalah obat, self healing. Terkadang, cukup dengan menulis dan semuanya akan baik-baik saja.


7.      Pulang

Pada kalanya aku kehilangan diriku, kehilangan jati diri. Pada kalanya aku mengembara jauh, mencari sesuatu baru, mencoba hal-hal baru. Sayangnya, hanya menulis yang membuatku pulang, yang membuatku merasa kembali. Menulis bagaikan rumah. Dengan menulis segala beban luruh dan aku kembali utuh. Dengan menulis, aku menjadi diriku sendiri, menjadi diriku dengan segala bentuk terburuknya dan aku merasa lega. Menulis adalah tempatku melepas topeng pura-pura. Menulis tak pernah menuntuku sempurna. Menulis tak pernah menuntutku punya apa-apa. Menulis tak pernah menyuruhku menjadi siapa-siapa. Menulis adalah rumah, tempatku aku pulang, dengan penerimaan yang paling dalam.


8.      Keabadian
Siapa yang tidak mengenal kata-kata Pramoedya Ananta Toer: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Ya, menulis adalah bekerja untuk keabadian. Mungkin suatu saat nanti, jika aku sudah tiada, jika jasadku sudah hilang ditelan bumi, dan jika rohku sudah kembali kepada Sang Pencipta, aku akan tetap hidup dalam tulisan-tulisanku. Suatu saat nanti, ragaku akan tiada tapi jiwaku akan tetap ada. Orang-orang akan mengenangku lewat tulisanku. Orang-orang yang mencintaiku tidak akan merasa ditinggalkan olehku. Sebab menulis adalah abadi dan kita abadi.


9.      Menulis Tidak Perlu Alasan

Sejujurnya, tidak pernah ada alasan mengapa aku menulis. Aku menulis karena aku ingin. Aku menulis karena hal itu mengalir. Memang, menulis memberiku banyak manfaat, memberiku kebahagiaan, kepuasan. Namun, yang sebenarnya, aku tidak pernah punya alasan menulis. Ketika ada tantangan menulis 'Alasan Aku Menulis', aku bingung bagaimana menjabarkan tema itu ke dalam tulisan. Aku sendiri tidak pernah punya alasan menulis. Hingga akhirnya, aku merenungkannya dalam-dalam dan menuliskannya sampai aku kehabisan alasan. Sejujurnya, aku menulis karena aku ingin menulis. Tidak ada alasan mengapa aku menulis.


10.  Menulis Adalah Kehidupan

Di bagian terakhir ini, aku menuliskan salah satu puisiku dengan judul Teruntuk Puisi. Puisi ini mengungkapkan bahwa menulis, terutama menulis puisi, sudah menjadi bagian dari hidupku.


Teruntuk puisi

 terima kasih tidak pernah meninggalkanku sendiri walau aku di dasar lembah paling dalam kemuraman atau dalam serpihan gelas yang pecah

terima kasih karena selalu percaya

terima kasih sudah menerima apa adanya


Puisi-puisiku adalah alasan menulis terbesarku. Menulis adalah puisiku. Puisiku adalah kehidupanku.

 

Tentang Penulis

Bernama Venansya Maulina Praba. Lahir di Malang, 16 Juni 2000. Berasal dari Kota Kelahiran SBY, Pacitan. Sedang menempuh pendidikan S1 di salah satu kampus di Surabaya. Seperti judul tulisan di atas, menulis adalah kehidupannya dan ia tidak dapat dipisahkan dari menulis. Sudilah kiranya para pembaca berteman melalui instagram: @menantijuni atau berkirim surel melalui nansyapraba@gmail.com.

Share:

3 comments :

  1. Semangat terus, kak.
    Jangan lupa mampir ke tulisanku juga, ya 🙏

    ReplyDelete
  2. Selain "rumahku istanaku", rupanya ada pula "tulisanku kehidupanku". Tulisan yang bagus! Jangan berhenti menulis, ya.

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis