Mengapa Harus Menulis ?

 Oleh : Salsabila Safitri  


Mengapa harus menulis ?

Setiap orang mempunyai alasan dalam setiap problem sendiri-sendiri. Jujur saja, menjadi istiqomah untuk menulis memang sulit. Namun, aku mempunyai beribu asa. Sebelum melangkah kedepannya, aku harus menulisnya satu persatu. Setiap sub alasan itu, aku mempunyai beribu alasan lagi yang berbeda. Jadi, seperti alasan didalam alasan.

Berikut sedikit banyak alasan aku mau untuk menulis:


Pertama : aku tak bisa menulis, tapi aku mencobanya. Dan aku adalah penulis lugu

Di sudut rumah kesukaanku.

Yang kupandang cakrawala biru dari balik jendela. (Tergelatak buku-buku juga tinta hitam yang tak pernah kupakai).
Aku acuh dengan itu. Namun, bertenggang waktu, Aku ingin menyentuhnya.
Aku begitu tertarik untuk menggunakannya. Dan kali ini, aku awali semuanya dengan lugu. Aku tak punya sangu sebagai pecinta tulisan. Aku hanya berani dalam satu tantangan. Aku ingin tau bagaimana rasanya tulisan.

Aku mencobanya dengan tangan tak bisa kuembut. Aku kaku. Tapi aku mau mencobanya.


 

Kedua : aku terpikat dengan menulis 

Aku terpikat padamu

Menulis adalah hal yang membosankan (katanya).
Menulis begitu menyenangkan (katanya).

Semuanya mempunyai alasan sendiri. Ketertarikanku pada menulis datang tanpa kupinta.
Aku menyukai beribu kata puitis. Yang terkadang kutulis ketika hati mengikis tipis. Dengan tulisanku yang begitu prosais.
Tetapi, aku ingin bernari.
Bernari diatas kertas suci. Yang belum terpenjara oleh ribuan kata tuk sekedar menarik perhatian. Termasuk perhatianku.
Aku terpikat, karna ribuan kata yang terus mengikat.

Mencobanya dalam bahasa tubuhku yang lurus. Tak tau tentang ribuan kata yang menjadi candu.

Aku terpikat, karna ribuan kata yang mengikat.

 

Ketiga : sebagai teman sepi

Kesepian sering kali membuat orang menjadi merasa sendiri, berfikir keras tentang hal-hal yang terjadi.
Kesepian bisa datang ketika kita merasa semuanya berbeda. Contoh, ketika satu orang bersikap tak biasa terhadap kita, dan saat itu juga dia pergi.
Di kisah ini, biasanya seseorang yang tiba-tiba ditinggal, menjadi seseorang yang perasa. Salah satunya kesepian.

Meski dalam keadaan banyak orang, kesepian datang tak mesti dalam suasana hening.

Biasanya, seseorang menyudahi rasa kesepian itu dengan mendengarkan musik, membaca atau hal-hal lain. Termasuk juga menulis.
Menulis membuatku merasa banyak teman. Setiap kata yang kutulis merupakan teman terbaik yang bisa mengerti aku dan perasaanku saat itu juga
.

 

Keempat : Kujadikan sebagai kenangan

Pagi ini angin menyapa.
Menyibak kulit luar tubuhku. Aku merasakan dingin yang tak biasa.

Biasanya, kerap kali angin berlalu lalang, kau datang menghadang. Memberikan kehangatan tanpa sentuhan. Kau memberiku penghangat agar aku tak meringkih kedinginan.
Dulu, saat-saat kau disini, menemani tiap-tiap pagiku, aku mengukirnya diatas kertas putih. Bergambar huruf Abjad yang kau baca penuh suka cita.

Kini, Hanya angan yang menyapa. Pergi tanpa pamit, hati kian menyakit.

Semuanya hilang. Melebur dalam kenangan.
Namun,
Aku mengenangnya dalam tulisanku dulu
Yang kini kubaca sendiri, tanpa kau yang dulu menepi.


Kelima : untuk mempertajam daya ingatan

Satu ilmu, jika tidak diikat atau diingat-ingat akan hilang dengan sendirinya.
Salah satu mengikat ilmu itu dengan tulisan. Kita bisa menulisnya ketika mendengar suatu ilmu.
Tadi pagi, ketika khutbah salat ied, terdapat didalamnya satu ilmu yang belum banyak orang mengetahuinya.
Dulu, sebelum nabi Ismail diqurbankan, dia berpesan kepada bapaknya (Nabi Ibrahim) untuk berhati-hati dalam menyembelih, agar darahnya tak mengena pada baju-nya. Hal ini nabi Ismail takut, jika ibunya mengetahui dan akhirnya bersedih.
Inilah Filosofi mengapa ketika berkurban hewan qurban ditutup dengan daun pisang.

 

Keenam : sebagai bahasa rasa

Tiap kutatap kamu, hatiku berdegup kencang, keringatku mendingin, napasku tak beraturan, meskipun kau dalam jarak yang begitu jauh.
Tiap kau datang mendekat, pipiku mulai memerah, mataku tertunduk malu, aku tak kuasa memandangmu dalam dekat. Aku tersipu.
Tiap kali kau bertanya padaku, aku selalu merasa gugup tak karuan, keringatku jatuh bercucuran, inginku mempercepat waktu, agar semuanya cepat berlalu.
Aku tak kuasa menjawabnya, dan kau tak tau itu.
Aku tak bisa menjawab lewat suara, aku hanya bisa menjawabnya lewat kata.
Setiap kata yang kutata dalam diary, sebagai bahasa rasa yang kupunya.

 

Ketujuh : sebagai pelipur lara

Tak disadar, tiap hari tak selamanya baik. Terkadang, semesta enggan tuk berpihak padaku. Membuatku sendu memikirkan rindu.
Kerap kali rasa itu datang, yang tak kupinta. Tentang sekeping asa yang kulangitkan dalam doa. (semoga Tuhan segera berkenan dan mengiyakan)

Selain tertuai dalam bait-bait doa yang kuucap, aku menuainya dalam tulisan jua. Aku menulisnya berjalan semestinya, beralur, juga berhati-hati agar tak hancur.
Kerap kali luka melilit hati, kutuang dalam tiap kata diatas kertas putih. Itu membuat lukaku sedikit tak berpedih, sedikit lirih dan aku yakin akan segera pulih.
Kopi, buku, bolpoin, juga kisahmu, adalah sesuatu yang membuat candu. Candu tuk kuadukan pada Tuhan sang pencipta alam.

 

Kedelapan : sebagai obat rindu

Sore ini,
Disudut bibir pantai favorit kita
Berpasir putih, suci nan lembut
Dengan air yang membentang luas penuh harapan dan asa
tentang aku, dan kamu
Yang dipisahkan dalam raga,disatukan dalam jiwa.
Kini hanya bayang2 suaramu yang menghantui telingaku saat saat ini
Di sudut bibir pantai ini
yang kau sebut sebagai tempat indah dalam hidupmu
Karena ada aku, yang menerimamu bagaimanapun kamu.
Dan kini, aku sedang tersiksa rindu.
Aku menuangnya dalam diary penangkal rindu.

 

Kesembilan : kegemaran

Setiap insan pasti memiliki kebiasaan atu hobi yang berbeda.
Dari mulai menyanyi, bermain musik, membaca, mendengarkan musik, traveling, bahkan tak jarang juga menulis.

Menulis sebagai pilihan hobbi utama. Dirasa karena menulis dapat melegakan pikiran yang menghalu, hati yang pilu, hingga jiwa yang sayu.
Hobbi merupakan kebiasaan yang biasanya dilakukan diwaktu luang.
Biasanya, setiap orang ketika merasakan Gabut (merasa suntuk) mereka melakukan kebiasaan yang disukanya. Kemudian, mereka mengembangkannya dalam dunia nyata.
Seperti hobi menulis, mereka mengembangkannya dengan menulis novel, dan diterbitkan hingga menjadi penulis profesional .

 

Kesepuluh : akhirnya, menjadi prioritas 

Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berbeda. Memiliki prinsip yang berbeda pula.

Dalam hidup kita, senantiasa kita mendengar kata "prinsip" kemudian Prinsip itu diprioritaskan.
Bicara tentang prioritas, tak jarang orang memiliki prioritas yang unik dan jarang orang melakukan. Seperti ada yang memprioritaskan tidur daripada makan, ada yang sebaliknya.

Tak dipungkiri, terkadang satu hobbi juga lambat laun menjadi prioritas.
Menulis adalah hobi, namun, lama kelamaan bisa menjadi prioritas karna kita punya prinsip hidup.
Membiasakan menulis agar mengasah daya fikir kita, adalah salah satu alasan kita dalam menjalankan "prinsip yang sebagai prioritas"

Kesepuluh : sebagai prioritas

Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berbeda. Memiliki prinsip yang berbeda pula.
Dalam hidup kita, senantiasa kita mendengar kata "prinsip" kemudian Prinsip itu diprioritaskan.
Bicara tentang prioritas, tak jarang orang memiliki prioritas yang unik dan jarang orang melakukan. Seperti ada yang memprioritaskan tidur daripada makan, ada yang sebaliknya.
Tak dipungkiri, terkadang satu hobbi juga lambat laun menjadi prioritas.
Menulis adalah hobi, namun, lama kelamaan bisa menjadi prioritas karna kita punya prinsip hidup.
Membiasakan menulis agar mengasah daya fikir kita, adalah salah satu alasan kita dalam menjalankan "prinsip yang sebagai prioritas"

Itulah, sebagian kecil dari alasanku menulis. Masih banyak yang lain lagi.

 

Semarang, 10 Agustus 2020


BIODATA PENULIS   

Wanita yang kerap kali dipanggil abing ini, lahir di pemalang, 07-januari-2001. Merupakan mahasiswi Hukum di salah satu perguruan tinggi semarang. Sejak SMP, dia sudah menyukai dunia tulis menulis. Selain itu, dia juga senang dunia seni. 

Share:

7 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis