Oleh : Yulina Rosyidatul Chusma
1. Menduplikat Ingatan
Di perjalanan hidupku, banyak hal yang kulalui dengan proses dan kesan yang berbeda-beda. Tentunya tak akan lupa. Namun lupa ini manusiawi. Tak tahu seberapa lama lagi perjalanan ini, dan seberapa kuat daya ingatan ini.
Namun Tuhan sangat amat baik, dihadirkannya ruang untukku menjadi teman untuk berbagi ingatan. Ialah menulis, aku menemukannya untuk menduplikat ingatanku.
2. Menyuarakan Rasa
Disuatu hari, aku menemukan diriku di dasar hati. Tertunduk, meringkuk seorang diri. Katanya, saat itu aku sedang mencari telinga untuk mendengarkanku. Mencari mata untuk melihat bibirku berucap. Mencari tangan untuk mengenali kata-kataku yang terlihat. Dan aku menemukannya.
Namun satu yang belum kutemui. Ialah mereka yang mampu membuatku jujur bercerita tentang rasaku. Sejak saat itu aku berteman baik dengan pena dan kertas kosong. Sehingga dengannya aku mulai menceritakan rasaku.
3. Mengenali Asa
Seperti yang kita tahu, asa adalah kehidupan. Namun, bagaimanakah bentuknya? Fisiknya mungkin tak ada yang tau seperti apa itu. Tapi asa ada di sekitar kita.
Karena itu, mengenali asa menjadi alasan ketiga kenapa aku menulus. Asa membuatku dekat dan mengenali Tuhan, manusia, alam, hewan, dan makhluk hidup lainnya. Di sini aku menyadari suatu hal, bahwa aku bukan satu-satunya ciptaan-Nya.
4. Waktu
Satu hal yang bisa membuat manusia takut dan menyesal adalah waktu. Karena kita tidak akan bisa mengulang hal yang sama persis di waktu selanjutnya. Maka dari itu, waktu menjadi jawaban atas alasan kenapa aku menulis.
Setelah melewati kemelut perasaan dan hal-hal yang membahagiakan dalam kehidupan. Waktu menjadi saksi dalam setiap tulisanku. Di sana waktu tertera apa adanya memberitahumu.
5. Menulis itu Melegakan
Sebenarnya aku tak punya banyak alasan kenapa aku menulis. Karena kalau mau nulis ya nulis ajah, hehe. Ada sedikit cerita, aku pernah berfikiran kenapa aku susah untuk ngobrol dengan orang lain. Hal itu membuat aku tidak percaya diri untuk bercerita, apalagi bertukar pikiran. karena itu, muncullah ketakutan yang menyebar hingga sadar menjadi toxic untuk diri sendiri.
Akhirnya, mulailah kutuliskan semua hal yang kulalui. Sedih, senang, sakit, terluka, resah, haru, kecewa, hingga bahagia tercurahkan semuanya disana. Sejak saat itu, menulis itu melegakan buatku.
6. Menulis Sebagai Caraku Berbicara
Ketika ucapanku lirih terdengar, maka menulis sebagai caraku berbicara. Seperti yang kita tahu, dalam menyempurnakan sebuah kata tak hanya tertulis huruf per huruf saja. Melainkan ada arti atau makna yang menyertainya.
Maka dari itu, aku berharap isi tulisanku ini bisa menyadarkan manusia yang membacanya. Sehingga ada kebermanfaatan untuk kita semua.
7. Menulis itu Menyimpan Sejarah
Sejak beberapa hari yang lalu, dalam tulisanku berkisah tentang apa alasanku menulis. Seperti itulah aku mengabadikan dan menyimpannya rapi dalam tulisan.
8. Menulis itu Mengenali Diriku
Sampai detik ini, aku masih saja terus menulis. Namun, kebanyakan isinya tentang diriku sepenuhnya. Hehe, eh keceplosan. Ketika menulis, aku merasa lebih ekspresif. Menulis membuatku nyaman dengan kebebasan, aku suka melanglang buana. Dengan menulis aku lebih mengenali diriku.
9. Menulis itu Buah Karya
Karena sebagai manusia, saya ingin bermanfaat untuk orang lain. Dengan menulis, siapa tahu karya saya nanti bisa layak dibaca untuk semua orang (aamiin, insyaAllah). Saya percaya karya itu abadi, ketika raga sudah membumi. Karya akan tetap ada, walau penulisnya sudah tak menyertainya. Jadi itulah alasan kesekianku untuk tetap menulis.
10. Dengan Menulis Aku Belajar
Ada yang pernah berkata, terus belajarlah. Maka detik itu juga ku kencangkan usahaku, ku tahan rasa malasku, ku sisihkan keluh kesahku. Sehingga ku mulai belajar menulis. Mencoba mempelajarinya, memahaminya, mencurahkan kata-kata dengan rasa semangat yang ada.
Sekian cuplikan alasan-alasanku untuk tetap menulis. Tetap membumi dan selalu mengabdi.
Tentang Penulis
Semangat kak! kita tembus terus dinding aksaraaa🤭🥰✨
ReplyDeleteSemangat kak
ReplyDelete