GENGGAM ERAT SEPENUH HATI, Urgensi Alasan Menulis



Oleh : Dewi


Setiap kegiatan yang kita lakukan sepatutnya memiliki alasan dan tujuan yang kuat, agar menghasilkan sesuatu yang maksimal. Begitu pun dalam menulis, apalagi untuk saya yang masih sangat pemula dalam dunia kepenulisan. Menggenggam erat alasan menulis menjadi sesuatu yang sangat penting bagi saya untuk memotivasi dan menjaga konsistensi dalam merangkai aksara. Sepuluh alasan berikut ini yang menjadi sumber pemantik kekuatan dalam hati ketika rasa penat dalam berkarya menyerang kepala. Mungkin bisa juga sebagai pertimbangan bagi teman-teman untuk menguatkan alasan menulis. Selamat membaca, dan yuk semakin perjelas alasan kita menulis sehingga memiliki arah tujuan yang pasti dan tidak kehilangan jati diri, tulisan pun akan mengalir dari hati.

Pertama, menebar kebaikan. Menebar kebaikan melalui tulisan adalah sebuah keniscayaan jika apa yang kita goreskan mengandung nilai-nilai positif bagi orang yang membacanya. Hal inilah yang menjadi alasan mendasar bagi saya untuk terus menekuni dunia kepenulisan meskipun usia tidak lagi muda dan sudah beranak dua. Selama ini saya menuliskan setiap peristiwa dalam buku harian saja, sehingga hanya diri sendiri yang merasakan kebaikan dari tulisan tersebut. Bersyukur, akhirnya perjalanan hidup menuntun langkah saya ke dalam sebuah komunitas menulis melalui ajakan seorang sahabat. Melalui goresan aksara sederhana meskipun beberapa kalimat saja, saya dapat menyemai kebaikan bagi banyak orang yang membacanya.


Kedua, Ladang Amal. Niatkanlah dengak ikhlas hanya mengharap ridha Allah dalam setiap tulisan  yang kita goreskan. Sehingga setiap untaian aksara yang tertuang akan menjadi ladang amal jariah. Namun, hanya tulisan yang mengandung nilai-nilai kebaikanlah yang akan menjadi tabungan amal bagi penulis selama hayatnya. Bahkan hingga kematian memutus tetapi pahala akan mengalir terus-menerus, sepanjang tulisannya menjadi kebajikan bagi orang yang membaca. Hal inilah yang semakin memotivasi saya untuk terus membuat tulisan yang bernilai kebaikan agar dapat memberikan energi positif bagi pembaca sekaligus menuai pahala amal jariah sepanjang masa. Seorang penulis meskipun raganya berkalang tanah, tetapi karya-karyanya akan melahirkan pahala yang abadi selamanya.

 

Ketiga, berdaya manfaat. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat. Menciptakan sebuah karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang adalah cita-cita setiap penulis, begitu pun dengan saya yang baru mulai belajar menulis. Di sinilah kebermanfaatan diri terasa nyata.

Sebuah tulisan sangat mampu mempengaruhi perubahan seseorang. Sangat mungkin membuat seseorang yang tidak tahu menjadi tahu. Bukankah ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sang penulis jika rangkain kata yang ditulis memberikan manfaat bagi orang lain.

Siapa saja pastinya ingin menjadi orang yang bermanfaat 'kan? Baik bagi dirinya sendiri dan tentunya orang lain.  Melalui kegiatan menulis inilah saya mengambil peluang untuk menjadi berdaya manfaat bagi orang lain.


Keempat, mengekspresikan perasaan. Bagi sebagain orang mencurahkan segala rasa di hati melalui sebuah tulisan adalah kenikmatan tersendiri. Hal yang sama saya rasakan ketika dengan mudahnya tangan ini menari di atas tuts keyboard  laptop atau layar gawai saat sedang sedih, bahagia, atau pun gundah gulana. Melampiaskan setiap rasa yang bergejolak di dada.

Bagi saya, mencurahkan perasan hati ke dalam rangkaian aksara seperti halnya sedang berbicara pada diri sendiri. Apalagi bagi orang seperti saya yang cenderung pendiam dan enggan bercerita pada orang lain. Kegiatan menulis menjadi ajang curhat baik tentang rasa bahagia atau pun beban berat, setelahnya hati menjadi lebih lega dan terlepaslah rasa penat. 


Kelima, mengoptimalkan waktu. Berhati-hatilah dengan waktu senggang, karena ini adalah salah satu nikmat yang sering membuat kita terlena. Setiap orang mempunyai batasan waktu yang sama.  Bedanya adalah cara memanfaatkan waktu tersebut. Orang yang produktif akan memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat. Karena waktu yang sudah berlalu tidak akan terulang lagi, dan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan nanti.

Oleh karenanya saya memilih memanfaatkan waktu senggang untuk menulis. Menuliskan setiap kenangan yang terlewati baik senang maupun sedih. Karena suatu waktu nanti, ketika tulisan itu di baca kembali akan mengingatkan saya pada masa lalu, tetapi masih bisa dinikmati melalui karya yang abadi.

 

Keenam, menciptakan warisan karya dan pemikiran. "Semua manusia akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak." (Ali bin Abi Thalib). Nah, perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib inilah yang menjadi cambuk diri untuk terus menghasilkan karya tulis. Karena warisan yang tak habis dimakan waktu salah satunya adalah buah pemikiran yang kita torehkan dalam sebuah tulisan.

Sekalipun kematian memisahkan, tetapi hasil pemikiran kita akan terus hidup selama diimplimentasikan oleh orang lain. Hal yang paling sederhananya, saya ingin mewariskan tulisan hasil karya pemikiran pada anak cucu kelak. 


Ketujuh, pengayaan wawasan. Menekuni dunia kepenulisan memaksa seseorang untuk terus membaca apa saja demi mendapatkan amunisi pengetahuan. Ya, dengan menulis saya memacu diri untuk terus meluaskan wawasan dan pengetahuan dengan rajin menyerap informasi dari berbagai sumber, melihat, mendengar, serta mengamati dan peka terhadapa lingkungan sekitar. Memperkaya wawasan akan memunculkan ide-ide baru yang semakin bervariasi  sebagai bahan tulisan.

Mau tidak mau, suka tidak suka, seorang penulis harus terus memperkaya wawasan dari berbagai sumber. Agar ide-ide cemerlang dapat dituliskan mengikuti perkembangan kekinian. Inilah dampak positifnya menulis, kita semakin ditantang untuk terus meng-upgrade wawasan pengetahuan sehingga menghasilkan karya yang semakin baik.


Kedelapan, berbagi pengetahuan. Setiap penulis tentunya berharap segala pemahaman dan pengetahuan yang dituangkan dalam karya tulisnya diketahui juga oleh orang lain. Sehingga orang yang tidak tahu menjadi terbuka pemikirannya.. Hal ini pula yang menjadi alasan kuat bagi saya untuk terus menulis, karena berbagi pengetahuan itu membahagiakan. Membuat orang lain melek akan suatu informasi membuat diri terasa berarti dalam hidup ini.

Sebuah gagasan yang kita tuliskan untuk para pembaca, juga sebenarnya untuk menginternalisasi ke dalam diri sendiri. Luar biasa bukan? Dengan menulis kita dapat men-share gagasan untuk orang lain terlebih juga penguatan untuk diri sendiri. Tentunya gagasan yang bermanfaat ya, teman!

 

Kesembilan, memberi motivasi. Setiap rangkaian kata yang tertulis sesungguhnya untuk menguatkan motivasi dalam diri saya sendiri, selebihnya berharap orang yang membaca juga ikut terbawa suasana, turut tersulut semangatnya. Karena hidup seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah, ada saatnya sedih ada pula saatnya berbahagia. Nah, adakalanya kita butuh nasihat-nasihat menghadapi kebahagiaan maupun sebaliknya, yang bisa kita dapatkan salah satunya dari beragam tulisan. Berharap ragam tulisan berbalut nasihat itu salah satunya adalah tulisan saya. Senang sekali rasanya bisa ikut berkontribusi dalam memotivasi seseorang melalui tulisan, tentunya dalam hal kebaikan. Sehingga saya menjadi bagian dari batu bata penyusun peradaban.


Kesepuluh, menginspirasi. Eits, janganlah dulu meremehkan tulisan kita sendiri sesederhana apa pun. Bisa jadi ide yang kita anggap remeh temeh atau pengalaman yang sangat  sederhana sekali pun, setelah dikemas menjadi sebuah cerita yang utuh, terkadang pembaca justru dapat menemukan mutiara insight baru yang mungkin tidak disadari oleh penulis.

Nah, salah satu yang menjadi alasan saya menulis adalah harapan akan mampu mewarnai pikiran seseorang bahkan membuatnya terispirasi dengan hal positif yang saya tuliskan. Rasanya kebahagiaan tak terkira bagi saya, jika hasil karya dalam goresan aksara dapat menginspirasi para pembaca.

 

                                                                                                            Jakarta, 7 Agustus 2020

           

Tentang penulis :

DEWI memilih nama Syah Dewis sebagai nama penanya. Perempuan asli Betawi kelahiran 6 Januari. Aktivitasnya di MAN 12 Jakarta sebagai guru matematika. Penulis pemula (Maret,2020) yang senang menuliskan pengalaman nyata. Berharap menebar kebaikan melalui tulisan hingga menjadi batu bata peradaban. Jejaknya bisa dilacak IG : Syahdewis. KBM apl : Dewi Iswadi

Share:

5 comments :

  1. Kereen Kak, kita berkarya bersama🥰🤗

    ReplyDelete
  2. Masyaa Allah keren de. Semangat selalu ya. Semoga lahir karya hebat dan bermanfaat melalui goresan tinta Dewi 😊❤

    ReplyDelete

  3. kerreen kak dedew....
    smg sy bs mengikuti langkah baik ini.
    ga bs star...tertunda trz😁

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis