Bermainlah Bersamaku, Jemari yang Tak Dapat Diusik

Adakah aktivitas yang tidak membosankan, tetapi dapat membuatmu bahagia?

Bagiku, salah satu aktivitas tersebut adalah menulis. Aku seperti menemukan diriku dalam aktivitas ini. Bagi orang yang tak banyak menyuarakan kata, menulis itu adalah sebuah sarana agar apa yang dipikirkan, dirasakan, dialami, dilihat juga didengarkan dapat diuraikan dan diteruskan dalam bentuk aksara.

Aktivitas ini seperti menyelami hidupku dan hidup orang lain lebih dalam, juga menghidupkan kisah, cerita, gagasan yang pernah kutahu baik dari pengalaman pribadi maupun orang lain. Bagaimana sang diri mendapatkan hal positif setelahnya. Ia yang kemudian merasa bahagia dan bermakna setelah melakukan hal-hal yang ia suka.

"Semakin mendewasa usia, maka hal-hal yang dapat membuat bahagia adalah ketika sang diri merasa nyaman dalam melakukan suatu."

Mendewasa bukan perkara melakukan hal-hal yang dapat menyejukkan semua mata juga disenangi semua jiwa. Namun, yang paling utama adalah dapat menjadi diri sendiri dan merasa nyaman dalam setiap proses 'bertumbuh' dalam kehidupan. Setiap orang berhak memilih dan menentukan hal apa saja yang dapat menyebabkan ia merasa bebas akan tetapi tetap berbatas. Aku, memilih menulis menjadi salah satu sarana dan cara menjadi diriku sendiri. Aktivitas ini seakan menjadi ruang juga kesempatan bagiku berekspresi mengikuti kata hati. Meski memang sangat disadari, bahwa aku masih harus banyak belajar.

***

Aku ingin menajamkan yakin, memupuk ingin dan merawat semangat yang sedang dan atau pernah kurasakan. Dengan menulis, aku dapat menguatkan diri saat ini dan menasehati diri kemudian. Bahkan, tak jarang merasa 'ditampar' kembali oleh tulisan yang pernah ditorehkan. Benar memang, bahwa diri sendiri adalah salah satu alarm atau pengingat terbaik untuk sang diri.

Kita sama-sama belajar ya.

Atau,

Ini catatan dan nasehat buat aku juga.

Setiap sharing dengan orang lain dan terdapat nasihat yang sampaikan, maka hal utama yang perlu aku tanam dalam hati dan pikiranku adalah bahwa, orang pertama yang harus mendengarkan dan mengeksekusi isi nasihat tersebut adalah aku.

***

Self Healing


Aku suka mendengarkan orang lain bercerita, berdiskusi dua arah dan saling berbagi nasihat dengan orang lain. Membagikan sebuah pesan kebaikan bukan karena aku sudah baik, ilmuku lebih mumpuni dan atau pengalamanku sudahlah sangat berlimpah. Namun dengan menulis, aku belajar untuk berempati, menasehati diri sendiri, melembutkan hati dan mengetahui sudut pandang orang lain tentang suatu hal.

Menulis merupakan salah satu sarana untuk menyembuhkan diri  sendiri atau dikenal dengan istilah Self-Healing. Banyak kelegaan yang didapatkan setelah menyelesaikan misi menguraikan apa yang sempat tertahan dalam diri melalui menulis. Seringkali, bukan sesuai atau tidaknya substansi dari sebuah tulisan dengan apa yang dirasa dan dipikirkan. Karena menulis tak melulu tentang perasaan dan pengalaman pribadi. Namun banyak hal, kesan, pengalaman orang lain, apa yang dilihat, diamati dari sekitar menjadi hal yang bisa jadi dituangkan dalam bentuk tulisan.

Meskipun cara ini terkesan sunyi, siapa sangka jiwa yang terusik kian ramai meredamkan pelik. Ia butuh ruang dan jalan agar setiap apa yang sudah terlewati, tak hanya sebatas berlalu tanpa arti. Menulis, menyebabkan ia yang minim bersuara menjadi 'ramai' dengan caranya. Tak perlu lisan menjadi penyambung ungkapan rasa. Cukup lincahnya jemari yang kian asik menata satu persatu aksara hingga mewakilkan rasa. Menulis adalah ruang sunyi yang ramai, akan tetapi membuatnya merasa bermakna dengan caranya. Sunyinya yang mengobati, mendamaikan, mencairkan, mendewasakan dan penuh penghayatan.

***

Menulis tak selalu berkaitan dengan publisitas, bahkan justru lebih sering menjadi ruang untuk menata dan mengelola diri. Bagiku, hal lain yang diperoleh setelah membiasakan diri dengan aktivitas ini adalah membuat pikiranku lebih terbuka dalam memandang berbagai hal. Jika kebanyakan orang menjadikan membaca sebagai jendela dunia, aku justru menjadikan menulis sebagai medianya. Dengan menulis, aku seolah mendapatkan kunci untuk membuka pintu-pintu ketertarikan untuk mengetahui banyak hal.

Interaksi dengan orang-orang yang lebih beragam melalui keikutsertaan dalam komunitas kepenulisan, juga tulisan teman-teman sehobby yang punya khas, keunikan, genre, topik juga tema pembahasan yang berbeda, membuat pikiranku lebih terbuka dalam melihat dan menyikapi sesuatu. Sebab, menulis adalah aktivitas yang mampu menyelami tiap warna sang diri maupun orang-orang yang mengisi kehidupan kita.

***

Menghargai Sudah

"Begitu banyak lalu yang berakhir dengan lupa, begitu banyak kisah yang tertinggal tanpa sisa. Menulis membuatku lebih menghargai apa saja yang telah kusudahi. Entah itu kisah yang membuat bahagia atau justru dilanda sendu dalam kelamnya rasa"

Menghargai sudah, menyebabkan diri lebih jeli dalam menangkap makna kehidupan, menjadikannya penuh arti ketika mengabadikannya dalam wujud aksara. Menghargai sudah, menyebabkan detail kehidupan begitu nyata, sehingga lebih mudah mengapresiasi diri atas pencapaian yang telah diraih, meski terlihat sederhana.

Menulis seakan menjadi ruang yang nyaman untuk diri menghargai sudah. Ketika mendapatkan keresahan yang sama, membaca ulang tulisan yang ditorehkan sebelumnya dapat menjadi pengingat kemudian.

***

Menulis adalah sebuah jalan, jalan yang membuka jalan lainnya. Begitu banyak kebaikan-Nya yang sebelumnya tak diduga kurasakan kini dan begitu banyak hal tak biasa lagi berbeda kutemui saat mulai menjalani ranah ini. Menulis ternyata tak sesederhana mendapatkan kelegaan setelah menguraikan rasa. Namun, pengalaman yang turut ditempa, ilmu yang semakin ditata dan jangkauan relasi yang lebih luas turut diperoleh berbanding lurus dengan upaya untuk meningkatkan kualitas diri dalam aktivitas ini (menulis).

Prinsipnya, berani mencoba meski tak biasa, berani memulai meski tak mudah dan berani bertahan meski penuh dengan proses penempaan. Saat mindset pembelajar telah ditanam, banyak jalan akan terbuka untuk memberi kejutan, betapa kemauan diri itu adalah hal mendasar untuk meraih tujuan.

***

Berkarya

Dulu, kumpulan tulisan biasanya tersimpan rapi dalam buku diary atau catatan, membiarkannya menjadi kenangan yang sewaktu-waktu memanggil kembali ingatan. Sang diri, masih tetap saja dengan sikapnya yang pemalu.

Pada suatu titik hidup, aku memberanikan diri untuk belajar berkarya. Meski masih begitu amatir dan banyak hal yang harus dikejar serta pelajari, aku menajamkan yakin bahwa tak ada salahnya menjadi berani untuk belajar berkarya. Karya adalah sebuah bukti bahwa sang diri pernah ada. Sebab jasad dapat tiada sedangkan karya 'kan abadi lebih lama.

Menulis itu, visi utamanya bukan untuk mengharapkan respon dari orang lain atas tulisan-tulisan kita. Bagi sebagian orang, menulis adalah aktivitas yang menghadirkan kebahagiaan, ketenangan dan kelegaan. Menulislah untuk dirimu sendiri, sehingga menemukan titik yang paling dangkal hingga kau tak berharap adanya apresiasi dari orang lain. Menulis dengan menghadirkan hati membuat jiwamu pun terasa hidup ketika membacanya ulang. Jika ada yang mengapresiasi, itu bonus.

Hai Kamu, semoga tetap semangat dan produktif dalam menulis ya. Semoga apapun pilihannya, kamu dapat 'bertumbuh'  juga bahagia dengan caranya masing-masing dalam koridor yang Allah sukai.

 

Labuhanbatu  Selatan, 10 Agustus 2020
Hotma Maida


Tentang Penulis :

Kenalkan, namaku Hotma Maida dan bisa dipanggil Maida, kelahiran 1994 dan berdomisili di Labuhanbatu Selatan, Sumut. Aku baru terlibat di beberapa proyek buku antologi, mohon doanya semoga segera launching buku solo ya. Bagi yang mau menghubungi aku, bisa DM ke instagram @hotma_maida30, salam kenal semuanya ^^.

 

Share:

1 comment :

  1. Halo kak,, salam kenal 😊🍀 senang baca tulisannya kak,, apa lagi alasan pertamanya self-healing,, berasa sefrekuensi 😁🍀

    Salam dari anak bawang 🤭🤭🤭

    #MengingatiNiatMenulis

    http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/mengingati-niat-menulis.html?m=1

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis