Oleh: Idha Ayu Lestari
Di saat senja datang, banyak hal yang kita pikirkan. Bahkan, memori seakan silih berganti berputar seperti video. Sebagai contoh, "Seandainya hari ini aku berangkat lebih pagi. Tentu, di kantor akan banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan." Atau, "Terima kasih Allah karena masih memberikan aku kesempatan bernapas." Bahkan, banyak hal yang luput kita sadari banyak hal yang patut kita rekam dan ingat. Lantas dengan apa kita mengingatnya? Salah satunya adalah dengan MENULIS. Seperti menulis di buku diary, kenangan bahagia atau pahit akan tertulis dengan jujur. Selain itu, seiring berjalannya waktu, kita semua bertumbuh namun lambat laun ingatan semakin memudar. Oleh karena itu, bagiku menulis adalah cara agar kenangan itu dapat terekam.
Ada kalanya di satu titik merasa jenuh. Entah merasa lelah dengan rutinitas atau lelah dengan segudang masalah. Tahukah kalian bagaimana aku melerai rasa jenuh itu? Menumpahkannya dalam tulisan. Ya, salah satu alasan mengapa aku menulis. Bukan melalui bibir dan lidah untuk berkeluh kesah, karena menurutku hal tersebut dapat membuat orang lain merasa kecewa dan marah. Nah, melalui kertas kosong dan pena dapat mewakili segala rasa yang berkecamuk. Menumpahkan rasa yang bergejolak. Tidak perlu menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Melainkan menemukan cara untuk melihat kembali bayangan diri. Menata kembali hati yang pernah retak. Menyatukan dalam rangkaian kalimat. Memberi kekuatan untuk memulai kembali.
Ada orang yang mengatakan bahwa menulis adalah 'sebuah bakat'. Jadi, kalo kamu tidak memiliki bakat sebaiknya tidak usah menulis. Lantas, bagaimana kabarnya para pejuang skripsi, tugas akhir? Nyatanya, seberapa pun tak berbakatnya kalian. Tetap dipaksa untuk menyelesaikan tulisan yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Menurutku dengan menulis, berbagai ilmu di dunia ini tersebar dan dapat kita nikmati. Bukankah semakin kita memiliki ilmu perlu disampaikan pada yang membutuhkan. Nah, salah satunya adalah dengan menulis. Ya, seperti yang aku singgung di atas bahwa diriku tak pandai berbicara. Namun, lewat tulisan aku mampu mengungkapkan apa yang ada di kepala. Lalu, menuangkan ilmu yang didapat kepada yang membutuhkan.
Suatu hari, aku berdiri di persimpangan. Dilema harus melakukan apa. Hancur lebur rasanya, tidak berdaya dan tidak tahu harus memulai lagi dari mana. Merasa asing pada bumi yang dipijak. Takut pada orang-orang yang hanya memandang sesuai keinginan mereka. Pada saat itu aku menemukan secercah cahaya. Menuliskan hal seperti impian yang belum atau sama sekali tidak akan tercapai. Anganku semakin berkelana. Perlahan rasa depresi terangkat. Rasa percaya diriku mulai kembali. Kamu tahu, salah satu impian yang aku tulis perlahan menjadi kenyataan. Ya, tidak ada salahnya tulislah impianmu sebagai sumber motivasi terbesar untukmu bangkit dari keterpurukan.
Menjadi orang yang lebih baik, tentu banyak tantangannya. Termasuk untuk terus istiqomah. Begitu pula dengan menulis. Terkadang ada di saat titik jenuh. Bingung dengan tulisan yang kita buat. Banyak kritik dan saran yang diutarakan. Terkadang ada kritik yang baik serta saran yang membangun. Kadang ada kritik pedas. Lalu, haruskah berhenti? Jawabnya tidak. Namun, hal itu mengingatkanku kembali alasan kenapa menulis? Berbagai niat awal mungkin akan terlupa. Namun, di saat hati ini resah dan tidak tahu untuk menulis apa. Bahkan, tidak ada ide. Buntu. Kembali untuk ikhlas dan berniat untuk berbagi kebaikan untuk orang lain. Menurutku, quote ini menjadi penyamangat di saat hari-hari yang sulit untuk menulis, 'Selesaikanlah apa yang sudah dimulai, jangan menyerah dengan apa yang sudah dilakukan'.
Ya, sering sekali aku bingung harus menulis apa. Kerontang bagai daun yang gugur. Sedang di kepala banyak pikiran yang berseliweran. Mungkin, aku perlu jeda untuk berpikir lebih dalam. Memaknai setiap hal yang terjadi. Mengisi kembali dengan terus membaca. Ibarat air teko yang keruh, perlu diisi kembali untuk menjernihkannya. Begitu pula, dengan pikiran yang terasa hampa perlu diisi kembali agar ide dan niat yang tulus dapat menyentuh pembaca.
Pernah tidak berpikir, "Aku salah jurusan dan salah langkah." Jika pernah, berarti kita sama. Sebenarnya bukan salah jurusan atau salah langkah jika tidak berhasil. Hanya saja, kita belum memaknai dan bisa jadi pikiran ini yang masih terpaku dengan masa lalu. Sama halnya dengan menulis. Banyak hal yang ingin ditulis. Namun, takut untuk menuliskannya karena merasa ide yang akan ditulis itu buruk. Padahal, belum tentu yang membaca tulisan kita menganggap tulisan yang dibuat itu buruk. Banyak yang masih menantikan. Atau bahkan, ada salah satu orang yang tersentil hatinya karena tulisan yang dibuat.
Ada seseorang yang berkata, bahwa menulis adalah salah satu cara untuk terapi. Aku sudah membuktikannya, dengan menulis adalah caraku lepas dari depresi. Dulu, aku pernah mengalami masalah. Dampak dari masalah tersebut adalah rasa insecure dan kecemasan. Aku mampu mengurai rasa takut dan kecemasan dengan cara menulis. Sekarang, aku bisa kembali hidup normal. Salah satu bentuk dari terapi menulis yang aku lakukan.
Banyak alasan aku menulis. Dari hanya sekadar hiburan semata, membagi ilmu yang dimiliki, serta salah satu terapi. Bahkan dulu mimpiku menjadi seorang penulis adalah menjadi anak panah yang melesat dengan kecepatan cahaya memberikan manfaat bagi berjuta orang yang membaca karyaku. Mungkin, saat ini telah terlambat untuk memulai. Namun, aku masih memiliki keyakinan tidak ada kata terlambat untuk mencoba. Apalagi memulai sesuatu yang baik dengan niat yang baik pula. Bukankah dengan menulis adalah salah satu cara kita dikenang. Melalui media tulisan, hasil dari buah pikiran yang tentu saja harapan bermanfaat bagi siapa pun.
Sepuluh hari untuk menjabarkan alasan aku menulis mungkin tidak terangkum semuanya. Namun, yang aku tahu adalah bagaimana akal yang telah diberikan Allah bisa berguna bagi kehidupan. Bukankah manusia diciptakan sebagai khalifah? Sebagai pemimpin, terutama bagi dirinya sendiri.
Nah, dengan menulis adalah caraku untuk menemukan jati diri. Inilah aku dengan berbagai kekurangan. Ingin selalu belajar dan memberikan sedikit ilmu yang aku miliki untuk kebaikan di sekitar. Selalu semangat untuk memperbaiki diri dan terus mengisi kehausan ilmu dengan selalu belajar dari mana pun. Entah membaca, dari kehidupan. Dan menuangkan ilmu itu melalui tulisan.
Tentang Penulis:
Penyuka hujan baik suara hujan dan aroma petrikor yang sering galau. Saat ini masih bermimpi menjadi penulis. Pernah ikut beberapa event menulis dan beberapa tulisannya pernah diterbitkan secara antologi.
Maa syaa Allah... semangat terus kakak penyuka hujan🥰
ReplyDelete