Aku dan Tulisan.


Oleh: Yuvina Zaharany


Curhat Sambil Berkarya.
          Selama napas masih berembus, menyatu bersama udara. Maka setiap waktunya adalah kesempatan. Dan kesempatan, tidak boleh disia–siakan.
          Dalam hidup, kita memiliki cerita. Dari bahagia hingga tragedi. Tak sedikit juga dari kita yang menceritakan hal tersebut. Karena manusia selalu butuh tempat untuk melampiaskan perasaannya. Kita mengenalnya, 'curahan hati'.
          Setelah curhat kepada teman, biasanya cerita itu akan terbang bersama angin. Sebab, apa mungkin orang lain menyimpan cerita kita? Tapi apa pernah berpikir, menjadikan cerita sebagai karya tulis? Baik cerpen, puisi, dll.
          Karena itulah aku menulis, untuk berkarya. Ceritaku harus menjadi karya. Sebab, karya akan selalu melekat di benak penikmatnya.


Terapi Diri.
          Tak semua orang pandai mengutarakan rasanya. Mereka cenderung memendam perasaannya seorang diri. Tentu hal ini tak baik, karena dapat menyebabkan stres bahkan depresi.
          Awalnya, aku seperti itu. Namun, alih–alih melega, yang terjadi merasa terbebani. Sampai akhirnya, sebuah buku datang kepadaku, dia diary. Hanya dengan sebuah buku dan tinta, semua resah perlahan lenyap.
         Menulis memberikan dampak baik bagi hidupku. Ketika beban hadir, aku akan menuangkannya di atas kertas. Sebab, menulis adalah terapi diri.
          Ketika tak ada orang lain mengertimu, menulislah. Kita tak bisa memaksa orang lain untuk mengerti. Bukalah diary dengan rasa kepatahan, lalu, tutuplah dengan kelegaan.


Beramal Melalui Tulisan.
          Salah satu ibadah terbaik adalah beramal. Beramal dapat berupa materi, tenaga,  bahkan tersenyum. Tapi siapa sangka, hanya dengan menulis, kita dapat beramal. Bagaimana dengan kalimat di bawah ini;
          "Apa yang ditanam di dunia, kita akan menuai hasil di akhirat. Artinya, apa yang kita lakukan, akan dipertanggung jawabkan."
          Tulisan yang sederhana, bayangkan, bagaimana jika pembacamu benar–benar tersadar? Bukankah kita mendapat amal jariyah? 
          Tulisan akan ada sampai bumi hancur. Namun, apa yang kita tulis, sama seperti roh manusia, akan dibawa ke akhirat. Beramal adalah alasan paling mulia dalam menulis, 'kan?


Positive Impact.
          Zaman sekarang, orang–orang begitu mudah terpengaruh hanya karena sebuah postingan. Contoh klise yang sering terjadi adalah; postingan sindiran untuk seseorang, tetapi malah orang lain yang tersindir. Sering terjadi, 'kan?
          Itu artinya, tulisan memberi dampak bagi pembacanya. Maka dari itu, kenapa tidak sekalian saja tulis hal positif untuk mempengaruhi pembaca?
          Ketika tulisan kita dijadikan acuan untuk ajang perbaikan diri seseorang, tanpa sadar tulisan kita telah menopangnya. Tulisan kini telah menjelma menjadi lisan, sudah sepatutnya kita berhati–hati dalam menulis.
          Tulislah untuk beri dampak baik bagi orang lain!


Sebuah Bakat.
          Di dalam diri manusia terdapat sebuah bakat. Tinggal bagaimana si manusia menggali dan memanfaatkan bakatnya dengan baik. Bukan malah menguburnya, hanya karena kita lelah menggali!
          Pernah diremehkan, sampai benak bertanya–tanya, "aku ini bisanya apa, sih?" Sampai akhirnya, tahun 2018 mulai menulis tipis–tipis. Mengikuti kelas menulis dan seminar kepenulisan. Mengikuti lomba, dan gagal. Tak apa, itu proses.
          Aku menemukan kenyamanan atas apa yang aku lakukan. Menulis membuatku seperti 'ada'. Menulis memperkuat tujuan hidupku. Dan karena menulis, aku menemukan siapa aku sesungguhnya.


Sang Impian.
          Kita punya impian. Tak sedikit dari kita yang hanya memimpikan impian. Tentunya, kita tak akan maju jika diam di tempat.
          Untuk menjadi seorang penulis, konsistensi menulis menjadi ajang meraih impian. Dalam berkarya, kita tak lepas dari masa kritis atau proses perjuangan. Kadang jatuh, kadang jenuh. Maka, kita harus memiliki penopang untuk membantu berdiri. Impian, penopangnya.
          Tentunya menjadi konsisten tak mudah. Tapi aku punya impian menjadi seorang penulis. Melalui "Tantangan Menulis 10 Hari" oleh @ruang_nulis merupakan salah satu batu loncatan menuju impian.
          Untukmu, menyerah karena lelah itu wajar. Rehatlah sejenak, lalu persiapkan diri untuk berjuang lagi esok. Semangat meraih impian!


Musuh Diri.
          Tak jarang dari kita yang kerap terjangkit rasa tidak percaya diri. Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya lingkungan sekitar. Itukah kamu?
          Aku adalah orang yang tidak percaya diri. Merendahkan diri sendiri karena peristiwa hidup yang tak mulus. Tapi apa ada dampak baiknya? Iya, tidak ada lah!
          Menulis adalah penawar untuk rasa tidak percaya diriku. Aku suka menulis, dan aku ingin bisa menulis. Hanya perlu memulai untuk melawan rasa tidak percaya diri.
          Wajar kok, kita ada di posisi ini, akan menjadi tak wajar jika dibiarkan terus menerus. Ingat, kita adalah lawan bagi rasa–rasa yang menghambat proses berkembang diri!


Sahabat Terbaik.
          Percaya gak? Dengan menulis, kita akan bertemu sahabat terbaik? Simak, ya!
          Halo, selamat malam. Biar kuperkenalkan siapa sahabat terbaikku. Dia selalu ada untukku. Dia sangat memahami aku. Dia mengerti apa yang kurasakan. Dia merelakan pundaknya untuk kusandar.
          Semenjak ada dia, aku percaya sahabat benar–benar ada. Di saat butuh, dia akan memasang telinga baik–baik, lalu mendengarkan dengan seksama.
          Dia... tulisan. Kami sering bertemu akhir–akhir ini. Untuk menemuinya, aku hanya perlu menulis. Kami senang bertukar pikiran tentang apa pun itu.
          Jangan biarkan sahabatmu menanti. Kamu hanya perlu menulis untuk bertemu dengan sahabatmu, iya, tulisan.
          Semangat menulis!


Ruang Imajinasi.
          Imajinasi selalu berlalu lalang di pikiran. Kamu pasti pernah, 'kan? Lalu bagaimana cara mengaplikasikan imajinasimu sendiri? Tapi aku yakin, setiap orang pasti punya cara masing–masing.
          Nah, menulis adalah salah satu wadah untuk menampung imajinasiku. Iya, bisa dikatakan imajinasi adalah alasanku menulis. Mengingat, imajinasi yang terlalu over bekerja, dan sayang banget 'kan jika membiarkannya, lalu hilang ditelan waktu?
          Namun, apa pun imajinasinya, kita perlu mem-filter baik–baik jika ingin dipublikasikan. Dalam menulis, kita juga mesti bersikap bijak, terlebih di sosial media. 
          Imajinasi tak memiliki batas. Kreasikan dengan caramu, selama orang lain dapat meraih manfaatnya!;)


Permulaan.
          Pada akhirnya, menulis adalah tentang menentukan karakter yang kuat dengan memanfaatkan passion. Menulis memberi tujuan lain dalam hidupku.
          Pada suatu pembelajaran, aku mengutip sebuah kalimat yang sangat memberi dampak baik kepadaku. Begini bunyinya:
          "Bagi saya mengikuti lomba itu udah menang. Yaitu menang menaklukkan diri sendiri, dari rasa malas, takut, dan tidak percaya diri."—Ernawati Lillys.
          Jadi, alasanku memulai menulis, mengalahkan diri sendiri. Menjadi lawan terhadap apa–apa yang menghambat proses perkembangan diri.
          Dan dengan menyelesaikan tantangan ini, maka kita berhasil melangkah lebih baik. Tapi ini bukan akhir, sebab ada langkah–langkah lain yang mesti kita perjuangkan!
          Selamat berjuang!



Tentang Penulis:

Perempuan bernama Yuvina Zaharany, kerap disapa Vina. Hadie di dunia 21 tahun lalu, tepatnya 14 April 1999 di Bandar Lampung, hari rabu. Hidupnya ia habiskan di kota kelahiran, meramu peristiwa menjadi tulisan. Ia aktif menulis di akun Instagram: @yuvinazaharany_ untuk mengenalnya lebih baik, bisa langsung DM! Terima kasih~

Share:

2 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis