10 Misteri Alibi di Balik Aksara #bawanggorenggulajawa

Oleh : Wilis Purbo Ningrum
#bawanggorenggulajawa


#01
Kenapa sih setiap orang mau menghabiskan waktu luangnya untuk menulis? Apalagi kalau bukan karena hobi. Iya, menulis, satu rutinitas yang nggak boleh ditinggalkan oleh perempuan tanah Jawa yang satu ini.  
Sebagaimana yang biasa orang lakukan ketika menjadikan suatu aktivitas sebagai hobi. Maka, di setiap waktu senggang akan ia manfaatkan untuk melakukan hobinya. Untuk apa sih? Ya sebagai hiburan dan melepas penat dari segala rutinitas yang sudah dijalaninya sepanjang hari yang cukup melelahkan.


#02
Menulis, ALIBI atau PELAMPIASAN?

Luka tak beraga. Itulah sebutannya. Ketika jiwa-jiwa diusik. Tak dibiarkannya menikmati damai senyum yang baru direkahkan. Di segala sisi. Remuk redam yang tak terlihat dari sorot ragawi. Namun, dirasa sesak oleh segala sisi aktif yang mampu dirasa indrawi. Sakit? Iya, sungguh sakit. Terlebih jika luka yang belum waktunya membaik. Luka yang masih terlihat nanar dari sorot mata yang meskipun oleh Empunya diri berpura-pura nggak papa. Bersandiwara baik-baik saja. Lalu, olehnya yang tak memahami segala kondisi diri menambah perih dengan memberikan luka-luka baru.

Bagaimana lagi? Apa yang harus dilakukan ketika muak sudah mengimpit seperti ini? Iya, benar. Lebih tepatnya kita mengenal dengan sebutan "curhat". Namun, menjadikan menulis sebagai alibi bahwa kita sedang curhat itu benar-benar mengasikkan. Ups, bukan alibi ya? Atau pelampiasan? Iya, melampiaskan segala emosi yang dirasa ke dalam bentuk tulisan. Apapun itu, yang penting sama-sama memberikan efek kelegaan untuk diri sendiri.


#03
Menulis karena ingin membangun "Museum Kenangan" 🌹

Hidup penuh warna. Penuh kejutan pula. Lika-liku pun tentu ada. Labirin kehidupan? Jika menemuinya tepat pada waktunya, padahal yang direncanakan bukanlah itu adanya. Tak diharapkan. Bingung? Kesal? Nggak tahu harus ngelakuin apa? Eh, ternyata hanya sesaat dan bisa dilalui, ditelusuri, dan berjalan sampai temui jalan keluar. Campur aduk, senang, nggak nyangka, semuanya deh. Ah, ramainya hidup ini. Daripada hanya mengenangnya, lebih baik 'ku abadikan saja. Iya, aku nggak tahu apa yang terjadi di masa depan. Apakah akan selamanya mengingat atau tidak? Namanya juga manusia biasa. Daripada beresiko lupa dan hilang semua kenangannya, lebih baik kutulis saja. Lagi pula, menurut psikolog Pam Mueller dari Princeton University dan Danniel Oppenheimer dari University of California juga mengatakan bahwa mencatat melalui kertas akan semakin memperkuat daya ingat. Itu artinya, kita akan semakin mengingat kenangan-kenangan manis yang entah sengaja hadir atau ketidak sengajaan mampir. Iya, nanti judul buku diary'nya "Museum Kenangan".

#04
Bagiku, menulis juga untuk menginspirasi. Untuk memotivasi. Entah itu puisi, quotes, cerpen, atau sekadar curhatan dari kisah yang pernah hadir dan menjadi warna baru dalam hidupku. Pahit manis, segala yang dirasa 'ku tuangkan dalam bentuk tulisan. Dipermanis imajinasi yang tentunya ditulis dengan hati. Kata orang, apapun yang ditulis dari hati akan diterima oleh hati pula. Nyatanya memang benar. Karena hati tidaklah pernah berbohong. Meskipun tulisan itu menguak luka lama, tetap saja kutulis. Asalkan bisa memberikan manfaat untuk orang lain, pedih yang dirasa pun seketika menjadi manis yang membahagiakan. Itu hanya prinsip. Iya, prinsipku, si #bawanggorenggulajawa


#05
Gimana sih rasanya kalau lagi bad mood, terus dibuat emosi? Apalagi psikis juga lagi drop. Sebel. Gregetan. Pengen nangis. Ups, udah nangis malahan. Semuanya deh. Campur aduk. Bawaannya pengen pukul bantal guling. Pengen teriak. Tapi, nggak bisa. Pengen cerita. Tapi, susah ngomongnya. Nggak mau ngasih energi negatif juga ke orang yang diceritain karena keseringan denger curhatan. Hmm ... sebenarnya memang anaknya aja yang lebih suka komunikasi lewat tulisan. Jadi, kalau misalkan lagi gini ya melampiaskan emosi dengan menulis. Meskipun suka abstrak tulisannya. Nggak papalah, yang penting bisa menetralisir emosinya.

#06
Jika berbicara mengenai kesulitan speak up (mengomunikasikan apa yang dirasakan dan dipikirkan), padahal kondisi psikologis lagi drop. Dikhawatirkan depresi sampai melakukan self injury. Bahaya sih. Namun, sebenarnya kita bisa mengatasinya agar semua itu tidak sampai terjadi. Iya, dengan cara healing therapy (terapi menulis). Itu yang selama ini aku lakukan. Kenapa? Dengan melakukan terapi menulis bisa menetralisir atau membantu menenangkan emosional yang dialami seseorang. Apalagi emosi negatif seperti ini. Sehingga, bisa sangat membantu agar orang-orang seperti ini bisa lebih tenang. 


#07
Setiap orang mempunyai ANGAN yang bermula dari INGIN. Begitu pula dengan saya. Menjadi penulis yang menginspirasi melalui tulisannya. Karena alasan itulah menulis menjadi rutinitas. Apapun itu. Agar kebiasaan menulis ini juga bisa melatih tulisan mempunyai kualitas yang bagus. Tidak sekadar kuantitas yang banyak dan dikagumi.


#08
Beberapa kali ikut seminar, acara sekolah, atau sewaktu pelajaran di sekolah, dikasih tahu tentang kekuatan menuliskan harapan-harapan di masa depan. Semuanya sama. Kalian tahu apa yang mereka katakan waktu itu? Mereka berkata, "Tulislah semua harapan, impian, dan cita-citamu di selembar kertas. Lalu, letakkan kertas itu di tempat kamu sering mengunjunginya." Di pintu almari, wallpaper hp, meja belajar, semuanya. Dan aku ingat satu hal lagi. Kenapa aku nggak tuliskan di setiap buku tulis sekolah? Setiap hari dibuka untuk dibaca. Aku meyakini, semakin sering dibaca, kesempatan harapan-harapan itu terwujud semakin besar. Bukankah ketika kita membacanya sama saja dengan berdoa? Tentunya diimbangi bukti nyata dalam mewujudkannya. Iya, belajar dan terus berlatih. Mengikuti lomba-lomba juga. Satu lagi. Ketika harapan-harapan di buku tulis dibaca orang lain, berarti akan semakin banyak pula orang yang mendoakan keberhasilan kita untuk mewujudkan semua harapan itu. Benar?


#09
Alasanku menulis sederhana. Karena mencinta. Iya, aku mencintai diriku sendiri. Keinginan untuk terus hidup dengan rekayasa terstruktur. Rekayasa yang menyebabkan baik-baik saja di tengah semu warna yang beragam. Di tengah penat yang bersembunyi di balik semangat. Di tengah sesak yang tertutup tenang. Alasan mencintai diri sendiri, segala rona rasa kuadukan pada ruang-ruang putih yang rela kurenggut polosnya dengan menjadikannya media pelampiasan.


#10
Setiap orang pasti mempunyai tujuan saat menulis. Beragam tentunya. Sama, aku juga. Menetapkannya untuk beribadah, ikhlas menulis menyajikan tulisan-tulisan yang berkualitas agar bisa bermanfaat untuk orang banyak. Tentunya juga agar ilmu yang dimiliki bisa dipelajari oleh mereka. Senang rasanya jika apa yang dimiliki bisa bermanfaat untuk orang lain. In syaa Allah menjadi berkah dan memberikan kebaikan untuk kita semua. Semoga juga bisa menjadi amal jariyah untukku.


Pati, 5 Agustus 2020


Tentang Penulis

Wilis Purbo Ningrum seorang perempuan tanah Jawa yang lahir di Pati, 4 Mei 2005. Penulis buku "Haruskah Aku Mempercayainya?" dan beberapa buku antologi. Pemilik identitas #bawanggorenggulajawa ini mempunyai cita-cita menjadi psikolog dan penulis dengan karya yang bermanfaat untuk banyak orang. Penulis bisa dihubungi melalui :

WhatsApp : 0895636338361
Surel           : wilisningrum49@gmail.com
Instagram  : @wilis.purba

Share:

4 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis