Oleh: Aluna Aksara Ranusemesta
Dalam hidup kita pasti mempunyai suatu kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan, seperti menulis. Menulis adalah kegiatan yang paling aku senangi. Kali ini izinkan aku untuk berbagi tentang alasanku menulis. Bisa saja alasan kita sama, atau mungkin berbeda dan bagiku itu tak masalah.
Setiap kita memiliki latar belakang yang berbeda dengan banyak masalah dan ujian hidup yang berbeda. Tapi mungkin saja kita sama-sama menemukan satu tempat pelarian atau pelampiasan dengan menulis.
Sejak kecil aku termasuk anak yang cukup tertutup, padahal aku bukan anak pendiam apalagi pemalu, tapi aku selalu kewalahan untuk mengutarakan perasaan atau pendapatku pada orang lain.
Ibu melatihku untuk menuangkan isi hati dalam sebuah buku harian sejak aku masih duduk di Sekolah Dasar dan kebiasaan ini masih berlangsung hingga saat ini. Berawal dari coretan-coretan perasaan yang kutulis secara tak beraturan, hingga tanpa sadar aku berhasil membuat puisi. Tentu saja puisi itu menjadi rahasia terbesarku yang tak pernah dibaca oleh siapa pun.
Menulis telah menjadi candu yang tak bisa aku tinggalkan dalam keseharianku. Dengan menulis aku dapat mengungkapkan apa saja yang sukar untuk disampaikan oleh lisan.
Selain untuk mengungkapkan perasaan, aku juga menulis untuk menyenangkan diri sendiri. Menulis selalu meninggalkan percikan bahagia dan kepuasan di dalam hati.
Jika beberapa teman akan menemukan kebahagiaan mereka dari petualangan di luar rumah, berbeda denganku yang bisa bahagia hanya dengan menulis. Bahagiaku memang sesederhana itu. Hanya perlu kamarku, buku harian dan kesendirian untuk menemukan bahagiaku.
Jika libur tiba aku bisa betah seharian larut menggores pena, tenggelam dalam lautan aksara, dan hanyut pada lembar demi lembar kertas yang berisi ragam luapan hati. Menulis membuat lupa waktu dan sibuk dengan dunia sendiri.
Dengan menulislah, aku merasa menemukan wadah untuk berkomunikasi dengan diri sendiri. Merasa lega ketika seluruh resah telah aku tuangkan pada lembaran kertas dalam wujud beberapa bait puisi, prosa, atau sekadar goresan-goresan cerita yang belum usai.
Menulis adalah caraku merekam kenangan, mengabadikan setiap kejadian yang suatu saat mungkin terlupakan. Aku terbiasa menuliskan secara detail setiap waktu yang kuanggap spesial, agar bisa kubaca lagi suatu hari nanti.
Aku menikmati setiap detik yang kuhabiskan untuk menuliskan kejadian yang baru kualami. Tak peduli apakah hal yang kualami adalah kejadian yang menguras air mata atau momen yang membuat tawaku pecah sepanjang waktu.
Tak terhitung berapa banyak tumpukan buku harian yang kupunya. Buku-buku itu telah menjadi harta karun, dengan berjuta kenangan di dalamnya. Tanpa sadar tulisanku telah menjadikan tiap halamannya menjadi begitu berharga.
Selain beberapa alasan yang telah kusebutkan sebelumnya, aku juga menulis untuk merancang mimpiku. Buku jurnal adalah buku yang rutin aku isi selain buku harian, kedua buku ini selalu ada bersamaku.
Ya, aku selalu menuliskan berbagai macam mimpi yang ingin kucapai. Aku terbiasa merancang langkah demi langkah pencapaian yang sedang kudambakan di dalam buku jurnal.
Dengan menuliskan setiap proses dan tahapannya, memudahkanku untuk mengukur pencapaian dan menjadikanku lebih fokus pada target yang ingin aku raih.
Dengan cara ini, aku juga bisa tahu di mana letak kekuranganku ketika gagal menghampiri. Sehingga aku bisa mengevaluasi kembali semua usahaku berdasarkan apa yang aku tulis.
Aku tak pernah menyangka sebelumnya, bahwa sebuah tulisan dapat memberi manfaat dan semangat baru bagi yang membacanya.
Betapa kagetnya aku, ketika salah satu puisi yang aku posting pada laman sosial mediaku mendapat respon yang positif. Jelas saja bahagia terasa mengisi hati, ketika salah seorang pembaca mengatakan bahwa puisiku memberi semangat untuknya.
Ya dampak menulis ternyata tak bisa dianggap remeh. Terkadang hal kecil bagi kita ternyata mampu memberi dampak besar pada orang lain, meski hanya lewat tulisan.
Menulis telah membawaku pada dunia baru, yaitu dunia literasi. Dunia asing yang tak pernah kukenal sebelumnya. Berkat hobi menulis, aku mendapat kesempatan untuk ikut bergabung pada beberapa grup kelas menulis on line. Dari situlah sayap mungilku mulai mengepak.
Berawal dari kelas dan grup belajar on line serta seminar kepenulisan, mataku mulai terbuka. Wawasanku tentang dunia menulis semakin bertambah dan kecintaanku terhadap menulis kian mendalam.
Tanpa aku sadari menulis telah memperkaya isi kepala dan meliarkan imajinasiku. Dan sebagai pemula, aku paham betul bahwa petualanganku dalam dunia menulis baru saja di mulai. Aku masih harus banyak belajar dan menambah pengalaman serta jam terbang.
Perjalananku pada dunia menulis telah mempertemukanku dengan teman dan banyak sahabat bahkan saudara baru.
Memiliki kecintaan yang sama dalam dunia kepenulisan telah membuatku merasakan kehangatan yang sama dengan sahabat di dunia nyata, meski belum pernah bertatap muka sebelumnya.
Menulis telah mengenalkanku pada penulis-penulis hebat dan memperluas relasiku. Meski memiliki latar belakang yang berbeda dan beragam, tapi menulis dapat mempersatukan kami semua di dalam sebuah wadah yang bernama karya.
Alasan aku menulis telah sampai pada titik di mana aku berani bermimpi untuk menghasilkan karya. Meski aku sadar masih banyak yang harus aku benahi dan kemampuan diri yang masih jauh dari kata mumpuni. Namun, semoga semangatku tak akan pernah surut untuk terus memantaskan diri hingga aku bisa menuntaskan naskah cerita yang sedang kutulis sejak dua bulan yang lalu.
Jujur saja, impianku saat ini adalah segera menuntaskan naskah cerita Dari Rindu Kepada Kenang. Meski banyak hambatan dalam prosesnya dan kondisi kesehatan yang tak sepenuhnya membaik, aku akan terus berjuang.
Walau aksaraku mati berkali-kali, tapi goresan penaku tak akan pernah berakhir.
Aku ingin jika aku sudah tiada nanti, masih bisa meninggalkan kenangan baik bagi banyak orang terutama bagi keluargaku, melalui tulisanku.
Sadar bahwa aku bukan siapa-siapa. Belum tentu bisa memberi banyak dari sisa hidupku nanti, menjadikanku ingin terus memberi manfaat dan menebar kebaikan dengan menulis.
Semoga saja aku bisa mengumpulkan amal jariyah dari goresan tintaku. Hal ini menjadi salah satu alasan kuat untukku agar terus menulis hingga saat ini.
Menulis telah membuatku jatuh cinta pada buku. Sama seperti menulis, aku juga sangat gemar membaca.
Bagiku menulis dan membaca adalah dua hal berbeda yang tak bisa dipisahkan. Membaca memperkaya isi kepalaku dan menulis adalah caraku untuk berkomunikasi dengan diri sendiri.
Menulis telah membantuku melewati banyak hal berat dalam hidup. Saat tak ada satu pun cara untuk berbicara dengan diriku, aku bisa melakukannya dengan menulis. Menulis telah mengantarkanku dari titik terendah dalam hidup ke titik di mana aku sekarang. Menulis ibarat obat yang telah menyembuhkan tanpa rasa pahit dan tentu saja tanpa luka baru.
Semoga saja perjalanan aksaraku akan selalu membawa kepada kebaikan untukku juga bagi yang membaca tulisanku. Dan semoga saja aku akan selalu menulis dengan hati. Karena aku percaya tulisan yang ditulis dengan hati bisa menyentuh hati pembaca.
Jakarta, 08 Agustus 2020
Bionarasi:
Halo, perkenalkan aku Aluna Aksara Ranusemesta. Aku lahir 25 tahun yang lalu dan sekarang berdomisili di Jakarta. Pengalamanku pada dunia literasi telah mengantarkanku menghasilkan lebih dari empat buku antologi. Jika ingin mengenalku lebih dekat teman-teman bisa mengunjungi akun Fb atau KBM App untuk membaca karyaku: Aluna Aksara Ranusmesta dan akun Ig atau Wp: @alunaaksara. Sekian, terima kasih.
Semangat kak puitis.. Kutunggu slalu Goresan penamu ❤️❤️❤️
ReplyDeleteTerima kasih, Kak ๐๐ป
DeleteTerima kasih kak, telah menulis apa yang banyak orang rasakan, termasuk saya sendiri♥️ tulisanmu selalu dinanti ♥️♥️
ReplyDeleteTerima kasih sudah bersedia mampir ๐๐ป
DeleteSemangat terus berkarya Kak๐ฅฐ๐
ReplyDeleteTerima kasih, Kak
DeleteSemangat terus kakakcuu ๐๐๐ก, semoga terus berkarya tanpa henti dan bisa ngeluarin buku solo secepatnya ๐๐ก
ReplyDeleteBig hug ๐๐๐ก๐ก. Sukses terus kak lun๐๐ก
Aamiin, terima kasih adik baik hatiiii
DeleteBagus tulisannya ❤️
ReplyDeleteTerima kasih, Kak ๐๐ป
DeleteSemangat sayang, ni ka lidya ... Akun lama blm ganti foto ๐๐๐ umur masih 32
ReplyDeletehahahahah kakaaaak ๐คฃ๐คฃ๐คฃ
DeleteTerima kasih ya Kak
Terbaekkkklahhhb๐๐๐๐๐๐
ReplyDeleteSemangat sayangku๐ช,baru nemu untuk komennya๐คญ๐
ReplyDeleteSemangat sayangku๐ช,baru nemu untuk komennya๐คญ๐
ReplyDeleteEnak kalau baca yg biasa nulis ya. ๐
ReplyDeleteAku masih hrs belajar http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/menulis-sejarah-di-catatan-perjalananku.html