10 Alasan menulis dalam tantangan


Oleh : Sauki Nursyam

Aku bukan penulis, tapi aku suka menuturkan sesuatu itu dalam bentuk tulisan ketimbang lisan. Kenapa? karena lebih "memorable". Tulisan bisa di edit sedangkan lisan tidak, makanya bahasa lisan rentan salah dimengerti, sebagaimana pepatah mengatakan : "bila lidah lukai hati, kemana obat akan dicari". Ketika ditantang untuk menuliskan alasan kenapa Aku menulis, menjadi agak ribet untuk dijawab, tapi setidaknya ada 10 alasan.

Alasan pertama; Karena bahasa tulis adalah faktor penting dalam komunikasi. Rasulullah SAW, tidak bisa baca tulis, tapi surat-surat dakwah beliau sampai kepada Raja-raja di jazirah Arab. Zaid ibn Tsabit lah yang menjadi Sekretaris beliau.

Zaid seorang yang cerdas, cakap, menguasai banyak bahasa, sehingga terpilih sebagai penulis wahyu. Bukan sebuah kenaifan, jika alasan pertama Aku untuk menulis adalah ingin meneladani sang sekretaris nabi, Zaid bin Tsabit.

Alasan kedua; pernahkah anda mendengar ini, "Ugh.. tulisannya bernas.., dia amat sangat cerdas" atau "jelek amat sih, asal ketik aja ni orang". Kira-kira begitu pendapat orang setelah membaca sebuah tulisan. Meski sebuah tulisan yang jujur lebih bernilai ketimbang pesanan atau karena arahan, tidak dipungkiri tulisan itu sendiri akhirnya mengekspresikan diri kita, ketertarikan kita dan kepentingan kita, bahkan pada tingkat yang lebih tinggi, menjadi sebuah jati diri kita. Karena jati diri inilah makanya tulisan kerap dipakai sebagai acuan untuk melamar sebuah pekerjaan (Expression Of Interest). So, sebagaimana pernah dikomentari seorang teman di facebookku "tetaplah menulis untuk ungkapkan jati dirimu" pada akhirnya itu menjadi alasan kedua.

Alasan ke 3 adalah "to memorize a memory". Tahukah anda? Otak kita, dalam sebuah penelitian dikatakan mampu menyimpan lebih dari 2.5 petabyte ( 1 Peta = 1024 Terabyte), yang berarti sanggup menyimpan seluruh data di bumi ini 😱, namun terkadang sering kali mengalami error, akibat dari kesalahan penggunaan (semisal negatif thinking, berpikir arogan, pesimistic, dll). Hal ini menyebabkan hilangnya ingatan, baik jangka pendek apalagi panjang.

Menuliskan sesuatu, membantu kita mengingatkan kembali hal-hal yang sering kita lupa, sebagai contoh yaitu "kenangan", tulisan kerap menjadi pengingat kenangan. Contoh yang lain adalah "hutang", maka tak salah Allah dalam Alquran menggariskan bagi orang yang berhutang dan berpiutang untuk menuliskannya (QS:2/282). Maka jika kamu pelupa, sering-seringlah menulis, niscaya bakal jadi obatnya πŸ˜‰.

Alasan selanjutnya, dimulai dari pertanyaan, pernahkah anda bermimpi membuat sejarah? Menjadi pelaku sejarah? tentu saja bisa! Caranya, menulislah! Kenapa? Karena tulisan - menurut SK Kouchar dalam bukunya "Teaching of History" (2008), sebagaimana pernah Aku baca di artikel Kompas.com- adalah salah satu sumber dari sejarah. Menuliskan sesuatu tentang apapun, tentang pribadi kita, keluarga kita, lingkungan kita dan apapun yang menarik perhatian kita bisa jadi -kita tidak pernah tahu- suatu saat nanti, tulisan yang kita tulis tersebut akan menjadi sebuah manuskrip, atau dokumen rujukan bagi anak cucu kita, awesome bukan? 😎 maka, meski dalam skala kecil, inilah yang menjadi alasan ke- 4 Aku menulis, yaitu: To Make My Own History".

Adapun alasan ke 5 terkait dengan sebuah istilah "Tahadduts binnimah". Istilah itu termaktub dalam ayat Alquran: "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau ungkapkan (QS 93:11), ayat itu memerintah kan kita untuk mengkabarkan kegembiraan kita. Kenapa kegembiraan harus diungkapkan? Karena menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah SWT. Kenapa kita harus bersyukur? Sebab dengan bersyukur, Allah akan melipatgandakan kegembiraan tersebut.

Nah! salah satu bentuk pengungkapan kegembiraan itu yaitu dengan menulisnya. Seperti sekarang ini, kegembiraan kita menyambut Idul adha 1441 H, kegembiraan karena telah berkurban serta berbagi dengan sesama, kita tuliskan dan kabarkan sebagai unjuk syukur kepada Illahi.

Alasan ke 6; Menulis memaksa kita untuk berfikir, karena merangkai kata itu memeras otak, mungkin bagi yang terlatih tidak membutuhkan waktu lama, tapi umumnya orang butuh waktu untuk menjadikan tulisan itu menjadi penuh makna sekaligus bisa dinikmati.

Proses olah fikir lewat menulis ini bagi Aku seperti latihan, melatih otak tetap berjalan. Dalam sebuah cerita fiksi, konon ada ilmuwan yang memperebutkan beberapa bekas otak manusia di pasar gelap, bekas otak orang jepang dan indonesia. Ternyata, harga bekas otak orang indonesia lebih mahal ketimbang jepang, kenapa? Karena bekas otak orang jepang sudah aus karena sering diperas. Berdasarkan anekdot di atas apakah anda mau jika otak anda berharga mahal? :D

Alasan ke 7 cukup sulit karena Aku hampir kehabisan ide di hari ke 7 saat menulis ini, tapi mengingat tantangan sudah diterima, maka wajib diselesaikan. Nah menjawab tantangan ini menjadi alasan ke 7 ku untuk menulis. Memenuhi tantangan untuk menuliskan alasan-alasan kenapa aku menulis, menjadi alasan yang paling masuk akal, karena tidak semua orang bisa menyelesaikan tantangan tersebut. Karena ia bukan hanya sekedar tantangan tapi ia adalah komitmen. Bukankah manusia itu yang dipegang adalah janji dan komitmennya? Ketika janji untuk menulis sepuluh hari saja tidak mampu untuk diselesaikan, apakah lagi janji atau komitmen yang lebih besar, jangan sampai janji tinggal janji πŸ˜€

Alasan ke 8 terkait dengan sebuah pepatah "Belajar setelah dewasa bagai menulis di atas air", pepatah itu artinya untuk menunjukkan sesuatu pekerjaan yang sia-sia. Tetapi kenapa perumpamaannya dipakai kata "menulis"? Ada apa sebenarnya dengan menulis?

Menulis itu adalah proses belajar, juga proses latihan, mungkin kita juga pernah mendengar hal berikut ini: "jika ingin mudah menghafal sesuatu maka tuliskanlah" makanya metodologi menghafal quran  salah satunya adalah dengan metode menuliskan ayat-ayat yang sedang dihapal tersebut satu demi satu dalam bentuk tulisan.

Menjalani proses belajar dengan menulis juga menambah lekat di daya ingat, tak salah dahulu guru-guru kita terbiasa menyuruh kita menuliskan catatan, sudah tau kan sekarang sebabnya kenapa πŸ˜€

Alasan ke 9 aku menulis adalah "self kamuflase". Kadang-kadang ada hal yang tidak mampu kita ucapkan, tetapi bisa kita tuliskan. Ada yang kita takutkan untuk dibunyikan tetapi amat lancar kita rangkai menggunakan pena atau keypad. Mengekspresikan diri lewat tulisan bisa jadi menafikan respon, meski sebenarnya hal itu terkait masalah peduli atau tidak juga sih ya, tapi saat menulis kita bisa untuk memilih tidak terlalu ambil pusing seandainya orang akan salah paham dengan tulisan kita, karena kita bisa berdalih dengan masalah persepsi dan interpretasi.

Beda halnya dengan bahasa lisan yang mempunyai intonasi. Intonasi, apapun interpretasinya selalu pakem pada: nada naik menjurus marah dan begitu sebaliknya, dan itu sulit untuk dibuat-buat, dan hal itu tidak bisa kita jumpai di bahasa tulisan, bahkan dalam tulisan kita bisa bersembunyi dibalik rangkaian kata πŸ˜„

Alasan ke 10; alasan pamungkas, paling sempurna sebagaimana angka 10. Alasan yang berhubungan dengan angka 10. Angka 10 terdiri dari angka 1 di depan baru diikuti angka 0, tentang masalah ini Buya Hamka pernah mengatakan, sila ketuhanan Yang Maha Esa dalam pancasila ibarat angka 1, mesti di depan, sila yang lain ibarat 0, angka 0 tidak akan berarti apa-apa jika berada di depan angka 1, berapapun jumlahnya. Sebaliknya, jika berada di belakang angka 1, nilainya semakin besar.

Begitu lah menulis bagiku, bukan seperti kesempurnaan Tuhan tentunya, tapi alasan pamungkas ku adalah bahwa tidak lengkap rasanya bila apa yang diingat atau dipikirkan belum dituang dalam bentuk tulisan. Sesuatu itu makin "terasa" dan bernilai jika sudah dipahat dalam kenangan yang berbentuk tulisan. Maka kelegaan yang luar biasa jika telah menyelesaikannya, seperti sekarang ini 😊

 (Uqie)

 

Tentang Penulis:

Sauki Nursyam lahir di Sungai Cubadak, Baso, Kabupaten Agam, 37 Th. Menamatkan studi S1 nya di IAIN IB Padang 2004. Ketika SLTA di MAPK Kotobaru Padang Panjang, sudah suka seni Baca dan menulis Puisi, menyabet Juara 1 Puisi Dakwah Di MTQ Kodya Payakumbuh 1999 dan Juara 3 Puitisasi Alquran tingkat SLTA se Kab. Tanah Datar. 

Share:

10 comments :

  1. Luar biasa.... πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘ Teruslah menulis agar bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang...😍😍😍

    ReplyDelete
  2. πŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ‘πŸ‘πŸ‘mantaaap...

    ReplyDelete
  3. πŸ˜πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    ReplyDelete
  4. Lanjutkan bg... aliran tulisannya natural dan enak di baca πŸ‘πŸ‘

    ReplyDelete
  5. Hai kak, semoga kita selalu semangat untuk terus berkaryaπŸ’ͺπŸ”₯
    Jangan lupa mampir ke tulisanku yaa😍

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis