Surat Cinta Untuk Semesta

Oleh : Alfionita Eka Amelia Putri Dani

 

Kata siapa menulis itu buang-buang waktu ? Buktinya, dengan menulis justru bisa dikenang sepanjang waktu. Siapa bilang menulis itu menjemukan ? Nyatanya pembaca pun ketagihan. Alasan setiap orang untuk menulis itu berbeda-beda, kamu mau tau alasanku ? Tapi ini pendapatku saja, pasti berbeda dengan alasanmu atau alasan orang lain di sana. Mari bertukar pendapat !


Setiap manusia itu punya ruang, seperti aku yang menjadikan tulisan sebagai ruang untuk berimajinasi, berekspresi, mengabadikan catatan dan mengekalkan ingatan. Seperti halnya pula fotografer yang mengabadikan momen lewat lensanya, aku pun mengabadikan moment dengan aksara. Menciptakan jejak agar suatu hari nanti, kalau aku terlupa, aku dapat kembali dan menemukan 'ruanganku'. Aku menulis untuk menyimpan ingatanku, agar suatu hari nanti aku dapat membaca dan mengingatnya kembali. Aku menulis, dan aku punya ruang. Ruanganku, Tulisanku.


Selain itu, aksara juga menyimpan rahasia. Mencari seseorang yang bisa dititipi rahasia itu memang tidak mudah, bahkan menceritakannya pun butuh nyali yang besar. Tapi aku, memilih aksara sebagai tempat penyimpanan rahasia ku, tentang rasa yang tak dapat diungkap, tentang mimpi dan cita-cita, juga potongan-potongan kisah dan pemerannya yang berkesan. Karena meskipun manusia penuh dengan rahasia, tetapi mereka mudah lupa bila sudah berbicara. Untukmu yang masih meragu, menulislah. Dan kamu akan tahu, bahwa aksara akan tak akan membicarakannya, di hadapanmu maupun di belakangmu.


Menjadi diri sendiri itu penting, dan dengan menulis, aku bisa mengenali diriku yang sebenarnya. Ketika kita hendak berbenah, membetulkan penampilan misalnya, kita butuh cermin untuk mengetahui apa yang harus dibuang, apa yang harus ditambah, apa saja yang harus disempurnakan. Begitulah hakikat sebuah tulisan untukku, dengan menulis aku bisa mengidentifikasi, apa yang masih kurang dari sudut pandangku, apa yang harus dibuang dari fikiranku, atau mencari apa yang harus kusempurnakan dalam hidupku. Dengan menulis, aku tahu seluas apa alam pemikiranku. Menulislah, maka kau akan tahu siapa dirimu sebenarnya.


Ngomong-ngomong, apa yang kamu tahu tentang cinta ? "Cinta adalah suatu emosi (perasaan positif) dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi." Aku jatuh cinta, tapi kali ini pada aroma kertas yang memikat. Aku jatuh cinta pada aksara yang mampu membuatku memandang dunia dengan cara yang berbeda. Aku jatuh cinta pada pena yang menari tanpa banyak menuntut, mengalir begitu saja seperti jemariku yang masih betah berlama lama menggenggamnya. Kamu pasti tahu bukan ? Kalau jatuh cinta tak perlu alasan, tapi justru menjadi alasan. Jadi, tak perlu lama-lama untuk berfikir 'mengapa aku menulis?', jawabannya cukup mudah. Cinta.


Sebagai makhluk sosial, kita saling membutuhkan dan dibutuhkan. Saling memberi dan menerima, saling bercerita tentang kehidupan masing-masing untuk berbagi pelajaran. Hidup bukan hanya tentang 'bagaimana kita bisa bahagia' tapi juga 'bagaimana kita bisa berbagi kebahagiaan bagi orang-orang di sekeliling kita'. Tidak selamanya kita hanya bisa menjadi 'cangkir'untuk diisi, tapi juga menjadi 'teko' agar bisa membagi apa yang kita punya. Aku menulis untuk bahagiaku dan bahagia orang yang membacanya. Karena hidupku bukan tentangku saja, namun hidup juga tentang senyuman mereka.


Menulis itu seperti kopi yang kuteguk setiap pagi, membangkitkan semangat, menumbuhkan motivasi dan inspirasi. Seperti kopi yang menjadi candu, menulis pun menjadi candu bagiku. Mungkin kadang sulit untuk mencari kata pembuka, tapi seiring waktu, semakin banyak pula baris-baris yang kutulis, semakin banyak pula kata yang ingin kutuangkan dalam kertas. Seperti tenggelam dalam lautan aksara, tapi tak mengapa. Karena menulis adalah obat jenus, penat dan lelahku.


Tahukah kamu ? Salah satu cara bersyukur selain mengucap 'Alhamdulillah' adalah menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan secara maksimal, sesuai fungsinya. Seperti aku yang diberi nikmat akal untuk berpikir tentang apa yang akan aku gunakan untuk menyebar kebaikan. Dan aku memilih lewat tulisan. Aksaraku mengajarkan untuk bisa bermanfaat tanpa banyak bicara, bisa mempengaruhi dan menyentuh kalbu yang membacanya. Membuka cakrawala berpikir dan mengajak orang lain untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain. Aku memilih menulis, dan aku bersyukur dengannya.


Ada hal menarik yang harus kamu tahu, kecepatan otak untuk berpikir itu lebih cepat daripada kecepatan tangan untuk menulis. Korelasinya ? Ketika kita berpikir terlalu cepat maka terkadang kita memutuskan sesuatu dengan gegabah. Tapi dengan menulis, kita bisa memperlambat nya untuk menyortir dan mengevaluasi pemikiran kita. Sehingga kita tidak gegabah dalam melakukan sesuatu.


Seperti sebuah tulisan yang harus berulang kali masuk proses editing untuk menghasilkan naskah yang berkualitas, menulis juga membuat kita berpikir dua kali untuk menyampaikan ide dan gagasan kita di atas kertas. Menciptakan karya yang akhirnya bisa dinikmati semua orang tanpa menyinggung salah satu pihak


Setiap manusia punya tolok ukur untuk menilai dirinya sendiri, yang tidak bisa disamaratakan antara satu dengan yang lain. Bagiku, wujud peng'harga'an seseorang tidak cukup dilihat dari seberapa bagus nilainya, atau seberapa banyak piala yang dikumpulkan. Tapi dia lah yang berkualitas, yang bisa memberi kesan dan pelajaran dalam kehidupannya, bisa diingat dengan kebaikan dan kesahajaan nya. Aku percaya bahwa aku berharga dengan barisan aksara yang kutinggalkan, tanpa perlu membandingkan antara satu dengan yang lain. Tanpa menuntut penghargaan dan penilaian orang lain, dan yang terpenting, tanpa mengusik kehidupan orang lain. Karena setiap manusia pasti berharga.


Seseorang pernah berkata, bercerita lah kamu karena akan melipatgandakan kebahagiaan dan mengurangi kesedihan. Maka aku menuliskannya agar suatu saat nanti aku bisa tetap bahagia membaca kisah hebatku, dan bisa mengapresiasi diri atas  ujian yang menghampiri. Mengucapkan selamat atas perjalanan yang telah kita lalui, suka duka yang telah kita lewati dan selamat berproses untuk berjalan lebih jauh lagi.

Bagiku, bahagia itu tanggung jawab diri sendiri dan kepedihan itu konsumsi pribadi. Dan aku menulis karenanya.


Bagaimana ? Kamu setuju dengan pendapatku ? Kita boleh berpendapat, tapi jangan menghujat. Kita sama-sama pembelajar, sama-sama pejuang untuk semesta. Dan menulis adalah caraku mencintai semesta.

Yogyakarta, 7 Agustus 2020

 

 


Tentang Penulis 

 

Alfionita Eka Amelia Putri Dani, perempuan kelahiran Sleman pada 30 April 2001 ini masih duduk di bangku perkuliahan di Yogyakarta sebagai mahasiswi Kedokteran. Mengawali dunia kepenulisan sejak SD sebagai penulis puisi yang sempat hiatus di tengah jalan. Mari bersapa dan bertukar pendapat ! Kalian bisa menemukanku dalam akun instagram @alfionita_hrdn



 

 

Share:

1 comment :

  1. Hai kak, semoga kita selalu semangat untuk terus berkarya💪🔥
    Jangan lupa mampir ke tulisanku yaa😍

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis