Oleh : Diny Bintang Kecil
Selalu ada alasan di balik konsistennya seseorang untuk menulis. Entah untuk penyembuh luka, menggapai cita-cita atau melupa ketidakadilan semesta. Barangkali, 10 alasan ini bisa membangkitkan semangat menulismu. Selamat membaca :)
PERNAH TERLUKA, LALU MENULIS CERITA
Tak pernah bosan kuceritakan luka dan duka di Penghujung Desember, 3 tahun yang lalu. Kau tahu kan, rasanya berjuang untuk seseorang namun diabaikan ? Kau tahu rasanya menerima seutuhnya tapi dia menerimamu sebutuhnya?
Sesak yang tak bisa kuceritakan lewat lisan, akhirnya kuungkapkan lewat tulisan. Meski hanya sebaris kalimat penuh keraguan, meski hanya sebatas kumpulan kata yang dipaksa tumbuh untuk menyembuhkan.
Huruf-huruf tak pernah mati, tapi perlahan meleburkan perasaan yang tak seharusnya dipertahankan. Kata-kata tak pernah tidur, dengan menulis, setiap bait yang tercipta perlahan membebat hati yang hancur.
MENULIS ADALAH CARAKU MENGAGUMINYA
Perkenalkan, aku gadis melankolis yang menyukai kesunyian tapi tidak introvert. Aku pandai berpura-pura jika ada di hadapannya. Pura-pura tak suka tapi hebatnya, dia tak pernah menyadari itu.
Berteman sunyi, dalam deretan frasa yang kurangkai sedemikian rupa untuk kueja sebagai rasa. Entah suka atau cinta, semua kalimat yang kutulis tertuju pada sosoknya yang memang pantas dikagumi.
Aku menulis caranya berbicara, menyampaikan pendapat yang kadang bertentangan dengan isi kepala, caranya memandang dunia yang tak lagi penuh tanda tanya.
Berbalas atau tidak, rasa tetaplah rasa. Dalam setiap kata yang kutulis, huruf-hurufnya menjadi saksi bahwa cerita tentang mengagumi tak pernah berhenti sampai di sini.
BAPAK INGIN ANAKNYA MENADI PENULIS
Mari bernostalgia. Waktu sekolah, perpustakaan adalah tempat paling menyenangkan. Aku siswi yang tidak terlalu pandai dalam pelajaran Matematika tapi suka pelajaran Bahasa Indonesia. Kelas 6 SD, aku dipilih untuk mengikuti lomba Mengarang, menang Juara 1 tingkat Kabupaten, dan menjadi perwakilan Kabupaten Kuningan untuk lomba Mengarang tingkat Provinsi.
Anak 12 tahun harus ke luar kota untuk mengikuti lomba, orang tuaku bangga. Masih ingat saat Bapak melepas anaknya pergi ke Bandung selama 3 hari, Bapak mencium keningku. Aku kembali menjadi perwakilan lomba Mengarang tingkat provinsi saat kelas 3 SMP
Nasihat Bapak , kembangkan bakat menulis. Ketika ada paket buku antologi, Bapak langsung mencari namaku di buku itu.
MENULIS ADALAH OBAT PENENANG
Suatu hari, aku pernah terjebak dalam keadaan terpuruk, tak punya mimpi, diliputi kecemasan tentang masa depan dan berbagai kesedihan yang nyaris membuat hidupku tak punya nyawa.
Tak semua telinga mau mendengar, tak semua tangan mau membantu menarikku dari keresahan. Tak semua hati bisa memahami tentang mimpi-mimpi di luar nalar yang akhirnya jadi lelucon dan membuatku tetap menjadi seorang pemimpi.
Menulis adalah obat saat wajah-wajah bermuka dua itu hanya bisa meremehkan. Segala resah kuleburkan pada selembar kertas. Ia tak pernah berkomentar meski jadi pelampiasan. Menulis adalah obat menuju kesembuhan diri yang tengah gamang hanya karena perbedaan.
SEBAB AKU PUNYA KISAH ISTIMEWA
Bisa saja, tanpa basa-basi aku bercerita pada mereka bahwa aku sakit, aku berbeda. Mungkin sebagian ada yang berpikir hanya untuk mencari perhatian semata.
10 tahun yang lalu, menulis kata " Skoliosis " saja aku tak berani. Selalu kututupi keadaan ini dari siapapun, kusembunyikan rapat-rapat karena aku malu tapi lama-lama aku merasa lelah
Sampai akhirnya Tuhan mengirimkan seseorang
dan bertanya " Kamu sakit apa? maukah bercerita?"
Lalu aku bercerita tentang segala kekhawatiranku karena harus operasi.
Dia berkata " Kisah hidupmu istimewa, besok kubuatkan blog dan mulailah menulis sesukamu "
untuk pertama kalinya kubagikan kisah Skoliosisku di blog tepat pada tanggal 1 Agustus 2010
AKU BUTUH DUNIA BARU
Bergelut dengan dunia bisnis online kadang membuatku jenuh. Hari-hariku hanya sebatas memikirkan target omset, marketing, membalas chat orderan, menjahit. Teman-temanku adalah benda mati, tak bisa diajak kompromi.
Ikut komunitas Skoliosis juga kadang bosan. Duniaku sebatas tentang operasi, tulang punggung bengkok, masa recovery, dan cerita-cerita menuju perubahan diri.
Aku tak bisa terus terjebak dalam kotak rutinitas yang sempit dan pengap.
Dunia sangat luas bahkan ceritanya tak terbatas. Aku menulis , lalu kutemukan dunia baru, komunitas literasi. Pengalaman baru, wajah baru, pemikiran baru. Kurasakan sebuah interaksi yang dibangun atas kesadaran penuh bahwa manusia harus bisa memanusiakan.
AKU MENULIS, AKU BAHAGIA
Mengumpulkan kata-kata menjadi sebuah kalimat sebagai perantara pesan memang tidak mudah, kesulitan-kesulitan yang berhasil kuurai satu per satu tumbuh menjelma bunga bahagia yang tak bisa dilihat oleh mata.
Saat kutuliskan tentang menyerah dan bangkit adalah pilihan agar tak salah arah, kutemukan mereka —yang setelah membaca tulisanku, semangatnya kembali membara.
Saat kutuliskan proses penyembuhan luka, kutemukan mereka —yang setelah membaca tulisanku, bersedia kembali berlari mengobati hati dengan tawa.
Ada yang tak sengaja menemukan solusi dalam tulisanku, ada yang berani bermimpi setelah meresapi kata-kataku. Bahagia ternyata bisa datang dari setiap huruf yang kuramu.
AKU BISA MENYEMBUNYIKAN KEADAAN SESUKA HATI
Berulang kali merasa hancur, tak ada yang tahu bahwa aku sedang kecewa pada keadaan. Aku menulis sesuatu yang membahagiakan hingga orang lain berpikir hidupku selalu baik-baik saja.
Pernah bahagia karena diperlakukan istimewa, mencipta tawa bersama orang-orang tercinta. Memeluk jutaan rasa syukur pada semesta yang selalu memberikan cerita. Tapi, aku menulis hal-hal menyedihkan seolah-olah aku adalah manusia paling menderita
Menulis membuatku bebas bercerita dan merelakan orang lain untuk menyimpulkan semua keadaan tanpa merasa khawatir.
MENULIS MEMBUAT OTAK LEBIH KREATIF
Ibarat pisau yang akan tumpul bila tidak digunakan, kurasa otak manusia pun begitu.
Pernah meliburkan diri beberapa tahun dari kegiatan membaca dan menulis karena kesibukan menjadi kuli pabrik. Otak terasa mati, hidup menjadi stagnan. Jangankan berargumentasi atau menulis puisi, untuk sekadar curhat basa-basi saja perlu berpikir seharian, akhirnya berujung kekesalan.
Menulis adalah sebuah seni yang menggabungkan kreativitas otak kiri dan otak kanan. Belajar menyusun kalimat yang memikat namun tetap mengandung pesan yang tersirat.
Menulis memaksaku untuk tak bosan membaca agar tulisan tak terasa hampa. Menulis membuat otak sering berkelana menjelajahi samudera imajinasi dan berani memiliki lebih banyak persepsi.
MENULIS MEMBUATKU MAMPU BERTAHAN
Mari menengok sejenak hari kemarin yang penuh dengan ketakutan. Berapa banyak waktu yang dilalui dengan tangis yang terpaksa ditahan, malam yang dilewati dengan ribuan harapan tentang perjalanan melewati tangga-tangga kesembuhan.
Rasa sakit yang membekas pada setiap coretan kertas adalah saksi bahwa selepas raga yang tertatih ada ribuan kata yang tak pernah letih .
Ini bukan tentang patah hati, tapi tentang
nyeri di tubuh yang tidak bisa disembuhkan oleh puisi namun sebagian lukanya kuabadikan lewat diksi agar bisa dikenang di kemudian hari.
Bertahan bukan berarti melawan takdir yang sudah semestinya. Hanya mencoba belajar tentang sabar dan lapang dada melalui coretan pena sebagai penguat jiwa.
BIODATA PENULIS
Diny Bintang Kecil lahir di Kuningan, 21 April 1990. Di tengah kesibukannya menjalankan bisnis kerajinan tangan, ia selalu menyempatkan diri untuk menulis. Perempuan pecinta kopi ini punya cita-cita menjadi seorang penulis novel. Diny juga aktif di menulis di Instagram pribadinya, tulisannya bisa dibaca di Instagram miliknya @dinybintangkecil
Penulis favoritku, semangat terus Mbak Diny.
ReplyDelete