PERBINCANGAN AKSARA


Oleh: Iis Muala Wati

Jika saat itu kalian menanyakan, 'apa alasanku menulis?' Maka aku akan menjawab, karena tugas. Ya, sesederhana itu. Namun, secara tidak langsung dengan tugas tersebut diri ini menjadi lebih konsisten menulis.

Salah satu tugas yang paling terkenang bagiku adalah ujian praktik mata pelajaran bahasa Indonesia semasa menuntut ilmu di SMK Bahrul Maghfiroh Lampung.

Kakak tingkat sebelum kami diwajibkan membuat antologi puisi untuk memenuhi nilai ujian praktik. Giliran angkatanku, diberi tugas membuat novel. Luar biasa bukan? Apalagi untuk kami yang belum mempunyai ilmu menulis cerita fiksi.

Benar adanya, kita perlu dipaksa supaya bisa terbiasa. Begitu juga menulis. Aku sangat berterima kasih, karena selama ini telah diberi tugas-tugas yang menuntut untuk membaca dan menulis. Kemalasan di dalam diri mau tak mau harus dienyahkan.

Okey, jadi jelas, ya ... alasan pertamaku menulis karena kewajiban. Tulisanku ada karena tugas yang diberikan. Lambat laun alasanku menulis bertambah. Ingin tahu? Mari ikuti rekam jejak sederhanaku.

Ketika seorang publik figur meninggal, dunia nyata dan dunia maya gempar. Begitupun ketika Eyang BJ Habibie mengembuskan napas terakhirnya. Bendera setengah tiang dikibarkan.

Ada pula akun media sosial yang mengungkapkan rasa kehilangan dengan mempelopori gerakan menulis puisi untuk eyang. Aku pun ikut merangkai kata.

Tak disangka seluruh puisi tersebut dibukukan. Rasanya sangat menyenangkan dan itu pertama kalinya aku menulis antologi puisi.

Sejak saat itu aku mempunyai alasan baru. Aku menulis untuk mengenang. Tulisanku ada bersama kenangan. Namun, ini bukan akhir petualangan.

Perjalananku di dunia literasi baru saja dimulai. Aku melangkah bersama seorang teman sesama alumni SMK Bahrul Maghfiroh. Ia lebih awal terjun di kepenulisan. Banyak hal yang kupelajari darinya. Mulai dari KBBI, PUBEI, sampai esensi cerita. Ia tak sungkan berbagi ilmu dan juga berbagi info mengenai event terdekat.

Diri ini menyadari, bahwa coretan sederhanaku masih jauh dari kata 'layak baca'. Namun, aku tetap gencar memburu event kepenulisan. Karena di situlah salah satu cara untuk mendapatkan kritik dan saran.

Hasilnya sangat menyenangkan, ketika  bisa berbagi dengan karya yang kita miliki. Apalagi di antologi cerpen pertamaku seluruh royalti penulis didonasikan. Program itu membuka pikiran, jika berbagi bukan hanya tentang uang, tapi juga kemauan.

Apakah menulis itu mudah? Ya.

Apakah menulis itu sulit? Ya.

Keduanya benar, kita hanya perlu memberikan argumentasi yang logis.

Menulis itu mudah. Siapapun bisa menjadi penulis. Awali dengan tulisan yang ringan seperti menulis status di sosial media, menulis diary, quote dan lain sebagainya.

Menulis itu sulit. Ada banyak ilmu yang harus dikuasai. Bukan hanya tentang menulis skripsi, tesis, disertasi, dan penelitian lainnya. Karena tulisan fiksi pun memerlukan pengetahuan yang mumpuni.

Aku selalu berupaya untuk menjadikan setiap tulisan sebagai pengingat diri. Jadi, meskipun karyaku terbilang sederhana, rangkaian kata itu memiliki makna di lembaran hidup siapa saja yang membacanya.

Menulis sebagai sumber penghasilan? Kenapa tidak?

Aku sendiri tidak menjadikan profesi menulis sebagai peluang utama dalam mencari rezeki, tapi tanpa disengaja ada saja uang yang didapatkan hasil dari menulis. Selain uang ada banyak lagi rezeki yang didapatkan dari menulis, seperti voucher terbit gratis, pulsa gratis, buku gratis.

Mau?

Ayo, menulis!

Suatu hari, aku merasa frustrasi. Tak percaya diri. Ada banyak event menulis kuikuti. Namun, menjadi kontributor pun tidak. Apalagi menjadi juara.

Akhirnya kuselingi do'a di penghujung ibadah. Meminta kepada Allah, supaya sesekali aku merasakan menjadi juara.  Tidak berselang lama, do'aku pun terkabul. Jadi usai berusaha, jangan lupa berdo'a, ya.

Ada kalanya aku merasa lelah. Tulisanku terasa tak bermakna, membuat diri ini putus asa. Ingin berhenti menorehkan aksara.

Saat itu, aku lupa tujuan menulis yang selama ini digaungkan oleh seorang coach, yaitu mengubah peradaban. Aku pun lupa dengan tujuan menulis lainnya.

Hingga akhirnya aku mendapat alasan baru untuk tetap semangat menulis ....

Menulis adalah bukti ketangguhan, dengannya keterampilan akan terasah. Jika satu bulan saja aku berhenti menulis, maka seterusnya akan sulit untuk memulai menulis kembali.

Namun, jika dirasa tulisan yang diukir dengan cinta saat ini sepi pembaca, tak mendapat juara. Maka teruslah menulis. Tulis. Tulis. Tulis. Karena setiap tulisan memiliki pembaca. Begitulah caraku menyemangati diri.

Tulisanmu ditolak?

Jangan bersedih ....

Jangan berhenti ....

Kecewa wajar, tapi tak perlu lama-lama. Setiap orang pasti pernah mengalami penolakan. Suatu ketika, aku menulis cerpen untuk sebuah event dan saat pengumuman ternyata karyaku tidak lolos seleksi.

Aku kecewa? Tentu!

Aku bersedih? Ya, aku sedih.

Aku mengobatinya dengan gencar belajar di kelas kepenulisan. Langkah selanjutnya mendaur ulang tulisan.

Patut diakui memang ada yang janggal pada tulisan tersebut. Ada plot hole, terlalu banyak tell dibanding show, fell tak terasa dan lain sebagainya.

Setelah dirasa cukup, kukirimkan tulisan tersebut ke meja redaksi. Lama tak ada kabar. Aku pasrah dan melupakannya.

Namun, tanpa disangka-sangka cerpen itu terbit. Bahkan aku mengetahuinya dari salah seorang dosen yang membagikan link cerpen tersebut. Aku menulis sebagai bentuk aktualisasi diri. Tulisanku ada untuk menyemangati hari.

Kalau kita tak mau menulis kebaikan untuk peradaban. Maka di dunia ini akan dipenuhi tulisan yang menghancurkan.

Seekstrem itu? tentu saja!

Ada sebuah platform menulis yang diisi oleh berbagai macam usia. Baik pembaca ataupun penulisnya. Namun, sungguh miris ... banyak tulisan vulgar yang ditulis oleh anak-anak.

Pendidikan seks itu perlu, walau di Indonesia dianggap tabu. Nah, kalau sekarang anak-anak leluasa menulis kisah sepasang kekasih yang berciuman sampai beradegan ranjang. Siapa yang mau bertanggung jawab?

Aku sangat bersyukur saat menjadi kontributor antologi cerita remaja, tentang penting tidaknya pendidikan seks untuk pelajar dan remaja. Berbekal dari tulisan itu, besar harapan generasi muda dapat tercerahkan.

Aku menulis berharap ridho-Nya.

Tulisanku ada sebagai sarana memperoleh pahala.

Sedari kecil aku suka menulis, tapi hanya sebatas curahan hati. Karena buku dan pena bagiku adalah teman setia yang menemani setiap hari tanpa tapi.

Padahal waktu itu setiap hariku sama saja, dari bangun pagi sampai tidur di malam hari. Semua sama. Aku pun jenuh menulis, tapi aku tetap bercerita dengan buku dan pena. Ya, aku bercerita jika merasa bosan dengan kehidupan yang monoton.

Selain menulis diari, waktu itu aku juga hobi membaca buku motivasi. Dari situ kutemukan alasan untuk tetap menulis. Buku diari pun akhirnya dihiasi dengan rahasia berharga yakni impian. Aku menulis berharap impian menjadi nyata. Tulisanku ada sebagai tabungan do'a.

Alasanmu menulis karena ingin terkenal dan dikenal banyak orang?

Boleh-boleh saja. Tak ada yang melarang. Saat dirimu meninggal dunia, tulisan itu 'kan tetap abadi. Namun, alasanku menulis tidak semewah itu.

Apabila namaku tercantum pada sebuah buku dan dikenal khalayak ramai, tak lain hanyalah bonus. Karena alasanku menulis sesungguhnya adalah menciptakan kebahagiaan dan pembelajaran.

Ketika menuangkan ide cerita, aku berusaha menyisipkan hal-hal bermakna, sebagai pembelajaran untukku ketika berperan sebagai pembaca dan saat tulisan itu selesai, aku akan merasa sangat bahagia. Semoga kalian juga bisa ikut bahagia, ketika membaca tulisanku.

Mungkin esok kutemukan alasan lain untuk tetap merangkai kata. Mari sudahi perbincangan kita.

Inilah kisah sederhana alasanku menulis. Bagaimana kisahmu?


Malang, 7 Agustus 2020

Share:

67 comments :

  1. Replies
    1. Jangan lupa mampir ke Ig dan Channel YouTube kami, ya,Kak 😁

      Delete
    2. Ini pasti si dedek kembar.
      Terima kasih, berkenan mampir 💙

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Jangan lupa mampir ke Ig dan Channel YouTube kami, ya,Kak 😁

      Delete
    2. Terima kasih, berkenan mampir 💙 Bismillah semangat selalu.

      Delete
  4. Replies
    1. Jangan lupa mampir ke Ig dan Channel YouTube kami, ya,Kak 😁

      Delete
    2. Siap. Terima kasih, berkenan mampir 💙

      Delete
  5. Keren kisahnya, Kak.
    Jangan lupa mampir ke Chanel YouTube dan Ig kami. PMM Klinik dr Irma.

    ReplyDelete
  6. Replies
    1. Terima kasih, berkenan mampir,Kakak ketua kelompok Storial 🥺💙

      Delete
  7. Suka semangatmu Dek...luv yu😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lop yu tu 💙

      Terima kasih berkenan mampir 🤗

      Delete
  8. Teruslah menulis,agar menjadi ilmu yang bermanfaat.

    ReplyDelete
  9. Bagus, penulis mampu menulis yang penuh feeling, sehingga pembaca dapat merasakan gairah bagusnya menulis dan gairah semangatnya seorang penulis demi kebaikan umat. Semoga berkah, dan menjadi lebih baik kedepannya😍😍💪💪

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih berkenan mampir 🤗

      Bismillah semoga apa yang dituliskan menjadi ilmu yang bermanfaat 💙

      Delete
  10. Semoga cerita nya berlanjut ke novel selanjutnya 1,2,3 dan seterusnya
    Salam sukses neng semoga berkah novel nya lariiiss...
    #Hubby_qulby

    ReplyDelete
  11. Replies
    1. Ngapunten mboten saget tag rencange jenengan. Salam injih matur nuwun 😁

      Delete
  12. Replies
    1. Terima kasih berkenan mampir 🤗 semangat kita semua 💙

      Delete
  13. Replies
    1. Kalau boleh tau, judulnya apa? Biar saya bisa mampir.😁

      Delete
    2. Iya Kak, blm kirim. Hehhe. Salam sukses sll ya Kak

      Delete
    3. Ayo, kirim, Bunda. Jangan sampe kelewatan.

      Salam sukses selalu juga 😁

      Delete
  14. Sukseess selaluu kak😍 Makasih udah ngajarin aku jugaa hehe,, maaf ngerepotin juga.. Semogaa kaka masuk 10 penulis favorit😍😍
    Aku dukungg kaka selaluuuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, dek.
      Jangan berhenti menulis, ya.
      Kita semua adalah pemenang, karena bisa menyelesaikan tantangan ini.💙

      Delete
  15. Bagus Kak, terus semangat berkarya😊
    Mampir juga yu ke tulisan saya☺

    ReplyDelete
  16. yups, benar kak. Saya juga mengharapkan ridhoNya melalui rangkaian kata :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga tak ada kesombongan yang menyertai, ya, Kak. Sehingga kita mendapatkan ridho-Nya melalui rangkaian aksara.

      Delete
  17. Masya Allah karyanya bagus sekali kak.
    Jangan segan mampir ke karyaku juga ya kak.
    KUJEMPUT CINTA BERSAMA TULISAN oleh Rohimatul Karimah
    Salam literasi kak :)

    ReplyDelete
  18. Hai kak, semoga kita selalu semangat untuk terus berkarya💪🔥
    Jangan lupa mampir ke tulisanku yaa😍

    ReplyDelete
  19. Bagus ...komen balik yah ke tulisanku

    ReplyDelete
  20. Pokoknya kereeen, Kak. Aku tuh enggak tahu komen... jadi baru komen sekarang. Bacanya dah lamaaa:)

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis