Patah Hati yang Punya Arti

Oleh : Irania Zulia



Kita tidak akan pernah tau apa yang ada di depan sana. Kebahagiaan kah? Atau luka yang membuat kita rapuh. Tapi satu yang pasti, menikmati setiap prosesnya akan jauh lebih berarti.

Seperti halnya menulis, banyak hal yang berarti, yang membuat saya selalu semangat untuk menuaikan untaian perkataan dan perasaan kedalam tulisan. Apa sajakah itu? Berikut 10 hal yang membuat saya terus menulis walaupun masih ada lagi alasan penting lainnya.


Luka itu nyata hadirnya

Dalam rindu yang masih menitipkan sendu, dalam jarak yang masih menyisakan sesak.

Semakin dewasa rasanya banyak hal yang tidak menutup kemungkinan membuat diri ini menjadi rapuh, merasa putus asa, ingin menyerah karena keadaan yang mungkin tidak bisa lagi diajak kolaborasi.

Terkadang yang membuat pupus sebuah harapan dan impian, bukan hanya rintangan dalam prosesnya, tetapi orang yang disekitarnya.

Luka itu nyata hadirnya, benar ada keberadaannya. Dan kini, luka itu menjadi salah satu alasan saya menulis, lucunya ia hadir tanpa sebab tapi menyisakan sembab.

 

Menikmati prosesnya

Saya selalu percaya bahwa dibalik jiwa yang rapuh, pasti tersimpan kekuatan dari kesedihan yang teramat dalam itu. Dan ternyata benar, yang terpenting dan paling penting kekuatan itu berasal dari dalam diri sendiri. Menguatkan untuk diri sendiri, juga untuk mereka yang sedang rapuh bahkan hampir patah.

Banyak yang bilang hidup seperi air mengalir. Tetapi pada nyatanya yang saya alami, semua butuh yang namanya perencanaan, agar nantinya tidak masuk lagi ke lubang yang sama.

Bangkit dan tetap melanjutkan hidup adalah hal yang menjadi alasan saya tetap bertahan. Sama halnya ketika saya menulis. Dengan menulis, banyak energi positif yang saya dapatkan untuk tetap menikmati prosesnya, walaupun luka yang hadir tak kunjung reda. Sebab hidup akan terus berjalan; jangan sampai kita berjalan lamban.

 

Merasa lebih lega dan tegar

Semakin dewasa, rasanya banyak hal yang sebenarnya belum siap saya hadapi. Tapi, mau gak mau ya hidup harus maju ke depan.

Namanya hidup, jangan sampai kita memutuskan untuk berhenti. Karena ketika kita berhenti, banyak hal-hal baik yang nyatanya sudah menunggu untuk kita raih dan kita butuhkan tanpa disadari.

Seiring berjalannya waktu, bukan pertanyaan apakah banyak yang merasakan hal sama seperti saya, tapi pernyataan; jika memang banyak yang merasakan luka sama seperti saya, tolong kuatkan raganya, tegarkan hatinya, agar terus bangkit meski sakit, serta dengan terus menulis. Sebab, dengan terus menulis membuat diri merasa lebih lega dan tegar.

 

Belajar untuk ikhlas

Dalam menulis, saya belajar untuk merangkai kata-kata. Belajar menuangkan segala yang saya rasakan lewat tulisan. Belajar untuk ikhlas ketika saya mengirim tulisan ke "media" yang ternyata tidak mendapatkan respon yang baik. Segala hal berkaitan dengan kata "ikhlas" bermula pada menulis. Bahkan, ketika saya mencoba harus ikhlas melepaskan "si dia", menulis menjadi pilihan saya untuk meluapkan segala sedih dan rapuh yang saya rasakan.

Memang benar, perihal menulis pada awalnya adalah berisi kata-kata yang selalu mewakili perasaan si penulis. Akan tetapi, alangkah lebih luar biasa ketika penulis bisa mengutarakan kata-kata penuh kegembiraan, padahal hatinya sedang patah sepatah-patahnya.

 

Berdamai pada diri sendiri

Kepada hal yang tak mampu lagi saya upayakan;

Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tetap bertahan pada keadaan. Semua tenaga sudah terkuras bahkan hampir habis. Segala letih keringat perjuangan sudah saya kerahkan walaupun hanya menyisakan perih.

Cukup sudah hati ini tersakiti sebab patah hati. Sekarang saya sudah sadar bahwa memang cukup sampai disini saya mengupayakan semuanya agar tetap baik-baik saja.

Pulpen dan buku menjadi teman setia. Menulis ialah cara saya untuk berdamai pada diri sendiri dan tetap melanjutkan perjalanan hidup. Maaf dan terima kasih.

 

Menuliskan doa-doa baik

Kita tidak bisa memaksakan ketika ternyata kenyataan tidak sesuai dengan realita. Dalam hidup ada yang datang dan pergi, semua silih berganti. Begitulah skenario ilahi bekerja di bumi ini.

Saya pernah melewati fase dimana saya merasakan patah sepatah-patahnya. Terlalu banyak yang membuat saya kecewa, entah saya yang kurang hati-hati atau bagaimana, jelas itu sering terjadi dalam hidup saya.

Dengan segala rupa bentuk luka yang saya rasakan, saya mencoba merawat segala bentuk luka dengan Doa. Karena bagi saya,  ketika kita menulis sebuah harapan pada secarik kertas; secara tidak langsung kita telah menuliskan doa-doa baik dari yang paling baik.

 

Hal di luar perkiraan

Semenjak banyak hal yang diluar perkiraan saya terjadi, yang membuat saya merasa lelah dan menyalahkan keadaan; saya berusaha tetap jalani kehidupan seperti biasanya.

Sabar ya. Semuanya cukup dijadikan pelajaran serta pengalaman hidup. Pesan yang bisa saya rasakan, jangan pernah menyia-nyiakan keadaan walaupun akhirnya kamu yang menjadi "korban" dari kisah perjalanan itu.

Lantas, apa lagi yang bisa saya lakukan?

Untuk saat ini, menulis menjadi salah satu hal yang bisa terus saya lakukan. Ketika bergeming adalah sikap yang harus saya ambil, tak pernah dianggap penting adalah penyebabnya.

Kalau sebelum ada dia saya bisa bahagia, masa dia pergi saya malah jadi tidak bahagia?

 

Saksi bisu perihal hidup

Semua suka, duka, sudah saya dan kamu rasakan saat bersama. Rintangan yang hadir entah apapun itu bentuknya juga bisa dilalui; pada waktu itu.

Banyak ombak yang menderu yang selalu bisa dilewati. Ternyata, semua punya porsinya masing-masing; porsi perjalanan kita cukup disini. Padahal saya mengira kita akan selalu bersama gapai impian. Walau kini yang tersisa hanya kesedihan dan penyesalan. Terlepas dari penyesalan yang akan kamu terima, saya jauh sudah merasakan sakitnya.

Saya bersyukur; tanpa disadari, Yang Maha Kuasa membuka pemikiran saya, memberikan wawasan lebih perihal kehidupan. Tinta yang terus tergores pada lembaran kertas putih telah menjadi saksi bisu dari kisah kisruh yang pernah terjalin. Selamat jalan, semua kenangan.

 

Menyambut hari baru

Udara segar seperti menyapa hari-hari baru saya. Kepergiannya berhasil membuat saya menangis semalaman, membuat diri ini merasa jadi yang paling rapuh di muka bumi.

 Saya berusaha sabar menghadapi semuanya. Berharap akan ada pelangi setelah hujan. Berharap kesabaran membawa kebahagiaan. Saya yakin; suatu saat nanti, ada hal yang membuat saya terpana dan lupa betapa pedih dan sakit yang saya pernah rasakan.

Ditemani buah karya tangan saya yang berupa tulisan, saya siap menyambut hari baru dengan melepas semua sendu walau butuh waktu sewindu. Itu tidak masalah, karena saya rasa itu lebih baik daripada semakin banyak candu dan sendu yang menderu. Selamat datang, hari baru.

 

Mewakili Perasaan

Seseorang yang pernah merasakan fase kecewa yang teramat dalam, akan lebih menghargai apa artinya pengorbanan walau sekecil biji selasih sekalipun itu. Lebih mengerti arti keberadaan, bukan menanti untuk menangisi kepergian.

Banyak hal yang sungguh saya sesali pada akhirnya. Tidak semuanya bisa saya sampaikan dengan mudahnya. Ada kalanya "menulis" menjadi pilihan yang saya ambil ketika saya tidak bisa mengungkapkannya. Merasa lemah, tapi ya sudahlah.

Ada hal yang perlu diterima tanpa dipahami. Tetap percaya bahwa dibalik semua kejadian, disana tersimpan pembelajaran.

Ingat satu hal ya. Harimu boleh saja gelap, tetapi semangat menulismu tidak boleh redup.


Tentang Penulis:

Saya Irania Zulia. Panggil apa saja sesukamu. Dilahirkan dan dibesarkan di Kota Hujan, 21 Juli 2000. Anak pertama dari dua bersaudara. Saya melengkapi hidup dengan menulis. Sebab dari menulis, saya belajar sabar, ikhas, serta tentang perjalanan dan pelajaran hidup. Mari berbagi ceritamu melalui iraniazulia111@gmail.com. Salam, Patah Hati yang Punya Arti.

Share:

2 comments :

  1. Kata2 nya bagus ra, aku sampai speechless, terus semangat ya ra nulisnya meski dalam keadaan apapun kondisinya. Jangan mengecewakan pembacanyamu 💪🏻

    ReplyDelete
  2. ❤💙💚💛💜💓💕💖💗💘💝💞💟🤗🤗

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis