Alasan Menulis Oleh M. Syauqii Shalkhi al-Farizi

 


Oleh : M. Syauqii Shalkhi al-Farizi


Menulis…, awalanya berat, dan memang dalam prosesnya juga butuh konsistensi dan istiqomah yang cukup tinggi. Waktu kecil yang saya tau, bahkan jika diingat-ingat, belajar menulis dan membaca itu berada dijenjang sekolah dasar, kemudian mengalami pengenalan jenis-jenis tulisan ketika masuk kejenjang menengah pertama sampai menengah atas. Dari masa-masa yang dilewati itu kemudian akan mengalami pembiasaan. Kemudian Ketika diperkuliahan pengembangan, dari tulisan biasa menjadi tulisan ilmiah atau yang sering kita dengar dengan istilah karya ilmiah. Dan aku baru merasakanya Ketika di jenjang kuliah seperti sekarang ini, bahwa manulis dan memabaca merupakan suatu kebutuhan bagi seorang mahasiswa seperti yang saya alami sekarang ini.

Menulis…, mungkin hal ini jadi pelajaran buat kedepannya, dan mungkin juga jadi awal pijakan untuk menuju pribadi yang lebih giat lagi menulis dan membaca. Sehubung dengan statusku sebagai seorang mahasiswa yang dituntut harus banyak membaca berbagai literatur untuk kemudian menjadi bahan daripada penelitian studi literasi di perkuliahan nantinya, atau untuk meyusun tugas makalah yang diberikan oleh dosen. Kemudian dengan tugas Menyusun makalah dan laporan tugas juga mungkin jadi sarana untuk meningkatkan kualitas tulisanku, ya paling nggak apa yang aku baca lalu aku refleksikan kedalam tulisan, dan ini yang harus aku paksakan biar jadi kebiasaan kedepannya dalam menjalani jalan kepenulisanku ini.

Mungkin juga…, aku harus mulai menulis dari yang ringan dulu, seperti pantun mungkin atau puisi yang dari sana kemudian terbangun suatu kebiasaan yang mengantarkan kepada kemajuan dalam kepenulisanku  perlahan-lahan. Juga membentuk genre untuk tulisan-tulisanku kedepannya. Bagaimana kemudian aku dapat mencurahkan ekspresi dalam kehidupan ke dalam tulisan. Menuliskan berbagai problematika kehidupan yang cukup berkelit ini. Mencoba membangun konsep, merangkainya dengan diksi-diksi kebahagian, kesedihan, motivasi, inovasi, fantasi, romantis dan sampai kepada yang ilmiah dan masih banyak lagi yang lain-lain.

Namun terkadang dilema melanda alam sadar ini, entah harus dari mana aku memulai dan dengan kata apa akan kutuliskan nanti. Butuh waktu khusus untuk menghasilkan sebait tulisan dari ekspresi-ekspresi itu. Tak jarang juga ada yang mengikuti khursus sehingga kemudian mendapatkan bimbingan kepenulisan secara baik dan benar. Tetap saja bagiku seorang pemula, memunculkan sebuah ide atau gagasan untuk sebuah tulisan memerlukan waktu, juga suasana dan bahkan keadaan sekalipun. Melihat sejarah literasi masa lampau dahulu, Ketika zaman kolonnial banyak para pahlawan kita yang menulis dengan sana dan keadaan yang mencekam, tertekan oleh serangan para penjajah, dikejar oleh para polisi negara bagian seperti yang dialami oleh Datuk Ibrahim Tan Malaka kala itu, dalam pelariannya ia terus mencurahkan gagasan keilmuan yang didapatnya, rasa prihatin yang cukup besar terhadap negaranya, dan masih banyak yang lainnya hingga kita dapat membaca gagasan dari pikiran seorang tan malaka berupa bukunya yang berjudul MADILOG, Dari Penjara ke Penjara dan masih banyak buku-bukunya yang lain. Itu semua bukti bahwa keadaan dan suasana dapat memengaruhi seseorang dalam menyusun gagasan sebuah tulisan.

Oke…, mungkin butuh waktu juga perenungan yang lumayan Panjang untuk pemula seperti aku ini. Juga perlu membaca buku dan berlatih untuk mereview buku yang telah aku baca. Mencoba membuat puisi, merangkai untaian kata dari curahan hati, mengekspresikannya kedalam tulisan secara perlahan. Menuliskan kejadian setelah melakukan muhaasabah, mencoba mencari untaian kata-kata yang pas untukk dituliskan nantinya.

Ada perlunya aku susun rencana dan tujuan dari untaian kata-kata yang akan kutuliskan kedepannya, mungkin tentang apa yang aku kira itu menyenangkan, atau bahkam bisa jadi motivasi dan inovasi buat sobat pembaca dan juga untuk pribadi penulis sebagai ghirah dalam menulis kedepannya.

Oke kali ini aku mulai dengan kata aku…, aku adalah pembaca yang sejalan membaca kemudian merefleksikannya, iya semua tentang aku. Kali ini aku berupaya mendedikasikan segenap waktuku untuk membaca dan menulis. Iya, semua ini aku lakukan melainkan sebagai bentuk rasa syukur atas kehadirat Allah Swt. atas karunia berupa indra pengelihatan sehingga aku dapat melihat alam sekitar dan dapat membaca yang dapat mengantarkan aku kepada wawasan yang sangat luas terhadap ilmu-ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini. Baik itu ilmu dunia maupun ilmu akhirat.

Ketidak konsistensianku dalam menulis ternyata bukan karena kesibukan yang lain yang membuat aku terlewat untuk menulis, melainkan aku yang lupa bahwasannya mengatur waktu itu sangat penting. dan lagi-lagi aku belum bisa untuk konsisten dengan pekerjaanku. Dan jangan-jangan ini bukan hanya sedang tejadi di kepenulisanku ? . Dan mungkin saat ini juga sedang terjadi pada kegiatanku yang lainnya, dan aku sampai saat ini belum menyadari, atau lebih parah lagi, aku enggan untuk menyadari ? padahal ini semua adalah aku, aku yang menjalaninya kenapa aku sulit peduli padanya, enggan memperhatikannya…

Benar saja, menulis itu benar-benar banyak pelajaran di dalamnya. Bingung iya, bosen iya, sering gak konsisten iya, pokoknya semua terkait menulis itu tentang perjuangan, tentang do'a dan usaha. Mulai dengan bismillah sudahi dengan rasa syukur alhamdulillaah.


Tentang Penulis :

Nama saya M. Syauqii Shalkhi al-Farizi, saya berkependudukan di Kabupaten Penajam Pasir Utara Kalimatan Timur. Saya menulis karena terinspirasi dari beberapa buku biografi tokoh-tokoh pergerakan ternyata meski jiwa dan raga telah ditelan liang lahat, tapi sampai Sekarang mereka masih tetap memiliki cara untuk tetap bergerak, yaitu dengan meninggalkan tulisan.

Share:

1 comment :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis