Menulislah, Apapun Alasannya!

Oleh: Rochani Handayani




Menulis adalah sebuah ketrampilan. Siapapun bisa memiliki ketrampilan ini. Siapapun bisa menulis, asalkan ada kemauan. Menulis selayaknya sebuah pisau,  akan semakin tajam jika sering digunakan. Semakin banyak menulis, semakin baik hasil tulisannya. 

Setiap orang menulis dengan alasan masing-masing. Ada motivasi tersendiri yang menggerakkan. Ada yang menulis sebagai hobi, untuk terapi, berbagi, memperoleh penghasilan, atau sekedar aktualisasi diri. 

Lewat tulisan, kita dapat bercerita tentang segala hal, menuangkan rasa pembangkit asa, atau berbagi cerita sebagai pembelajaran agar tak mengulang salah yang sama.  Berbagi kisah kebaikan di muka bumi. Yang jelas, menulis membawa banyak manfaat, sayang untuk dilewatkan. Jadi, menulislah apapun alasannya!

Berikut ini sepuluh alasanku menulis. Bisa jadi beberapa di antaranya sama dengan alasan teman-teman semua. Apa saja? 

#1 Menulis untuk Berani
"Menulis adalah sebuah keberanian"
begitu kata Pramoedya Ananta Toer. 

Aku sangat setuju! Karenanya aku  ingin menulis untuk punya keberanian. Berani menyampaikan apa yang tak dapat kukatakan karena berbagai alasan.  Berani menyatakan apa yang sedang kupikirkan.  Bercerita tentang kecamuk hati dan perasaan.

Entahlah, rasa cemas, takut, malu, dan tak nyaman sering datang ketika ingin menulis. Takut akan konsekuensi setelahnya nanti. Bagaimana kalau tulisannya membuat orang lain tak nyaman, meski tak bermaksud demikian. Bagaimana jika tulisannya dinilai jelek,  tidak enak untuk dibaca?

Harus berani tentunya! Berusaha untuk paling tidak memulainya. Bila perlu dipaksa. Salah satunya dengan mengikuti tantangan menulis sepuluh hari yang diadakan @ruang_nulis. 

#2 Menulis untuk Menyembuhkan
Setelah berani memulai, baru menulis kemudian! Dengan modal berani tadi, kita bisa mulai menuangkan apa saja yang kita inginkan. Menulis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Termasuk menulis untuk menyembuhkan. 

Mungkin ada peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, menggores luka, menyisakan perih di hati, sesak di dada, rasa bersalah yang buat resah yang bertahan dalam diri kita untuk waktu lama. Menulis akan membantu kita melepaskannya. Satu persatu beban pergi menjauh lewat kata-kata yang menari di jari jemari. 

Seperti aku  Menuliskan tentang Chi Imek Gonzales, kucing kesayangan. Kepergian, kehilangan, dan penyesalan. Rasa bersalah telah menelantarkannya. Setelah menuliskan tentangnya, rasa bersalah pun mereda, menutup luka meski tak sempurna. Meski rasa bersalah itu masih ada, tapi lukanya tak lagi menganga.


#3 Menulis untuk Berbagi
Aku senang membaca buku atau artikel tentang motivasi diri. Bikin semangat dan terinspirasi. Benar kata penulis besar dunia dengan karya-karyanya yang luar biasa, Paulo Coelho.

 "Writing means sharing".
Menulis itu berarti berbagi. Ya, berbagi!  
Berbagi informasi yang memperkaya wawasan. Berbagi kisah inspiratif sebagai bahan renungan. Berbagi pengalaman dan tips bermanfaat untuk diterapkan. Berbagi hal-hal lucu sebagai hiburan yang membahagiakan.

Berbagi adalah kebaikan. Menulis untuk berbagi kebaikan insha Allah mendapat ganjaran kebaikan. Jadi, mengapa aku tidak menulis jika demikian? 

#4 Menulis untuk Bercerita
Hidup adalah perjalanan menapaki waktu dengan kisah dan peristiwa di dalamnya. Dari hal biasa sampai yang istimewa. Sesuatu yang bikin bahagia atau sebaliknya. Mengabadikannya lewat tulisan akan punya kesan berbeda.

Ketika baru saja menikmati liburan misalnya, pergi  ke suatu tempat yang menakjubkan. Senang tak terkira. Pengen banget cerita, lalu posting di media. Kalau hanya fotonya saja, pasti terasa ada yang kurang. Tulislah deskripsinya  bercerita. Menulis itu bercerita lewat kata. Menyampaikan kabar dan peristiwa agar tak lekang ditelan masa. Menitip  kisah pada semesta untuk dibuka kembali kapan saja. 

#5 Menulis untuk Menyapa
Pandemi ini memang mengharuskan kita diam di rumah saja, tapi silaturahmi harus tetap terjaga. Menulis bisa jadi penyambung kita. Menyapa mereka yang dekat di hati namun tak bisa bersua. Menyampaikan salam, memberi ucapan selamat pada momen bahagia, atau ungkapan duka.  

Menyapa lewat kiriman bunga, tentu sebuah hal manis.  Dengan menyematkan tulisan pada bunga yang dikirimkan, maka pasti akan lebih manis lagi. Nah, aku ingin menulis untuk menyapa mereka yang aku sayang lewat tulisan. Berharap saat membacanya, ada senyum bahagia di sana. Semoga aku bisa!

#6 Menulis untuk Berkarya
Tulisan adalah sebuah karya. Ada banyak penulis besar dengan karya-karyanya. Tulisan mereka dibaca jutaan orang di dunia. Nama mereka tetap abadi, meski telah kembali menghadap Sang Pencipta. 

Maka, aku pun ingin menulis untuk berkarya. Tidak muluk-muluk sebagaimana mereka. Cukup dengan melihat namaku tertera pada sebuah buku saja, sudah sungguh bahagia! Akhirnya, aku bisa juga punya sebuah buku, karyaku! Meski sederhana, tak mengapa untuk seorang pemula. Dan lebih bahagia lagi ketika ada apresiasi datang dari beberapa orang yang telah membacanya. Sampai dalam hati  bertanya sendiri tak percaya, Benarkah begitu?

Ketika satu karya lahir, aku berjanji untuk tidak berhenti dan berpuas diri. Coba untuk mengukir karya lainnya lagi. 

#7 Menulis untuk Merdeka
Setiap kita adalah individu merdeka, punya kebebasan untuk berekspresi mengungkap rasa. Berkreasi, mencipta, dan mengemukakan pendapat tentang apa saja. Tentu dengan memperhatikan rambu-rambu yang berlaku di masyarakat, nilai-nilai agama, serta aturan negara.

Ya, menulis itu  merdeka! Bebas berkarya, bercerita, menyampaikan ide dan isi pikiran di kepala. Orang bisa menyela, tak sepaham, dan tak mengapa. Boleh-boleh saja. Asalkan dengan cara yang santun tentunya. Itulah alasanku menulis selanjutnya, untuk merdeka. 

#8 Menulis karena Cinta
Nah, kalau ini mungkin klise sekali, bicara tentang cinta. Cinta adalah energi penggerak semesta raya. Allah ciptakan bumi dan seisinya karena cinta, Rahman dan Rahim-Nya. Segala yang terhampar di muka dunia atau tersembunyi di dalamnya,  Allah sediakan untuk mahluk-Nya. Karena cinta.

Seorang penulis yang menggerakkan jari-jarinya karena cinta, akan mudah  menyentuh hati pembacanya. Pesan ataupun cerita yang dituliskan akan membekas dalam ingatan, tak mudah dilupa. 

Cinta juga menjadi salah satu tema utama dalam banyak tulisan. Cinta pada Sang Pencipta, orang tua, pujaan hati, cinta pada lingkungan, ilmu pengetahuan, pekerjaan, dan banyak cinta lainnya. Aku juga ingin menulis karena cinta. Ya, cinta! 

#9 Menulis untuk Beribadah
Kita hidup di bumi ini adalah anugerah Sang Pencipta. Lewat perantara kedua orangtua, Allah izinkan kita menikmati semua yang telah diciptakan-Nya.  Bersyukur adalah hal yang harus kita lakukan. Berterima kasih untuk semua yang telah diberikan. Bagaimana caranya?  Dengan beribadah! Melakukan kebaikan, bermanfaat bagi sesama. 

Menulis untuk beribadah, adalah ketika tulisan kita dapat memberi manfaat kebaikan, menjadi pengingat diri dan orang lain. Bukankah kita diperintah  untuk saling mengingatkan? Mengajak  pada kebaikan dan mencegah  kemungkaran? Tak perlu menggurui, cukup dengan menceritakan kisah yang menginspirasi atau informasi bermanfaat. Ketika kita menulis untuk ibadah, insha Allah yang dituliskan akan membawa berkah.

#10 Menulis karena Aku Ada
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian" -  Pramoedya Ananta Toer. 

Seorang penulis akan meninggalkan karya yang abadi meski ia tak lagi ada di bumi.  Imam Al Ghazali misalnya, telah wafat sejak  tahun 1111 Masehi, namun namanya tetap ada. Mengapa? Karena beliau pandai, berilmu, dan menulis. Karyanya banyak dibaca, menjadi rujukan hidup dalam kebaikan. 

Aku ingin seperti mereka yang menulis, punya karya, bermanfaat dan tetap ada. Paling tidak, namaku tertera di salah satu buku yang pernah ada. Aku ingin menulis, karena aku ada!.


Tentang Penulis:
Rochani Handayani, guru SMP di Jakarta. Menjadi guru adalah cita-citanya sejak kecil. Berharap dapat menginspirasi tunas-tunas muda harapan bangsa untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, agar kelak menjelma menjadi pribadi-pribadi terbaik sesuai kapasitas yang diberikan Sang MahaPencipta. Boleh temui ia di @rcnanihandayani untuk lebih kenal lagi. 
Share:

21 comments :

  1. Selalu suka sama tulisan ms nani... setiap katanya itu seperti menggugah hati. Harapannya semogaa bisa ikutan seperti ms nani.. karena menulis itu memang menyenangkaaann!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masyaa Allah tabarakallaah. Waaah senengnya dikomen None Buku DKI :)
      Makasih banyak Affni sayang

      Delete
  2. Mantap.. bacanya ngalir.. carry on sist

    ReplyDelete
  3. Setiap tulisan teteh itu selalu bikin aku jatuh cinta...

    ReplyDelete
    Replies
    1. masyaa Allah tabarakallaah. Hiks, terharu. Makasih yaa #hug

      Delete
  4. Tulisan yg meng inspirasi, semoga menjadi Amal baik untuk mendorong tunas tunas bangsa berkarya.

    ReplyDelete
  5. Inspiring..Keep on writing..semoga menjadi penulis sukses dan tiap tulisannya menjadi ladang ibadah..

    ReplyDelete
  6. Selalu ingin bisa menulis disela waktu yg terbatas. Teteh senantiasa menginspirasi, mengingatkan diri utk "Ayo terus berkarya!!!". Keep on writing and inspiring Teteh

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya Allaah, makasih Neng! Aamiin, Insha Allah yaa kita saling menyemangati #hug

      Delete
  7. Mbak Nani, mantap jaya tulisannya,semoga nular semangatnya ke akuuu....sukses mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah, Alhamdulillaah. Makasih yaa :)
      sukses juga yaa...

      Delete
  8. Aku sandya ms,artikelnya baguss bgt ms

    ReplyDelete
  9. Barokallah Nani :) terinspirasi banget sama keseluruhan alasannya terutama point 10, "Menulis karena aku ada". Berharap terus dikenang dalam kebaikan walau udah ga ada :( , ada fisik yang tertinggal dalam bentuk tulisan yang mungkin bisa jadi inspirasi, semoga bisa terus mengalir menjadi jariah kebaikan, aamiin...tetap semangat my dearest sista :*

    ReplyDelete
  10. Ms Keren artikel nya ( ̄︶ ̄)↗ ^o^

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis