Menulis untuk Investasi, Agar Kebaikan Terus Mengalir

Oleh: Rizki Amaliyah



1.  Menulis adalah salah satu bentuk penerimaan terhadap perintah Allah SWT

Allah SWT merangkai perintah membaca dengan bagaimana Ia mengajarkan manusia dengan perantara qalam (tulisan, pena). Bahwa Dia mengajari manusia tentang firman-Nya tak cukup hanya dibacakan, namun dengan perantara tulisan.

Bagaimana kita akan mengetahui bentuk firman-Nya sebagai petunjuk kehidupan jika ayat-ayat suci itu tak dituliskan?

Rasulullah SAW, para sahabat dan ulama tidak main-main dalam perkara menulis. Bahwa mereka menulis adalah untuk menerima dan menjalankan perintah Allah, sebagai jalan cahaya untuk umat.

Aku tak semulia para sahabat, tak sepandai ulama dan tak setajam mereka dalam menuliskan kata. Aku hanya ingin menulis karena penerimaanku akan perintah-Nya. Bukanlah prioritas ia akan menjadi inspirasi buat orang lain, atau mengangkat popularitas. Lebih utama adalah untuk diriku. Yang menerima ini sebagai bentuk perintah yang harus ku usahakan semampuku.


2. Ikatlah ilmu dengan menulisnya

Jika bukan dengan menulis, sudah berapa banyak ilmu yang terlewatkan?
Sampainya ilmu apapun hari ini pada kita dimulai dari kegiatan menulis.

Kita manusia yang diciptakan-Nya memiliki sifat lupa. Memiliki keterbatasan untuk mengingat semua ilmu, dan kejadian hanya dalam pikiran. Jika tak dituliskan, maka ilmu hanya menunggu waktu untuk hilang secara perlahan. Menulis bagaikan tali pengikat ilmu, dan mengamalkan adalah pengokoh ilmu. Menulis menjadi nilai bagaimana aku menghargai sebuah ilmu.

Maka kurasa semua manusia pasti menulis. Menuliskan apapun ilmu yang didapatkan dengan cara, gaya dan kebutuhannya masing-masing.


3. Menulis menata langkah     

Aku termasuk orang yang overthinking. Dan banyak hal yang terlintas dalam pikiranku terutama tentang rencana dan cita-cita.

Memiliki banyak cita-cita untuk kebaikan adalah hal yang bagus. Tapi setiap kita punya kemampuan terbatas. Hingga aku sadar, mimpi ini perlu dituliskan. Bahkan yang paling sederhana sekalipun.

Menuliskan mimpi membuatnya lebih terarah, menyusun anak tangga ke puncak mimpi. Kalau ada aku terjatuh, minimal tidak ke anak tangga yang paling rendah. Merealisasikan, sambil belajar dan evaluasi dalam setiap prosesnya.


4. Menulis menandai titik perjalanan hidup

Apa yang memang menjadi takdirku, tak pernah terlewat dariku. Dan apa-apa yang menurut Allah bukan takdirku, dengan pengajaran terbaik Dia melepaskannya dariku.
Pernah berada dipuncak, jatuh dititik yang rendah menggerakkan ku untuk merekamnya dalam bentuk tulisan.

Menulis saat aku dititik terendah, adalah untuk mengingatkan diriku. Bahwa hari ini aku masih berdiri, artinya aku mampu melaluinya. Maka kuharap aku semakin menguat kala mengingatnya.
Menulis saat aku dititik puncak, adalah untuk mengingatkan diriku. Bahwa berapa banyak syukur yang sudah ku langitkan? Maka kuharap aku semakin tawadhu kala mengingatnya.
Titik perjalanan yang kutuliskan, akan tersambung menjadi garis kehidupan yang bermakna untukku. Berharap akhir terbaik: khusnul khotimah dan surga.


5. Menulis mengalirkan perasaan.

Terkait dengan perasaan. Ada yang dengan lantang ia menyuarakannya, mengungkapkan segala perasaan melalui lisannya. Ada juga yang sering menahan, memilih diam dan menumpahkannya dalam sujud, atau meluapkannya melalui rangkaian aksara.

Bagiku menulis membantu mengalirkan rasa.

Mengalirkan rasa dan prasangka yang tak seharusnya berlama-lama dalam hati jika ia hanya akan merusak kejernihannya secara perlahan. Mengalirkan perasaan senang, hikmah dan rasa syukur.
Mengalirkan rasa benci, marah yang hanya akan mengganggu ketentraman hati.


6. Menulis adalah komunikasi

Terhubungnya manusia yang satu dan lainnya ialah dengan komunikasi. Kesepahaman juga terbangun dari komunikasi. Ada hal yang mudah disampaikan melalui lisan.

Ketidaksempurnaan membuat manusia sering alpa. Rupanya ada hal yang harus dikomunikasikan dengan cara yang berbeda. Ini ranah sensitif, melibatkan berbagai emosi, menggoyahkan kepercayaan dan masuk dalam area terdalam dari diri seseorang.

Itulah nasehat, saling ingat-mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Maka cara yang menurutku paling baik, dan paling luas diterima salah satunya lewat tulisan.
Ia tersembunyi dan rahasia, tetapi menggugah rasa bagi yang menerima. Tulisan membuat pembaca akan jujur pada dirinya sendiri, berkontemplasi dan mengevaluasi diri.


7. Menulis adalah karya

Menulis salah satu jalan untuk berkarya. Bukan, bukan berharap agar karya ku dikagumi orang- orang lantas membuatku jumawa dengan popularitas. Jauh dari niat itu, ini adalah tentang perlunya aku untuk mengevaluasi diriku. Menulis adalah karya yang membantu untuk menjelaskan siapa aku. Karena menulis adalah monolog. Aku, berpesan untuk diriku. Sehingga karya yang hadir sebagian besar isinya adalah kejujuran.

Aku terlalu takut menjelaskan diriku dengan lisan, karena disana ada lidah yang sangat mudah berubah-ubah. Takut dari lisan melukai mereka yang tidak berkenan. Takut dari lisan yang terucap adalah kesombongan.

Maka aku berusaha berbicara dengan karya. Belum terlalu menarik mungkin, dan tidak semua yang kutulis sudah ku lakukan seolah tak ada celah kesalahan dalam diriku. Justru, bisa saja sebaliknya. Karya itu hadir karena ketidaksempurnaan, kekhilafan, dan kebodohan yang pernah ku lakukan. Sekali lagi, menulis seakan monolog. Aku menulis hikmah yang baik-baik sebagai nasehat untukku agar tidak mengulangi kealpaan itu kembali. Dan sangat bersyukur jika hal itu juga membantu kamu untuk belajar menjadi baik bersama-sama.


8. Menulis mengaktifkan indera

Seringnya inspirasi, keinginan atau rasa butuh untuk menulis berasal dari aktivitas harian yang kita lakukan. Peristiwa yang kita lalui direkam oleh indera yang telah Allah ciptakan. Menulis mengaktifkan mata untuk melihat dengan sudut pandang yang lebih luas. Menulis mengaktifkan telinga untuk lebih banyak mendengar. Menulis mengaktifkan rasa untuk empati.
Tulislah hikmah yang Allah SWT ajarkan dibalik peristiwa yang dirasa oleh indera.


9. Menulis yang Haq (benar dan lurus)
Menulis itu butuh energi, maka temukan energimu. Dan energi yang paling baik adalah berasal dari kitab terbaik "Al-Qur'an Al-Kariim". Apa itu? kewajiban menyampaikan yang haq, menolak yang batil dan mungkar.
Itulah kondisi kita saat ini. Pusaran informasi, berbagai konsep pemikiran serta godaan globalisasi. Andaikan kita menjadi satu yang Allah berikan hidayah dan dimudahkan-Nya membedakan yang haq dan batil, maka menulis lalu sampaikanlah. Tuliskan yang haq, benar dan lurus.
Semoga niat baik ini terjaga. Semoga kebenaran yang ditulis menjadi hujjah untuk aku, kamu dan kita saat tak ada lagi yang mampu menjadi saksi paling jujur dipersidangan akhir nanti.


10. Menulis untuk investasi kebaikan saat jasad tak lagi hadir.

Mungkin usiaku tak panjang, tapi kuharap kebaikan untukku dapat terus mengalir. Walau jasadku tak berbuat amal kebaikan lagi, tapi semoga karya yang ditulis; sedikit ilmu yang dibagi menjadi penerus kebaikanku di dunia. Pesan-pesan yang kutulis, semoga dapat mendatangkan kebaikan sesudah kepergianku. Bagaimana mimpi atau hal baik yang ku cita-citakan, semoga dapat diteruskan.
Karena kita meyakini apa yang disampaikan oleh suri tauladan kita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam:
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631)
Selagi masih diberi kesempatan, aku mencoba untuk tak melewatkan. Biar coba kusampaikan kebaikan, ilmu, hikmah, dan pelajaran dari takdir yang digariskan Allah semampuku. Pantas atau tidak pantasnya dimata orang, kuharap tidak menggoyahkan niatku. Karena aku lebih peduli bagaimana penilaian dari Rabb-ku, Allah SWT; Rasulullah SAW dan orang yang ada untuk mendukungku.

                                                                                                           

Jambi, 08 Agustus 2020



Tentang Penulis:

Rizki Amaliyah, biasa disapa Lia/ Amal. Perempuan kelahiran 9 September 1995. Berprofesi sebagai Apoteker. Menulis ialah teman cerita. Terus belajar meracik rasa menjadi aksara, aksara menjadi makna, makna menjadi cahaya. Kunjungi ig: @rizkiamaliyah06 untuk kenal lebih dekat dan saling meneduhkan.








Share:

1 comment :

  1. Terima kasih saran dan pengingatnya kak 😊🍀
    Semoga dilancarkan semua usaha kakak 😊🍀

    Salam dari anak bawang 😊🍀

    #MengingatiNiatMenulis

    http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/mengingati-niat-menulis.html?m=1

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis