Oleh : Tsaaniya Nuur Royana
Aku seorang muslim dan aku ingin menyadarkan kepada seluruh umat Islam tentang cinta pertama dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah swt. Surat itu adalah perintah membaca, yang telah termaktub di dalam QS. al-Alaq ayat 1-5. Membaca menjadi awal sebuah tulisan akan terbit. Sumber bacaan utama umat Islam adalah al-Qur'an dan al-Hadis. Sumber lainnya ada pada ciptaan Khaliq itu sendiri (alam dan apa saja yang ada di dalamnya). Dari sumber bacaan tersebutlah, Allah swt beri akal dan hati kepada manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang memajukan peradaban Islam.
Peradaban Islam mencapai puncak kejayaan pada abad ke 11, tepatnya di Andalusia di bawah kepemimpinan Harun ar-Rasyid. Saat itu, telah dibuka beberapa universitas untuk menyambut semangat belajar ribuan mahasiswa, dua di antaranya adalah Universitas Cordova dan Universitas Granada. Masing-masing universitas membangun perpustakaan secara berdampingan untuk meningkatkan gairah membaca dan menguras ilmu sebanyak-banyaknya. Adanya kondisi semacam itu, membuat keberadaan keilmuan karena perannya awal cikal bakal terbitnya buku-buku. Pena, kertas, tinta, perpustakaan, para penulis dan pembacanya adalah lingkaran penting mengagumkan dalam dunia literasi.
Kemajuan peradaban Islam tidak lain didukung oleh serentetan penulis yang masyhur pada masa itu. Mereka menulis bukan karena ingin menjadi penulis tetapi menulis karena memang ada yang harus disampaikan kepada umat. Catat saja, Ibnul Quthiyah seorang sejarawan Andalusia asli Cordova. Tarikh Iftitah al-Andalus, karya fenomenalnya yang mengulas sejarah Andalusia. Ada lagi Ibnul Hayyah yang telah menulis 50 judul, karya terkenalnya adalah al-Matin yang terdiri dari 60 jilid. Juga, Ibnu Khaldun dengan kitabnya Kitabul Ibar wa Diwanul Mubtada' wal Khabar fii Ayyamil Arab wal Ajam wal Barbar yang berisi penegasan penting tentang bagaimana kondisi tinggi telah dicapai di masa itu dalam literature dan pemahaman sejarah.
Begitulah seharusnya tugas seorang muslim, memaksimalkan waktu yang telah diberikan Allah swt dengan menebar manfaat dan menghasilkan karya. Suatu karya akan menjadi bekal pahala yang terus mengalir tanpa henti. Menerbitkan karya yang maksimal membutuhkan proses yang panjang. Mulai dari penelaahan hingga pengecekan berulang kali. Mencontoh dari sosok Imam Bukhari, seorang pengarang Shahih Bukhari. Kitab rujukan kedua setelah al-Qur'an. Teriwayatkan perjalanan Imam Bukhari selama 16 belas tahun, beliau menghabiskan waktunya untuk berpindah-pindah tempat. Setiap hadis yang beliau cantumkan dalam kitabnya dimulai dari tahap pengumpulan, pengurutan hingga pembagiannya ke dalam bab demi bab. Subhanallah.
Ikatlah ilmu dengan menulis, begitulah perkataan Imam Syafi'i. Dahulu kala, sebelum menjadi kitab al-Qur'an, para sahabat senantiasa menuliskan firman-firman Allah swt di pelepah pohon, kulit hewan sampai bebatuan. Padahal mereka sudah hafal di luar kepala, lantas untuk apa lagi ditulis ? Jawabannya karena hafalan akan ada dalam diri seorang individu saja, sedangkan dengan tulisan dan dibukukan, firman Allah swt terus menjadi rahmatan lil alamin.
Menyampaikan sesuatu bisa melalui berbagai cara, tetapi menurutku menulis menjadi cara yang paling unik. Bagaimana tidak ? Dibandingkan dengan cara yang lain, cara menulis lebih mampu melintasi zaman dan waktu. Bayangkan saja, jika nenek moyang kita hanya menyampaikan sesuatu dengan lisan saja, kita tak mungkin tahu sejarah masa lalu. Sang Khalik, Allah swt yang tidak akan pernah lupa, juga menulis dalam sebuah kitab yang bernama Lauhul Mahfudz. Buka QS. Taha ayat 52 : 'Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah Kitab'. Lantas bagaimana dengan manusia yang sering lupa ?
'Agar menulis sebuah bernafas', salah satu analogi dari penulis terkenal Cahyadi Takariawan akan mengajak kita semua membuang fikiran tentang alasan-alasan untuk tidak menulis. Bernafas itu mudah karena kita tidak perlu berfikir untuk bernafas. Seperti bernafas, menulis akan menjadi sulit kalau kita mulai dengan berfikir. Misalnya, terbesit apakah tulisan saya bagus, dan lain sebagainya. Padahal,arti menulis adalah menuangkan pemikiran dan biarkan mengalir seperti air. Menulis tidak ada urusannya dengan kualitas tulisan. Terlalu sering mencampur-adukan tugas menulis dengan mengedit (menyunting) akan menjenuhkan fikiran. Mengedit memerlukan keahlian khusus, ia bertanggung jawab memastikan hanya tulisan berkualitas yang layak diterbitkan. Itulah mengapa penulis dan editor adalah dua profesi yang berbada.
Menulis untuk siapa ? Beberapa orang akan menjawab untuk pelampiasan dirinya, tak perlu diketahui orang lain. Lainnya menjawab, sebagai media dakwah. Alasan yang ada sependek ini telah membuktikan bahwa menulis mampu menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. Mengapa bisa begitu ? Karena menulis adalah sebuah pilihan sedangkan membaca adalah kewajiban. Menusia yang pernah menulis pasti pernah membaca, tapi manusia yang pernah membaca belum tentu pernah menulis. Manusia tidak akan cepat mati kalau dia tidak menulis tetapi pasti akan cepat mati kalau dia tidak membaca. Menulis akan menyelamatkan manusia lainnya dan membaca hanya menyelamatkan dirinya sendiri. Hanya manusia yang peduli dengan sesamanya-lah yang mau menulis.
Menulis menguji ketahanan diri dan ketangguhan menghadapi tekanan dan deadline. Tugas sekolah, kuliah sampai pekerjaan kebanyakan menghasilkan tulisan. Proses lahirnya tulisan sangatlah rigit waktu. Seorang penulis sampai sastrawan berkejaran dengan waktu untuk menemukan isu, memilih diksi yang tepat, menganalisis sampai menerbitkan tulisan. Penulis harus memiliki cara pandang yang luas agar tulisannya selalu update dan memberi manfaat.
Menulis berarti menyampaikan fikiran dan perasaan. Alatnya berupa bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraph dan wacana. Oleh karenanya, seorang penulis harus teliti dalam menyusun kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan penulis. Menulis mempunyai empat tujuan yaitu untuk mengekspresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca dan menghasilkan karya tulis. Dari tujuan tersebut, ditemukan lima jenis tulisan yaitu narasi, deskripsi, ekposisi, argumentatif dan persuasif.
Dari sepuluh paragraf di atas, aku menyadari betul bahwa tulisan akan membentuk orang-orang yang hebat. Untuk diri sendiri maupun orang lain, menulis membantu seseorang untuk mengungkapkan isi fikiran dan perasaan.
Biodata Penulis :
Namaku Tsaaniya Nuur Royana, nama akrab di sosmed Tsania NR. Alhamdulillah, awal Agustus baru saja di yudisium untuk kelulusan S1 PAI/FAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Menulis dan membaca bagi saya adalah sesuatu yang harus terus digali karena dunia literasi amatlah luas. Silakan kunjungi instagram saya @_hai.tsan_ dan lihat tulisan saya di website suara.com (yoursay).
Pengen dehhh, jadi orang hebatt
ReplyDeleteTerima kasih sharingnya orang hebat 😊
ReplyDeleteSama2 belajar yakk
DeleteSuka dehhh
ReplyDeleteWah, keren. Semangat, Kak. 💞🤗
ReplyDeleteMasya allah mba, kereenn mba, aku pengen buat jugaa
ReplyDeleteHai, Kak terus semangat, ya.
ReplyDeleteYuk, mampir di karyaku.
PERBINCANGAN AKSARA oleh Iis Muala Wati
Kerennnn ,nanjah ma'an kak
ReplyDeleteTermotivasi untuk menulis😃😃😃
ReplyDeleteKeren....... mantapss
ReplyDeleteMasyaallah, semoga qta termasuk didalamnya hebat didunia dan akherat
ReplyDeletemasya Allah keren banget kak tulisannya
ReplyDeleteMaasyaallah kak, mantabb
ReplyDeleteMasyaaAllah,, tulisannya kaya informasi,, terima kasih kakak 😊
ReplyDeletesemoga kita semua #MengingatiNiatMenulis masing-masing 😊
Suka banget baca ini berkali kali. Jadi pengen ke masa dulu
ReplyDeleteMaasyaaAllah ustadzah, barakallah ya ust
ReplyDeleteMaasyaaAllah, bagus mbak
ReplyDeleteMaaSyaaAllaah.
ReplyDeleteTulisan yang sangat menginspirasi kakak. 😍😍
Membawa kita menilik kembali perjuangan para ulama dalam membangun peradaban Islam.
Mengantar semangat untuk merebut kembali kejayaan peradaban dengan tulisan.
Semoga kita bisa meneruskan perjuangan beliau2. Aamiin. 😊😊
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBagus banget. 😊
ReplyDeleteSepuluh besar dong
ReplyDeleteSepuluh besar
Ayok
Ayok
Islam agamaku, sepuluh besar donggg
ReplyDeleteRequest sejarah penulisan islam yg lengkap dong
ReplyDeleteaku terharu bacanyaaaa
ReplyDeleteWah keren bangett,semangat terus mbak😍❤
ReplyDeleteSemangat y kak..dlm menulis, smg ada karya2nya segera hadir
ReplyDeleteAndai ku jadi bintang, bintang hatimu
ReplyDelete