Menulis Bagiku

Oleh: Marhaya J

 

Pertama menulis adalah jembatan hati bagi penulis dalam menuangkan segala perasaan untuk kemudian dijadikan ide dalam sebuah tulisan. Menulis itu bukan tentang siapa yang bisa, tetapi siapa yang mau dan berusaha. Lalu untuk saya pribadi, kenapa saya mau menulis? Ya, karena saya ingin membagikan kebaikan melalui tulisan. Bukan untuk menggurui, lebih kepada kita saling menasehati untuk kebaikan bersama. Menulis adalah jalan terbaik bagi saya untuk menebar manfaat, sebab menurut saya kelebihan saya memang di sini, hidup di dalam tulisan. Menulis membuat saya lebih percaya diri untuk selalu yakin. Bahwa, apapun itu maka lakukan dengan baik. Dengan menulis, saya rasa itu sudah baik.

 

Kedua menulis adalah cara saya menumpahkan segala macam perasaan. Karena terkadang manusia tidak mampu mengungkapkan secara gamblang bagaimana perasaannya kepada orang lain, sehingga opsi yang dipilih adalah menuangkannya ke dalam tulisan-tulisan. Seolah kita sedang mengobrol atau bahkan terkesan curhat kepada tulisan.

 

Banyak hal yang tak mampu kita jelaskan dengan baik. Sebab nyatanya saya adalah orang yang cukup kaku perihal lisan. Masih sungkan ungkapkan kebenaran hati dan perasaan—hingga akhirnya menulis adalah jalan terbaik menumpahkan semua gejolak tersebut. Menulis membuat saya lebih percaya diri untuk mengungkap semuanya dan pastinya itu membuat saya lebih baik dan legah.

 

Ketiga menulis untuk menjadi pengingat diri. Sebagai manusia tentunya kita tidak akan pernah luput dari yang namanya kesalahan. Pasti ada saja hal yang membuat kita tersandung di tengah jalan. Bagi saya, menulis bisa membuat saya lebih banyak merenungi diri. Menyusun abjad-abjad menjadi satu kesatuan dalam kalimat yang dikhaskan dengan bahasa menyentil, membuat saya kadang jadi merasa malu dan menyesali. Mengingat apa-apa yang saya lakukan belakangan dengan begitu detil sampai dituangkan dalam secarik kertas. Alhasil itulah yang menjadi alarm saya pribadi dikala orang lain tak sempat mengingatkan saya untuk bermuhasabah diri. Menulis membuat saya banyak mengontemplasikan diri sendiri untuk berbenah lebih baik lagi.

 

Keempat menulis untuk menguatkan diri. Sebagaimana yang kita pahami bersama, hidup tidak akan pernah luput dari yang namanya ujian. Cepat atau lambat Allah pasti akan kirimkan berbagai masalah dalam kehidupan. Jujur, terkadang saya masih sangat payah dalam menghadapi ujian, kemudian parahnya, saya mengeluh kepada Allah atas semuanya. Berkata dalam hati, "kenapa harus saya yang menjadi pilihan?" Sekanak-kanakan itu, saya jadi merasa menyesal. Namun terlepas dari itu semua. Alhamdulillah Allah masih berikan saya kesempatan menemukan banyak kekuatan untuk mengahadapi berbagai ujian. Menulis adalah salah satu caranya. Dengan menulis saya merasa lebih kuat sebab segala motivasi saya tuliskan sedemikian rupa untuk kemudian saya baca dan renungi dalam-dalam. Alhasil saya bisa mendapatkan banyak kekuatan dari tulisan-tulisan tersebut.

 

Kelima menulis adalah cara untuk berpikir. Sebab menulis adalah salah satu cara paling efektif untuk membuat kita menjadi produktif dalam berpikir. Dengan menulis kita bisa mengembangkan tulisan dari satu kata menjadi rangkaian kata sebab kita mengusahakannya dalam berpikir. Menganalisa dan menentukan tema-tema tulisan dengan apik.

 

Menulis mengantarkan saya pada daya pikir yang cukup baik. Sebagaimana yang saya baca di salah satu artikel. Bahwa, dengan menulis membuat kemampuan otak meningkat. Selain itu menulis juga bisa membuat daya ingat semakin tajam, karena manusia tidak akan mampu menyimpan semua memori ingatan dengan baik. Karena itu menulis adalah jalan terbaik dalam meningkatkan daya pikir dan ingatan yang baik dan tentunya lebih produktif.

 

Keenam menulis adalah karena Ibu. Hampir semua tulisan yang sudah saya buat adalah tentang wanita hebat itu. Setiap saya menulis tentangnya, jemariku sangat bersemangat dan antusias. Ibu memang menjadi alasan terkuat saya menulis. Semua judul-judul yang kubuat ditujukan pada sosoknya. Jujur saya adalah anak yang tidak seterbuka anak lain pada umumnya. Yang dengan gampang mengucap cinta, sayang, dan rindu kepada ibu. Saya hanya anak pemalu dan tak seberani itu. Sebab itu, semua perasaan kutuangkan dalam sederet aksara dan di balik diksi yang indah. Dan pada akhirnya semua penyesalan itu datang, ketika Tuhan memanggil ibu pulang. Tulisanku yang awalnya sudah dipenuhi kelabu, kini semakin redup. Sampai akhirnya dengan tema itu Tuhan mudahkan saya melahirkan satu karya penghujung kelabu yang melankolis sebab kepergian Ibu. Dan karenanya saya semakin suka menulis sebab Ibu.

 

Ketuju menulis untuk mengasah bahasa. Dengan menulis, maka kita akan mampu menciptakan gaya bahasa yang baik dan tentu mempunya ciri khas tersendiri. Menulis membuat banyak peluang bagi saya untuk memperbaiki bahasa dan membuatnya lebih mampu menorehkan kalimat-kalimat yang sekiranya bisa dimengerti orang lain dengan baik. Sungguh, menulis adalah salah satu cara terbaik dalam memperbaiki bahasa. Dengan diksi-diksi pilihan membuat gaya bahasa kita menjadi lebih bermakna. Menulis mengajarkan saya untuk berbahasa dengan baik dan lebih sopan dalam bertutur kata.

 

Kedelapan menulis adalah untuk bahagia. Semua orang pasti punya cara-cara unik dan terbaik dalam mencapai yang namanya bahagia. Bukan lagi berbicara soal harta, tahta dan fisik yang indah. Tetapi bahagia adalah tentang bagaimana cara kita merasakan dan mendapatkannya.

Dan saya memilih menulis sebagai salah satu cara untuk bahagia. Dengan menulis saya bisa menuangkan segalanya dengan bahagia. Jikapun saat itu saya sedang menitikkan air mata, maka saya berusaha menulis untuk memulihkan perasaan saya untuk bahagia. Seperti hujan yang setelahnya ada pelangi, maka saya jadikan tulisan itu sebagai pelangi setelah mendungnya hati. Dengan menulis membuat saya lebih banyak bersyukur dan tak henti-hentinya merasa legah. Bahagia itu sederhana dan menulis adalah salah satunya.

 

Kesembilan menulis karena saya suka. Menulis adalah sesuatu yang benar-benar menjadi kegemaran saya walau tak setiap harinya bisa menulis. Apalagi saya termasuk golongan para pecinta sastra. Menyelami bait-bait sang legenda dalam puisi-puisi indahnya membuatku menjadi semakin menyukai menulis. Ada banyak motivasi dan pemantik-pemantik yang membuat tangan saya gatal untuk menulis.

Sedikit cerita, saya sudah aktif dalam dunia menulis saat di bangku SMP dan sudah membuat beberapa cerita. Sejak saat itu saya benar-benar menyukai dunia tulis menulis.

Menyukai aktivitas menulis itu menyenangkan. Sebab dengan banyak menulis kita lebih produktif dan pastinya jadi lebih bahagia.

 

Terakhir adalah Untuk sebuah karya yang abadi. Bukan hanya berumur dunia, melainkan untuk sebuah hujjah di hadapan Allah. Menulis adalah salah satu cara untuk mencapai sebuah kemuliaan. Sebagaimana Imam Gazali rahimahullah berkata, bahwa jika kita bukan anak dari raja ataupun ulama besar, maka jalan terbaik untuk mendapatkan kemuliaan adalah menulis. Manusia akan binasa, tetapi tulisan akan tetap abadi sepanjang masa. Sebagaimana Al-Qur'an ditulis dari lembar pelepah kurma, kini berada di atas kertas yang lebih layak dan mudah terbaca. Menulis bagi saya adalah jembatan menuju keabadian hakiki. Jika tulisan kita bermanfaat dan meninggalkan petuah kepada Tuhan, maka sungguh beruntunglah kita sampai akhirat.

 

 

Bone-Bone, 07 Agustus 202

 

Tentang Penulis:

Marhaya J yang akrab disapa Aya merupakan gadis kelahiran 01 Mei 2000 di Rantemalona, Sulawesi Selatan. Anak pertama dari dua bersaudara. Mahasiswi di perguruan tinggi negeri IAIN Palopo. Pecinta sastra dan senang dengan dunia kepenulisan. Jika ingin mengenal lebih jauh silahkan mampir di akun instagram @humairahmj.

 

 

 

 


Share:

3 comments :

  1. Masya Allah Barakallah🖤🖤
    Tulisan anda telah menaikkan semangat beramal ma'ruf lewat tulisan. Terimakasih Marhaya

    ReplyDelete
  2. MasyaAllah semangat dek ��

    ReplyDelete
  3. Semangat untuk selalu menciptakan karya sekaligus amal jariyah 😊

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis