Mengingati Niat Menulis

 Oleh: Ayu Azhariyah

 

Setelah sekian lama berekspresi dalam tulisan, akhirnya kesempatan untuk memikirkan apa alasan saya menulis datang lagi. Saya akan coba rangkum 10 alasan terpenting. Hal ini untuk membantu saya mengingati niat awal menulis.





Pertama, menulis untuk kesehatan mental. Sebelum sempat mencari tahu manfaat menulis untuk kesehatan mental, saya sudah merasakannya sendiri. Saya menuliskan apa saja yang sempat dituliskan dalam bentuk apapun. Kadang tulisan itu 'hanya' berisi perihal kejadian yang dialami dan dirasakan. Walaupun begitu, setelah menuliskannya, timbul perasaan nyaman.

Setelah mencari tahu, saya yakin kalau menulis dapat membantu menyehatkan mental. Kalau sulit mencari bukti di artikel ilmiah, silakan cari di mesin pencari. Ada banyak artikel yang akan membantu memafhumi kegunaan menulis untuk kesehatan mental.




Kedua, menulis membantu untuk memahami dan merekayasa cara berpikir. Saya yakin sejak lahir, raga, jiwa, dan pikiran tidak pernah terpisah satu sama lain. Namun, sering raga dan jiwa dibuat bingung sendiri dengan pikiran. Tidak jarang pikiran liar, imajinasi berlebihan, bahkan logika rumit harus dihadapi oleh diri sendiri.

Menulis memberikan kesempatan untuk memahami pikiran sendiri. Ketika menulis akan ada proses berpikir di dalamnya. Seiring tulisan dihasilkan, kita juga mampu menggambarkan pikiran ke dalam kata-kata. Bahkan, dengan menulis rekayasa cara berpikir bisa dilakukan. Tidak berlebihan sepertinya jika dikatakan, menulis mampu mengubah cara berpikir kita menjadi lebih positif.




Ketiga, belajar jujur terhadap diri sendiri melalui tulisan. Sedari kecil kita selalu diajarkan untuk berkata dan berlaku jujur. Jujur menjadi salah satu modal untuk menjadi pemberani. Kejujuran memang mengagumkan tapi tidak selamanya mampu diterapkan dalam berkata maupun berlaku.

Bagi saya, menulis memberi keberanian untuk jujur. Terkadang banyak kata-kata dari mulut sulit terangkai karena sudah didahului tangis. Akibatnya, fokus beralih ke tangis, bukan lagi pada isi pembicaraan. Menulis, walaupun sering ditemani tangisan, membantu saya berani jujur bukan hanya kepada orang lain, tapi juga bagi diri sendiri.




Keempat, pengalaman dan ide yang dituliskan berdasarkan kejujuran terhadap diri sendiri, sudah selayaknya direkam. Banyak orang memilih mengabadikan pengalamannya melalui foto. Saya juga senang merekam gambar. Tapi lebih sering gambar itu terbahasakan lewat tulisan.

Saya berusaha memerinci pengalaman lewat tulisan. Mungkin ini terkesan egois karena terlihat tidak ingin memperlihatkan apa yang saya alami. Tapi, dengan kata, setiap orang jadi bebas menafsirkan pengalaman.

Begitu juga ide. Saya menulis untuk merekam ide yang kadang kalut di kepala. Melalui tulisan, saya merasa mampu mencipta alur berpikir hingga mencapai suatu ide. Tulisan bisa membantu menjalin ide-ide yang telah terekam untuk bisa menjadi suatu karya.




Kelima, rekaman pengalaman dan ide yang dimuat dalam tulisan membantu pemantauan perkembangan diri. Sepertinya siapaun setuju bahwa menulis tidaklah sulit. Apalagi sejak merebaknya 'virus' media sosial. Coba lihat, ada berapa banyak akun yang kita miliki? Sejak kapan mulai mengaktifkannya? Apa isinya? Semakin lama umur akun media sosial itu, seharusnya mampu membuat kita memantau banyak hal.

Saya pribadi memiliki beberapa akun media sosial yang lumayan berumur. Jika ditengok isinya, terlihat ada pergerakan pikiran dan perasaan di sana. Melalui tulisan-tulisan itu, saya melihat ada anak ingusan yang sekarang sedang berusaha mencapai kematangan berpikir, bertindak, dan berkata.




Keenam, melalui tulisan saya berharap bisa berkomunikasi lebih efektif. Tulisan ada yang sifatnya formal, informal, akademik, kasual, dan sebagainya. Banyak pendapat menyatakan bahwa tulisan adalah media komunikasi antar sesama ahli, sesama awam, bahkan antara ahli dan awam. Tulisan adalah salah satu media komunikasi efektif.

Saya menganggap media tulisan sebagai sarana komunikasi tanpa interupsi. Ketika ingin menyampaikan sesuatu, tulisan bisa mewakili ide tanpa perlu terganggu oleh distorsi pendapat (orang) lain. Selama menulis, tangan berpacu dengan pikiran untuk menyampaikan maksud.

Komunikasi yang terjalin mungkin bersifat satu arah. Namun, ketika ada tanggapan, komunikasi menjadi dua arah bahkan menjadi diskusi. Jika mampu memaksimalkan waktu, tulisan bisa dijadikan media komunikasi efektif.




Ketujuh, saya ingin menulis yang baik agar mampu berkomunikasi dengan efektif. Ya, menulis adalah bentuk ekspresi dan kebebasan membahasakan perasaan maupun ide dengan menggunakan bahasa Indonesia, daerah, maupun asing. Siapapun merdeka untuk berekspresi. Merdeka maksudnya bebas megutarakan pendapat sesuai rerangka berterima umum.

Dalam menulis, selain merdeka, sebaiknya ada proses belajar tata bahasa. Misalnya menulis dalam bahasa Indonesia, coba perhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Di zaman serba mudah ini, PUEBI dapat diakses secara daring. Tidak ada salahnya, sesekali intiplah laman PUEBI saat menulis. Kita telah dimudahkan untuk lebih baik dalam menulis, tapi jangan menyepelekan penggunaan tata bahasa. Penulis yang baik adalah yang terus berusaha meningkatkan kualitas tulisannya.




Kedelapan, penulis yang baik adalah yang banyak tahu dan mampu menginformasikan kepada orang lain melalui tulisan. Sehingga salah satu manfaat menulis adalah mampu membedakan fakta dan cerita bohong. Saat menulis, siapapun pasti berusaha menuliskan fakta. Cerita bohong untuk mengadu domba, hanya dibuat oleh mereka yang kreatif tapi tidak manusiawi.

Dalam menulis, sebaiknya perlu menghindarkan diri dari sifat dan keinginan seperti yang dimiliki oleh mereka yang kreatif tapi tidak berperikemanusiaan. Untuk itu, perlu rasanya menantang diri untuk selalu menuliskan fakta, bukan cerita bohong untuk mengadu domba. Selama mengumpulkan fakta, akan banyak hal yang ditemui. Untuk mengonfirmasi validitas suatu fakta, pengetahuan lain juga diperlukan. Sehingga dalam menulis sebenarnya terjadi proses mencari tahu yang tiada hentinya.




Kesembilan, besar harapan agar apa yang saya tulis bermanfaat bagi orang lain. Tidak berlebihan sepertinya jika dikatakan bahwa manusia seutuhnya adalah mereka yang  mampu memberi manfaat bagi manusia lainnya. Berbagai cara bisa dilakukan untuk dapat bermanfaat bagi orang lain. Misalnya, dengan memberi bantuan tenaga, pikiran, materi, bahkan berupa tulisan yang memuat informasi.

Membuat tulisan sebenarnya perkara mudah. Tapi, belum tentu tulisan tersebut bisa bermanfaat bagi orang lain. Bisa saja tulisan tersebut tidak memberikan manfaat bahkan menjadi sumber kerugian bagi orang lain.

Memang akan dibutuhkan tenaga dan pikiran ekstra untuk menghasilkan tulisan yang bermanfaat. Tapi, dengan tulisan tersebut lihatlah betapa besar pengaruhnya. Apalagi dalam peningkatan kualitas diri seseorang.




Terakhir, saya menulis untuk membuktikan bahwa saya pernah hidup, berpikir, berperasaan. Siapa yang tahu saya pernah hidup? Tanpa tulisan, hanya keluarga, teman, kenalan yang bertemu secara langsung. Dengan tulisan, siapapun dapat tahu bahwa saya pernah ada, menjejaki bumi.

Siapa yang tahu saya pernah berpikir? Tanpa tulisan, hanya kolega di lembaga pendidikan atau di tempat bekerja. Dengan tulisan, siapapun dapat mengambil manfaat dari pikiran saya yang hadir bersama raga.

Siapa yang tahu saya pernah berperasaan? Tanpa tulisan, hanya yang berkasih dengan saya. Dengan tulisan, siapapun tenang memiliki rasa yang sama dengan saya. Bagi siapapun yang senang mengusik agar lebih bijak dalam memahami perasaan orang.


Semoga dengan refleksi ini, bisa membantu saya, kamu, dia, kalian, mereka, kita untuk semangat menulis. Akan ada suatu masa, menulis jadi candu. Di saat itu, semoga menulis tidak menjadi perkara yang disepelekan. Akan ada suatu masa, menulis jadi menjemukan. Di saat itu, semoga semangat menulis tidak luntur dan kualitas tulisan bisa terus ditingkatkan. Hal ini karena, menulis bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.  

 

Nagoya (Jepang), 7 Agustus 2020


Tentang penulis:

Ayu Azhariyah adalah seorang perempuan asal Makassar dengan tiga peran, sebagai Istri, Ibu, dan Mahasiswa.

Sekarang, dia tinggal di Nagoya (Jepang) bersama suami dan anak untuk berusaha menyelesaikan kuliah pascasarjananya.

Dia senang bermain kata dalam tulisan. Melalui akun instagram @hochipochi25, 
dia mengalihbahasakan berita berbahasa Jepang ke Bahasa Indonesia.

Share:

20 comments :

  1. Waaaahhh... Menginspirasi banget nih tulisannya. Jadi membuka wawasan untuk lebih semangat menulis, supaya hidup kita ga cuma sekedar hidup. 😁👍

    ReplyDelete
  2. Sangat memacu orang untuk mulai menulis.. Mantapp..

    ReplyDelete
  3. Konbanwa sensei.
    Semangat selalu ya kak. Tulisannya bagus dan menginspirasi.

    Kunjungi punyaku juga ya kak.
    Ikatlah ilmu dengan menulis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Konbanwa 😊👍
      Siip,, ntar dikunjungi yaa,, 😊👍

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  4. Sensei... nanti buat artikel bahasa jepang yang dipakai sehari-hari ya. Mana tau ada rezeki ke Jepang 🥰🥰

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuih, dikomentari sama kakak Minru,, 😁😁😁 siip, kalau ada kesempatan, boleh kakak,, 😊🍀

      Delete
  5. Jadi dapat alasan tambahan untuk menulis, Kak. Terima kasih sudah sharing..
    😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih apresiasinya 😊 sama-sama. Semangat menulis terus yaa 😁

      Delete
  6. Keren kak menginspirasi 👍 mampir juga ya ka ke Antara Aku, kata, dan Rasa
    http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/antara-aku-kata-dan-rasa.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih kunjungannya kakak 😊🍀 siip,, saya kunjungi yaa kak 😊🍀

      Delete
  7. Iya menginspirasi. Ditunggu tulisan re Jepang. Kalau semua org menulis begini, hoaxer akan malu ya 😀

    http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/menulis-sejarah-di-catatan-perjalananku.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kunjungannya kak 😊🍀

      Betul tuh kak,, kita harus berantas pembuat dan penyebar hoax 🙏 saling mengedukasi bukan saling membodohi yaa 😊🍀

      Delete
  8. Iya menginspirasi. Ditunggu tulisan re Jepang. Kalau semua org menulis begini, hoaxer akan malu ya 😀

    http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/menulis-sejarah-di-catatan-perjalananku.html

    ReplyDelete
  9. Karena menulis itu merupakan proses penyembuhan, menurutku begitu kak, jadi aku setuju banget nih sama artikelnya. Mantap. Terus menulis ya kak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, ada yang sepemikiran dgn saya,, terima kasih kakak,, 😊🍀 terima kasih juga kunjungannya 😊👍

      Delete
  10. Semangat kak. Keren sekali. Sangat menginspirasi

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis