Oleh : Lita Fuss
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
(Pramoedya Ananta Toer)
Sahabat tidak asing lagi dengan quote diatas, bukan? Quote itulah yang membuat hati saya merasa 'mak jleb', karena sadar diri sampai saat ini belum melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Tentu saja saya tidak mau menjadi orang yang akan hilang begitu saja tanpa meninggalkan warisan berharga untuk anak cucu. Saya harus berbuat sesuatu dengan menulis. Saya ingin bekerja untuk keabadian.
Sebenarnya menulis bukanlah sesuatu yang baru bagi saya. Kegemaran membaca sejak kecil menjadikan penulis sebagai salah satu cita-cita yang ingin sekali saya wujudkan. Di mata saya, penulis adalah cita-cita yang keren dan mulia. Keren karena penulis pasti kaya akan pengetahuan dan pengalaman. Penulis juga harus pandai merangkai kata agar dapat menarik orang lain membacanya. Kekayaannya itu kemudian dibagikan kepada jutaan orang. Bukankah itu sama saja dengan bersedekah? Sedekah tidak harus berwujud uang atau harta benda, bukan? Bahkan menebar senyum pun sudah dianggap bersedekah.
Bagaimana jika kita mulai bersedekah dengan menulis sesuatu yang bermanfaat? Ayo kita mulai, yuk!
Dulu, puluhan tahun lalu menjadi penulis bukanlah cita-cita yang keren menurut orang tua saya. Sehingga kegiatan menulis saya lakukan dengan sembunyi-sembunyi di sela-sela kewajiban belajar. Saya menulis asal nulis saja, hanya berdasarkan pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah. Ternyata nggak masalah. Tentu saja, karena pembacanya hanya sebatas teman sekelas. Itu pun hanya beberapa teman yang suka membaca saja.
Sekarang nggak begitu, dong. Saya belajar menulis dari ahlinya. Puluhan grup dan kelas menulis saya datangi. Hasilnya? Ketrampilan menulis saya merasa makin terampil dan terasah. Ada yang lebih menyenangkan. Teman saya juga bertambah banyak. Alhamdulillah, sesuatu banget buat orang introvert seperti saya.
Wawasan dan pikiran saya pun menjadi lebih terbuka. Tidak itu saja manfaatnya. Pasti Sahabat sudah tahu manfaat banyak teman, kan? Masih ingat dengan hadits berikut ini?
"Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi,"
(HR. Bukhari – Muslim).
Ternyata memang benar. Saya merasakan semakin lama saya terjun ke dunia kepenulisan, semakin bertambah teman ‒‒ baik itu teman sesama penulis pemula, penulis senior juga tersohor, editor, hingga pemilik penerbitan terkemuka ‒‒ semakin banyak rezeki mengalir terus menerus tanpa diduga-duga. Baik berupa ilmu, informasi, sharing pengalaman berharga, rasa persaudaraan, kasih sayang dan saling mendukung, juga berupa materi. Jelas, itu tidak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya. Luar biasa senangnya. Karena dari mereka-mereka yang tulus untuk saling berbagi itulah, saya pun punya semangat berbagi untuk sesama seperti mereka.
Apa yang bisa kita bagi ke orang lain melalui tulisan? Tentu saja banyak sekali, Sahabatku.
Melalui tulisan kita bisa memberikan sebuah ide atau inspirasi terkini, memperkenalkan ratusan adat budaya atau tradisi serta keunikan-keunikan negara kita, memberikan informasi terbaru tentang peraturan atau norma-norma yang belum banyak orang ketahui, memberikan pendidikan tentang hal-hal baru, menyebarkan pesan dan dakwah, berbagi pengalaman yang luar biasa, bahkan bisa mewariskan pemikiran dan pengalaman kita kepada orang lain dan generasi berikutnya.
Wah, banyak sekali peluang kita mendapatkan pahala melalui tulisan, bukan? Insyaallah, jika kita lakukan dengan niat yang tulus dan dengan tujuan hanya untuk menggapai ridha-Nya.
Melalui tulisan kita juga bisa meminimalkan hal-hal yang negatif. Misalnya ada berita gosip, isu atau sesuatu yang tidak benar, merugikan dan hal-hal negatif lainnya. Kita bisa meluruskannya, mengkonter dan berusaha menghentikannya melalui tulisan.
Tentu Sahabat pernah membaca atau mendengar berita hoax atau tulisan nggak jelas sumbernya, namun isinya hanya provokasi saja, kan? Rasanya pasti kesel. Apalagi kalau kita tahu persis berita itu hanya bohong dan justru memperkeruh suasana. Kita harus lawan dengan tulisan. Kita juga bisa mengajak orang lain untuk berpikir positif dan tidak asal percaya akan berita hoax itu. Hmm .... Apakah Sahabat sudah bersiap? Yuk, sama-sama kita berusaha.
Manfaat menulis tidak saja untuk orang lain, lho. Sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain biasanya akan bermanfaat juga untuk kita. Ibarat tanaman. Jika kita menanam bibit yang baik, insyaallah hasilnya akan baik. Siapa yang menanam, dia jugalah yang akan menuai. Saya sangat percaya hal itu. Salah satu alasan kuat saya untuk berjuang menjadi penulis adalah karena manfaatnya akan kembali kepada kita penulisnya. Mau tahu apa saja?
Manfaat yang paling pasti adalah kemampuan menulis saya semakin berkembang, kosa kata semakin bertambah dan terasah, jadi rajin baca KBBI dan PUEBI, deh. Saya juga jadi terbiasa berpikir logis dan sistematis. Dengan menulis saya belajar menangkap makna dari setiap informasi-informasi yang diperoleh dari hasil membaca maupun menyimak. Kemudian apa yang kita tulis untuk kebaikan sudah seharusnya juga kita lakukan. Berarti kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dan makin baik lagi. Aamiin.
Bagi saya yang sudah menua ini, mempelajari sesuatu terasa lebih lambat. Ingatan pun makin memudar. Namun dengan menulis, saya seperti dirangsang untuk selalu mengingat. Semua yang saya baca, dengar, rasakan dan alami sebisa mungkin segera dituangkan dalam tulisan sebagai dokumentasi dalam otak. Ini membantu saya memperlambat proses lupa, karena otak terpaksa diasah untuk mempertajam momen yang dilalui.
Otak juga dipaksa berpikir secara runut, masuk akal dan juga tidak asal. Tentu saja saya harus banyak belajar. Otak saya harus bergerak mencari sesuatu yang baru, tidak monoton dan menyesuaikan perkembangan zaman. Wah, pokoknya seru, kalau emak-emak setengah tua begini mulai menulis.
Pekerjaan utama saya adalah seorang pegawai. Suatu saat nanti akan pensiun. Mendekati usia pensiun saya berpikir apa yang akan dilakukan nanti? Ketika nanti sudah jauh berkurang kesibukannya, anak-anak mungkin sudah mempunyai rumah masing-masing dan fisik ini mulai melemah. Hobi saya membaca dan memasak. Tapi menurut saya hobi saya itu hanya bermanfaat untuk diri sendiri. Saya ingin agar kedua hobi itu juga bisa bermanfaat untuk orang lain. Caranya? Saya akan bagikan semua pengalaman memasak dan hasil membaca saya melalui tulisan.
Sering saya membayangkan menghabiskan masa tua berdua suami dengan memasak makanan kesukaan, membaca banyak buku dan menulis beberapa hal yang menyenangkan. Termasuk membalas email dan pesan dari para penggemar. Aamiin.
Bolehkan bercita-cita seperti itu? Apa cita-cita masa tua kalian nanti?
Bagi saya, selagi masih diberikan kenikmatan waktu dan sehat pergunakanlah sebaik-baiknya untuk menebarkan kebaikan dengan berbagi manfaat kepada orang lain. Salah satu cara yang saya pilih adalah menjadi penulis.
Alasannya seperti yang telah saya uraikan sebelumnya. Menulis punya segudang manfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain. Menulis bisa menjadi wasilah kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan semoga bisa menjadi contoh bagi generasi penerus. Jadi teringat quote salah satu penulis terkenal idola saya. Ini quotenya :
"Kalau usiamu tak mampu menyamai usia dunia, maka menulislah.
Menulis memperpanjang ada-mu di dunia dan amalmu di akhirat kelak."
(Helvy Tiana Rosa)
Bekasi, 5 Agustus 2020
Lita Fuss, Ibu empat anak yang mempunyai hobi memasak dan membaca. Hobi barunya di dunia literasi telah menghasilkan karya antalogi non fiksi Cerita Kami untuk Dunia, Aneka Resep Favorit Keluarga serta kumpulan cerpen Solak, Ribang dan Sandiwara Semesta. Aktivitas media sosialnya bisa diintip di https://www.facebook.com/litafuss, www.instagram.com/litafuss, dan https://litafuss.blogspot.com/.
Keren, Kak. Ikut bahagia. Jadi termotivasi belajar menulis lagi. Terima kasih. :)
ReplyDeleteTerima kasih, Teh. Yuk, kita belajar nulis biar bisa mewarnai dunia 😘
DeleteMantap.. lanjutttt kak
ReplyDeleteSiaappp.... Makasih ya 🙏😘
Deleteinspiratif mba.. dengan membaca kita mengenal dunia.. dengan menulis dunia mengenal kita
ReplyDeleteBetul, Kak.
DeleteTerima kasih atas kunjungannya 🙏
masyaAllah... 👍😊
ReplyDelete😇😇😇
DeleteTerima kasih, Kak
Semangat, Mbak Lita. ku mendukungmu😘😘😘😘 Semoga diberkahi Gusti Allah🤲🤲🤲
ReplyDeleteAlhamdulillah. Terima kasih, Mbak Marlena 🙏😘
DeleteBenar sekali Mbak. Setuju. Semoga aku bisa mengikuti jejakmu... 😘😘😘
ReplyDeleteAamiin. Makasih 😘😘😘
DeleteSemanangat, Kakak. 😘❤
ReplyDeleteMakasih, Panda sayang 😘
DeleteMantabb Kak Litaaaa mangatsss teruss
ReplyDeleteSemangat 💪
DeleteTerima kasih, Kak Mila 🙏😘
Luar biasa, semoga sehat selalu dan semangaaat
ReplyDeleteAamiin. Terima kasih 🙏🙏🙏
DeleteSemoga dengan Menulis...karya Lita Fuss dapat bermanfaat bagi orang lain sehingga mendapatkan amalan yang terus mengalir tanpa henti...Aamiin...B_1
ReplyDeleteAamiin ya, Rabb.
DeleteTerima kasih 🙏🙏🙏
Mantab jeng Lita...
ReplyDeleteLanjutkan terus hobi barunya..semoga semakin sukses dengan menciptakan banyak karya sehingga semakin banyak lagi org yg bisa membaca nya dan sadar akan pentingnya menulis..
Terimakasih atas pencerahannya kak..moga slalu bersemangat..berkarya dan menginspirasi.
ReplyDeleteSemangat mba lita.. menginspirasi sekali.memotivasi aku qgar lebih semangat dan belajar lagi... Biar bisa nulis yang bagus
ReplyDeleteMenulis itu membangun peradaban....betul ya..Semangat terus Ummi Avicena untuk berkarya & memberi maslahat buat semuanya
ReplyDeleteMenulislah dan tebarka cinta dalam setiap tulisanmu.
ReplyDeleteMenulis itu membangun peradaban 😍
ReplyDeleteSemangat, Kak Lita. Panutan pokoknya mah. 💙
Kereen Litaa.. semoga mimpi dan cita2mu terwujud... Barakallaah
ReplyDeleteMenginspirasi banget mba. Maju teruss, semoga barokah. Kudukung selalu
ReplyDeleteSemangat kak Litaa... terus menjadi inspirator banyak orang dengan tulisan-tulisan kerennyaaa yaa. Good Luck, kakk
ReplyDeleteAssalamu'alaikum Kak Lita.
ReplyDeleteKak Lita ini adalah salah satu yang menginspirasi saya untuk terus menulis. Dan saya selalu senang dikelilingi teman-teman seperti kakak.
Semangat ya, Kak.