Oleh : Fitri Al Istiqomah
Dahulu aku menulis karena aku sering sedih dan tak punya tempat bercerita. Diary menjadi temanku bercerita. Lewat kata-kata yang aku tulis itu aku mulai merasa tenang dan lega. Sejak itu, aku mulai sering menulis jurnal kehidupanku dari cerita dimarahi mama, hingga cerita masa fangirling. Aku ingat, dua buku diary-ku berkeliling dari satu teman ke teman lain hingga memperkenalkan aku pada kakak kelas yang mungkin tak pernah terpikirkan memiliki hobi yang sama denganku. Menulis menjadi obat bagiku saat itu.
Selain diary, alasan aku menulis karena aku suka dengan kata-kata indah, puisi. Aku mulai mempelajarinya dan belajar membuatnya. Aku sering melihat langit dan pepohonan yang berbunga serta membawa buku kecilku. Aku menulis perasaanku dan merangkai kata dengan perasaan jujur. Walau saat itu aku masih SD dan masih belum banyak memiliki diksi. Hingga suatu hari aku menulis puisi untuk guruku saat ia berulang tahun. Aku ingin bisa membuatnya untuk orang-orang spesial dalam hidupku.
Aku menulis karena aku bebas berekspresi, jujur mengungkapkan perasaanku dan berkarya mengungkapkan rahasia dengan rahasia. Aku memiliki nama pena. Aku membangun duniaku menjadi karakter yang aku inginkan tanpa mengatakan inilah aku pada dunia. Aku tetap berkarya dan menjaga keamanan dan privasiku sebagai manusia yang rentan. Melepas jejakku dimanapun bahkan jejaknya sampai dalam hati dan pikiran seorang. Seseorang itu belum tentu suka akan apa yang aku tulis.
Menulis adalah tentang keberanian, kebebasan, dan perlindungan menantang dunia.
Menulis adalah caraku mengabadikan sejarah antara aku dan dia, kamu dan dia. Menulis pesan alias chat adalah sejarah berisi kenangan keberanian. Contohnya, ketika kita menyukai seseorang. Mengirim chat ke dia, menanyakan "lagi apa?" adalah proses menulis. Bahkan sampai saatnya tiba ada keinginan chat dia "aku kangen kamu" atau "aku suka kamu, mau ya jadi pacarku?" lalu dijawab "Iya, aku mau" adalah menulis. Itu keberanian yang tak semua orang bisa.
Menulis itu berani, berani nembak dia.
Kalau kamu pernah nulis itu, kamu pasti akan paham.
Manusia dalam hidupnya pasti selalu berpikir. Ketika berpikir kita memunculkan ide dan pandangan terhadap sesuatu. Terkadang ide itu hanya muncul sebentar dan untuk menyelamatkan dari sifat "pelupa" adalah dengan menulis.
Benar, alasan selanjutnya adalah menuangkan ide. Aku suka mengidolakan para penulis/ilmuan yang mampu menuangkan ide dan menjelaskan secara detail dalam buku atau jurnal. Bahkan sekedar opini terhadap suatu isu sangat menarik untuk diulas kembali. Aku ingin seperti mereka. Ide yang mereka tulis dapat mengantarkan masa depan cerah bagi kita, apapun ilmu yang sedang kita pelajari. Bayangkan saja ide itu tak pernah ditulis sama sekali, apa jadinya kita? atau sejarah? mungkin akan terulang kembali. Sama seperti ayat-ayat suci pada Al-Qur'an atau kitab suci lainnya jika di masa lalu pendahulu kita tidak memutuskan untuk menulisnya atau hanya menghafalnya mungkin saat ini kita tak bisa membacanya dan banyak hal yang salah arah.
Menulis menjadi bagian penting dalam perjalanan studi ku. Terutama di perkuliahan, menulis menjadi kegiatan yang harus aku lakukan baik sekedar mencatat, mengerjakan tugas resume/makalah/essai, bahkan menulis menjawab soal ketika ujian. Aku membiasakan menulis di kelas, mencatat apa-apa saja yang diterangkan dosen, kemudian ku merangkumnya bersama dengan buku bacaan.
Benar, tidak semua orang bisa memiliki catatan yang bagus, terkadang aku masih meminjam catatan teman. Tapi aku merasa beruntung bisa melakukannya dan memiliki kebiasaan membuat catatan dan merangkumnya menjadi satu. Catatan memudahkan aku mengingat dan karena menggunakan bahasaku sendiri aku jadi lebih paham. Syukurlah, aku pun bisa menjelaskan kembali kepada teman dan mudah dalam menjawab soal ujian.
Aku menulis karena itu adalah caraku mengingat tujuan dan impianku. Aku menulis setiap goals atau bucket lists yang aku ingin lakukan sebelum mati. Di setiap tulisan yang aku tulis terdapat doa-doa yang kadang hanya berisi curahan hatiku tentang mimpi-mimpi, ku meminta pada Tuhan semoga suatu hari ia mengabulkannya. Tak lupa aku pun menulis pencapaianku, doa-doa yang telah dikabulkan Tuhan sebagai bentuk syukur dan pengingat bahwa aku telah melakukan banyak hal dan pernah bahagia.
Aku menulis karena aku ingin menyambut, menyambung, dan memperbaiki hubungan yang telah rusak. Aku pernah mengalami salah paham dengan teman-temanku ketika SD. Tiba-tiba semua membenciku, menjauhiku, dan menganggap aku sombong. Aku saat itu mengalami peristiwa tak menyenangkan di sekolah baruku, aku dibully dan diejek.
Saat itu aku merasa tak nyaman dengan hal itu, aku pun berinisiatif untuk mulai menulis surat kepada mereka. Melalui surat aku menceritakan semua yang aku rasakan, menjelaskan kepada mereka bahwa aku tak seperti yang mereka pikirkan. Berkat surat, syukurlah mereka menyambut aku lagi menjadi teman mereka. Usaha lewat tulisanku berhasil menyambung hatiku dan hati mereka dan memperbaiki hubungan pertemanan yang telah rusak.
Menulis memang benar menjadi cara ampuh, saat tak bisa dikatakan dengan lisan. Misalnya, memberikan sambutan hangat kepada siapapun, seperti greeting card yang diberikan saat perayaan, surat permohonan maaf saat terjadi kesalahpahaman dan pertikaian, dan tulisan menjadi lem yang merekatkan kembali kerusakan yang terjadi. Aku belajar, bahwa dengan menulis aku dapat mengubah sejarah, agar tak terulang lagi, dengannya aku dapat memperbaiki masa depan jadi lebih damai.
Membiasakan menulis membuatku sadar akan arti diriku, tentang apa yang berharga dan tujuan hidupku. Dengan menulis aku jadi mengerti hal bodoh yang telah aku lakukan dan hal bermanfaat apa yang aku dapat atau lakukan sepanjang hari. Aku jadi bisa merefleksikan diri, menyadari kekurangan dan melihat sisi positif dari diriku, dan tak lupa membuatku ingin bersyukur.
Refleksi dengan menulis, itu melatihku menjadi sosok yang bijaksana. Ini aku sadari baru saja, setelah berpikir tentang alasan aku menulis. Aku jadi berusaha untuk lebih bijaksana dengan apa yang aku tulis. Dari pilihan kata, kepada siapa, untuk apa, ide, dan perasaan apa semuanya membuat aku berpikir 1000 kali. Membuatku menjadi berhati-hati dalam menulis hal kecil seperti memberikan komentar. Jadi mari kita lebih bijaksana dalam menulis ya.
Terakhir, aku ingin membuka jendela baru. Lewat tulisan aku menciptakan dunia baru, dunia bebas imajinasi, dunia bagi orang yang suka mendiskusikan isinya, dan dunia bagi siapapun yang ingin hanyut di dalamnya bersamaku. Membagikan kisah-kisah, pengetahuan hasil olah pikirku, suka duka, dan perjalanan petualangan.
Lewat tulisan, aku mengatakan kepada generasi selanjutnya bahwa dunia yang aku pijak bisa jadi akan ia lalui juga. Memberi tahu, bahwa banyak orang di luar sana telah menemukan banyak hal, dan sekarang gilirannya untuk menemukan hal baru atau harta terpendam lain yang masih tersembunyi. Aku ingin lewat tulisan ku ada jendela baru yang mengantarkan aku pada kebahagian menjadi abadi walau jasatku telah tiada.
Mau kah kau membuat jendela baru bersamaku? Aku suka jendela ku yang selalu aku lalui untuk kabur memasuki duniaku dan kini aku menunggumu bersamaku membuat jendela yang baru.
Malang, 27 Juli – 05 Agustus 2020
Fitri Al Istiqomah. Lahir di sebuah desa kecil bernama Kanamit Barat di Kalimantan Tengah, 22 Februari 1997. Saat menulis ini Fitri masih seorang mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Brawijaya. Menulis dan membaca merupakan hobi Fitri. Bercita-cita menjadi seorang ilmuan dan masih terus berusaha untuk mewujudkannya. Bisa dihubungi di IG @fitrialistiqoma @emogination179 atau email di fitrialistiqomah@gmail.com
Hay fitri, eka sudah baca, semangat terus yaa
ReplyDeleteWktu SD kita pernah jauh krna skolah di tmpt berbeda dan ada masalah yg buat kita jauh, tpi akhirnya krna surat kita bisa deket lagi
Terimakasih Eka sayang
DeleteSelamat berkarya dan terus berkarya melalui tulisan.
ReplyDeleteTerimakasih Bu
DeleteHalo kak Fitri. Senang sekali membaca tulisan ini. Alurnya runtut. Aku sangat memahami tiap kata yang disajikan. Dirangkai dengan kata-kata yang sederhana, namun sangat bermakna. Terus berkarya kak Fitri
ReplyDeleteTerimakasih Brownies sudah membaca artikel alasan aku menulis. Brownies juga ya terus berkarya.
DeleteSemangat ya dear...
ReplyDeleteSemangat terus ....
ReplyDeletenice. tetap semangat dan kejar impian dan cita-citamu
ReplyDelete