Mencari Warna dengan Menggores Pena


Oleh : Nur Fadilah Kurnia

Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sudah aku gemari sejak kelas 3 SD. Dulu, Mamahku suka membelikanku majalah anak-anak yang sangat digandrungi pada masanya. Yup, majalah Bobo. Pada majalah itu, terdapat suatu laman yang menampilkan karya lukis dan puisi dari para penggemar Bobo. Sejak saat itulah, aku memutuskan untuk menulis. Biasanya aku suka menulis puisi dan juga cerita pendek. Aku masih ingat 3 tema puisi yang pertama kali aku buat pada waktu itu, yaitu tentang Mamahku, alam, dan Indonesia. Aku sangat berterima kasih kepada Mamahku dan juga majalah Bobo karena telah menemani masa kecilku dan menumbuhkan rasa cintaku terhadap menulis.

Hari berlalu dengan cepat, orang-orang datang dan pergi, kebiasaan pun berubah seiring pergantian zaman. Terkadang kita lupa akan sekitar atau bahkan pada diri kita sendiri. Seketika muncul sebuah pertanyaan dalam benakku. Seberapa pentingnya untuk tetap menjaga nilai pada diri kita? Aku ragu akan seberapa kuatnya diri ini untuk tetap percaya. Apakah aku masih berpegang teguh dan menjaganya? Ataukah aku sudah keluar jalur dari segala hal yang kuanut? Maka, salah satu alasanku menulis adalah sebagai media pengingat diri. Karena pada dasarnya, aku hanya seonggok daging yang busuk jika tak diberi nyawa oleh-Nya dan akan terasa sangat sombong jika aku lupa diri.

Aku suka menulis. Terlihat klise, tapi entahlah rasa ini tumbuh begitu saja, tanpa aba-aba. Saat menulis, setiap goresan dari tinta pena, setiap kata yang terukir dalam lebaran buku memberikan kepuasan dan kesenangan tersendiri bagiku. Isak tangis dan senyum yang merekah pada bibir tipis ini merupakn hal yang tak asing lagi bagiku karena aku ikut larut dalam pemikaranku. Bagaikan gula yang diaduk di dalam air, kami melebur menjadi satu. Menyenangkan rasanya mencoba untuk menyusun dan bermain dengan kata-kata hingga akhirnya menjadi mmm.. sebuah karya, ya anggaplah begitu. Walaupun terkadang aku merasa geli saat membaca tulisanku sendiri tapi aku sangat menikmati prosesnya.

Manusia diciptakan ke dunia dengan diberi akal dan pikiran. Tentunya, kita harus menggunakannya secara bijak dengan memberikan manfaat bagi orang dan lingkungan sekitar. Kita juga mencoba untuk selalu berpikir entah itu untuk menyelesaikan masalah atau melakukan kegiatan yang menuntut daya kreatifitas kita terus bekerja. Nah, salah satu kegiatan kreatif itu adalah menulis. Karena aku adalah tipe orang yang tak pandai berkata-kata secara lisan jadi lebih mudah bagiku untuk menyalurkan ide ke dalam tulisan. Bagiku membagikan  ide atau pemikiran kita melalui media tulis merupakan suatu hal yang menantang. Pastinya tidak mudah, tapi aku tetap berusaha menulis sesuatu yang menarik dan bernilai.

Setiap orang pasti memiliki daya ingat yang berbeda-beda. Ada orang yang ingatannya bagus layaknya gajah dan ada juga yang pelupa. Aku adalah tipe orang yang kedua, yaitu pelupa. Saat menangkap informasi terkadang beberapa saat kemudian langsung lenyap dalam sekejap dari ingatanku. Itulah sebabnya mengapa aku memilih untuk menulisnya dibuku catatan . Menulis itu seperti sebuah wadah untuk berbagai informasi yang didapatkan. Jika tidak disimpan dengan baik maka akan tercecer dan perlahan-lahan menghilang. Mengapa demikian? Karena menulis tangan langsung dapat merangsang memori dalam otak sehingga akan meningkatkan daya ingat kita. Jadi, menulis merupakan kegiatan yang sangat baik dilakukan pada kehidupan sehari-hari.

Orang pendiam bukan berarti tak peduli sekitar dan tidak dapat bersuara akan suatu permasalahan. Mereka membutuhkan waktu untuk berpikir dan menelitinya terlebih dahulu. Lalu mereka melakukan tindakan. Namun, seringkali saat memberikan pendapat mereka tidak didengar, ditindas, dijatuhkan bahkan tak dianggap. Itulah yang kurasakan karena memiliki sifat itu. Terkadang aku menyalahkan diri sendiri, tapi setelah mengenal dunia menulis itu membuka pikiranku. Seseorang dapat memperjuangkan haknya melalui cara yang berbeda. Tanpa suara, namun dapat mencatat sejarah baru dan berpengaruh bagi dunia. Hal itu yang kupelajari dari para tokoh hebat di dunia yang terjun dalam dunia menulis. Aku harap aku dapat seperti mereka.

Pada era yang semakin berkembang ini tentunya kita dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif. Kita harus mencari ide dan terobosan terbaru entah bagaimana caranya. Tentunya ide-ide tersebut tidak muncul begitu saja dalam kepala kita. Kita perlu merangsang otak dengan kegiatan yang mengasah daya kreatifitas kita dan aku memilih menulis untuk membangun imajinasiku. Menulis tidak hanya merangkai kata-kata yang kemudian menjadi kalimat. Menulis juga memerlukan sebuah konsep yang matang sehingga orang tertarik untuk membaca. Saat menulis, semua ide datang dan mengalir begitu saja dan pada akhirnya berkembang menjadi sebuah karya tulis. Bagiku menulis membantuku membangun dunia yang ku inginkan.

Seringkali kita merasa malu untuk menunjukan sifat atau kepribadian asli yang kita miliki. Saat kita mengenal seseorang, kita tidak seratus persen mengenalnya dengan baik bahkan dengan orang yang sudah kenal dekat sekalipun. Kurasa tidak mungkin untuk mengenal siapa diri mereka sepenuhnya karena setiap orang pasti memiliki sisi yang disembunyikan. Menulis dapat membebaskan diri kita tanpa perlu ada sesuatu yang disembunyikan. Setiap pemikiran yang kita tuangkan dapat menunjukan siapa diri kita. Saat memikirkan untuk menerbitkan atau membagikan tulisan kita kepada khalayak umum merupakan sebuah keputusan yang berani dan tentunya membutuhkan rasa percaya diri yang tinggi untuk menunjukan diri kita yang sebenarnya.

Aku tidak bisa membayangkan jika tidak ada menulis pada kehidupanku. Karena akan terasa sangat hampa bagiku jika tak memiliki tempat untuk berbagi cerita selain dengan sahabat-sahabatku. Walaupun memang dekat, tapi pastinya mereka tak selalu siap sedia menemani selama 24 jam. Mereka pun punya kegiatan, urusan, dan dunianya masing-masing, begitu pula denganku. Agar merasa tak sendiri, aku lebih memilih menceritakan segala keluh kesah dan bahagiaku melalui tulisan. Tanpa perlu takut medapatkan komentar-komentar yang mungkin tidak siap untuk diterima ataupun kau dengar. Kurasa menulis adalah tempat terbaik untuk bercerita kedua selain bercerita kepada-Nya.

Entah alasan apalagi yang harus ku sebutkan tentang alasan mengapa aku menulis. Aku tak tahu kata apa yang tepat untuk mengekspresikan rasa sukaku terhadap menulis. Cinta? Ku pikir lebih dari itu. Menulis adalah segalanya bagi ku dia menghilangkan stress, menjadi teman bercerita, sebagai pengingat diri dan masih banyak lagi. Kurasa aku punya seribu alasan untuk menulis. Bagiku menulis bagaikan obat penenang hati, jika aku tidak meminumnya aku akan merasa sakit. Suatu penyakit akan kambuh dan tak lekas sembuh. Menulis merupakan sumber kesenanganku dan juga bagian dari diriku. Jika aku kehilangan hasrat untuk menulis, aku pun kehilangan diriku.

 

Tentang penulis :

Penulis yang bernama lengkap Nur Fadilah Kurnia ini lahir di Cirebon, 10 Agustus 2000. Selain gemar menulis dan membaca, perempuan yang sedang menempuh pendidikan S1 bahasa Inggris tersebut mempelajari berbagai macam bahasa asing dan tertarik dalam dunia seni seperti musik, film, karya lukis dan mode.

Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis