MENJADI SEORANG PENULIS, PASTI BISA

OLEH : ASLAN LA ASAMU

Menulis merupakan aktifitas yang menyenangkan dan  mengasyikan, kenapa? Karena dengan menulis akan mempermudah kita dalam menyampaikan ide atau gagasan yang kita miliki, yang nantinya akan bermanfaat buat orang banyak. Maka dengan menulislah gagasan itu akan tersampaikan.

Menulis bisa kapan saja dan dimana saja, media dalam menulispun juga bermacam-macam, baik melalui kertas, smartphon, Komputer / Leptop atau media mana saja yang memungkinkan buat  menulis

Oleh karena itu yang menjadi salah satu alasan saya untuk menulis yaitu agar dapat menyalurkan ide atau gagasan yang saya miliki, karena dengan menulis saya akan mencoba menjadi orang yang menyebarkan kebaikan.

Terkait tentang kepenulisan, maka perlu kita mengambil perkataan dari seorang ulama yang memiliki keilmuan yang banyak dan sekaligus  memotivasi buat kita semua terutama diri saya pribadi tentang betapa pentingnya kita menulis, sebagaimana perkataan Imam al-Ghazali, beliau pernah berkata :

"Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". [Imam Al-Ghazali]

Kemudian perkataan Ali bin Abi Thalib yang selalu kita baca dan dengar perkataannya sangat memotivasi kita, yaitu

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak" [Ali bin Abi Thalib]

Perkataan Ali bin Abi Thalib tersebut, mengandung makna yang mendalam, tentunya bagi siapa saja yang tertarik kepada dunia kepenulisan, pasti menginginkan karyanya di kenang sepanjang masa, walaupun nanti kita telah wafat, namun tulisan-tulisan kita akan memotifasi bagi yang membacanya.

Olehnya itu, bagi kita semua, jangan berhenti menulis terus berkaya, jadikan tangan dan jemari kita untuk menghasilkan karya-karya yang terbaik, yang kemudian akan dikenal orang, dengan karya yang kita miliki.

Bahkan ada perkataan Napoleon Bonaparte yang sangat venomenal yaitu : 'Aku lebih takut dengan seseorang yang memegang pena (penulis) dari pada prajurit yang bersenjatakan lengkap"

Nampaknya ungkapan tersebut ada benarnya juga, ya memang benar, coba deh teman-teman pikirkan, buku-buku yang teman-teman baca saat ini, atau buku-buku yang terdapat di toko buku atau di perpustakaan, semuanya itu menunjukan bahwa sang penulis berhasil membuat karya atau idenya dengan tulisan yang kemudian di cetak menjadi sebuah buku.

Walaupun penulisnya telah tiada (wafat) tetapi karya-karyanya masih tetap di baca hingga saat ini. Sebagai contoh ulama-ulama terkenal seperti Imam Nawawi, Imam Syafii dan Imam Ghazali mereka sudah wafat lebih seribu tahun

Seperti Imam Nawawi menulis kitab Riyadhush Shalihin, kitab yang ditulis Imam Syafi'I yang paling terkenal adalah al-umm. Adapun karya Imam Ghazali adalah ihya Ulumuddin.

Semua kitab tersebut diterjemahkan dalam berbagai Bahasa di dunia, sehingga menjadi rujukan ummat islam dunia

Berkaca kepada ulama-ulama dulu yang banyak menghasilkan karya-karya yang luar biasa, yang hingga saat ini masih menjadi rujukan di Sekolah-sekolah bahkan di perguruan tinggi, maka sebaliknya kita yang memiliki banyak waktu luang, masih muda, harus lebih banyak menghasilkan karya-karya yang berguna.

Menulis merupakan salah satu cara agar karya-karya kita bisa bermanfaat buat orang banyak. Memang benar menulis itu susah dan berat butuh waktu yang panjang, agar kita bisa hebat dalam menulis. Namun bukankah seseorang berhasil dalam menulis karena melalui tahapan yang berat juga.

Bukankah segala sesuatu tidak ada yang instant? Bukankah orang yang sukses karena melalui peroses belajar yang panjang?

Menjadi penulis yang handal dan hebat pasti membutuhkan waktu yang cukup panjang. Ketekunan (Istiqomah) dan kesabaran dalam menulis kunci dari keberhasilan. Teruslah latih kebiasaan menulis agar kita terbiasa dalam menulis.

Namun yang perlu teman-teman ketahui bahwa, menjadi seorang penulis pastinya dipengaruhi dari sudut pandang dia mulai menulis, artinya sebelum menulis dia sudah memiliki pemikiran awal atau pemikiran mendasar yang dia miliki.

Sebagai contoh seorang Muslim yang meyakini islam sebagai agamanya, tentunya memiliki pemikiran mendasar tentang pemikiran Islam, ketika menulis dan menghasilkan sebuah Kitab (Buku), sehinggga karya tulisannya akan mengikuti apa yang ada dalam pemikiran atau sudut pandang dalam kehidupan, maka akan menghasilkan karya berdasarkan sudut pandang Islam.

Menjadi seorang penulis meski memiliki sudut pandang, sudut pandanglah yang akan menentukan arah dari isi tulisan, sebagai contoh ketika ada seseorang yang menulis terkait sayur jengkol, bagi penulis yang hobi makan sayur jengkol, dia menganggap bahwa sayur jengkol makanan yang menyehatkan, kemudian dia menulis bahwa sayur jengkol baik bagi kesehatan. Sedangkan ada penulis yang benci dengan sayur jengkol, kemudian dia menulis bahaya dari sayur jengkol.

Jadi kita bisa melihat ada dua sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi suatu fakta. Maka sudut pandang itu sangat penting, yang akan berefek pada pola pikir dan pola sikap. Sama halnya dengan fakta sayur jengkol.

Sudut pandang akan melahirkan pola pikir dan pola sikap, kita sering melihat, ada orang yang hobi membaca buku berceritakan  horror, dan ada orang yang hobi membaca cerita percintaan, atau bahkan ada diantara kita yang hobi menulis cerpen dan Novel.

Itu semua tergantung dari sudut pandang masing-masing orang. Orang yang suka menulis cerita-cerita horror mungkin dia anggap cerita itu yang sangat menarik bagi dia, begitu juga cerita yang lain, baik itu Novel, Cerpen, atau bahkan puisi.

Maka dari itu setiap penulis pasti memiliki sudut pandang. Jadi pertanyaannya apakah anda sudah memiliki sudut pandang? Sudahkah anda mengetahui apa yang ingin di tulis?

Saya senang menulis artikel terkait berita-berita yang di media sosial maupun di televisi. Namun Saya tidak tertarik menulis cerpen, apa lagi puisi. Itulah sudut pandang saya ketika menulis. Teman-teman pasti memiliki sudut pandang yang lain, yang boleh jadi berbeda dengan saya. Maka ketika teman teman sudah mendapatkan sudut pandang tertentu dalam menulis maka lakukanlah.

Perlu di ingat bahwa, sudut pandang akan membuat penulis semakin bersemangat dalam menulis, dia akan termotivasi dalam menentukan tema-tema, ide-ide penting dalam menulis. Sehingga akan menimbulkan habits dalam dirinya.

Bukankah penulis yang handal yang banyak menghasilkan karya yang luar biasa, di sebabkan oleh Habits (kebiasaan), maka mulailah tanamkan habits dalam diri kita.

Habits akan melahirkan kebiasaan kita dalam menulis, sehingga menulis menjadi bagian dari hidup kita, maka impian kita ingin menjadi penulis yang banyak menghasilkan karya-karya luar biasa akan terwujud.

Oleh karena itu ada dua poin yang perlu di ingat bagi seorang penulis yakni pertama tentukan pola pikir apa yang cocok buat teman-teman ketika menulis, agar tulisan kita bermanfaat bagi semua orang dan tidak melenceng dari koridor Agama Islam

Kedua lakukan Habits menulis tiap saat bahkan kalau perlu tiap hari harus ada yang ditulis, walau berat diawal namun akan terbiasa dan mengasyikan ketika kita lalui semua.

Maka melalui tulisan ini saya ingin berpesan kepada teman-teman dan diri saya pribadi, bahwa menulis aktifitas yang sangat mudah, sebagaimana keseharian kita menulis pesan di handphone kita, bahkan tiap hari jari jemari kita selalu menulis pesan baik di WA, Instagram, FB, Twiter, dll itu semua menunjukan bahwa kita bisa menulis, dan itu bisa kita lakukan.

Lantas kenapa kita menganggap menulis itu berat dan membosankan? Mari, mulai sekarang kita buang jauh-jauh pikiran negative, pikiran yang membuat kita malas untuk menulis,  karena sejatinya menulis itu sangat mudah

 

Tentang Penulis


Aslan La Asamu, lahir di Kendari tanggal 27 September 1989, seorang Ayah yang bertekad mengantarkan anak dan istri menuju syurga. saya hanya seorang pembelajar yang bertekad menghasilkan karya dengan tulisan yang saya miliki buat orang banyak, karya saya bisa di lihat di IG @aslan.1924 adapun saran melalui email : alastrulaby@gmail.com



Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis