MEMERDEKAKAN DIRI MELALUI AKSARA

Oleh: Endah Novitasari

 

Setiap kegiatan yang kita lakukan pasti memiliki alasan, baik kegiatan yang dinilai positif maupun negatif selalu disertai oleh alasan. Seperti halnya dengan kegiatan menulis. Bagi sebagian orang, menulis merupakan kegiatan yang membosankan dan tidak bermanfaat. Namun, bagiku, kegiatan menulis memiliki beragam manfaat. Aku menulis karena beberapa alasan, di antaranya ialah:

1.      MEMERDEKAKAN DIRI MELALUI AKSARA

Menulis sebagai tempat untuk memerdekakan diri. Saat dunia tak mampu membuat diri ini merdeka, aksara menjadi tempat yang tepat memerdekakan diri. Meski tak didengar orang lain, diri ini pantas memerdekakan dirinya melalui rangkaian aksara yang tiap ujarannya memiliki makna mendalam. Kita seringkali kecewa dengan telinga yang tak mampu mendengar, mulut yang tak mampu berbicara dengan layak, juga mata yang selalu tertutup akan kebenaran. Namun, hati ini masih pantas dan layak untuk merdeka.
Merdeka dari segala belenggu yang hanya bisa kita utarakan melalui tulisan.

 

2.      MERAWAT KENANGAN

Hidup kita dipenuhi dengan berbagai kenangan. Entah itu manis, pahit, suka, juga duka. Seiring bertambahnya usia, memori kita akan semakin payah dalam mengolah kenangan. Mungkin ia lelah. Meski begitu, semua kenangan di memori kita perlu dirawat. Jasad boleh sirna, tapi kenangan harus tetap abadi. Itulah mengapa aku menulis, guna merawat kenangan. Aku sadar semakin bertambahnya usia, memoriku akan melemah. Namun, kenangan di hidupku tidak boleh lenyap. Ia harus kekal dan hidup di dalam aksara.

 

3.      MENGEJA DAN MELEBURKAN LUKA

Hidup tidak selalu diliputi suka. Terkadang duka hadir untuk memberi warna di hidup kita. Melatih kita menuju tahap pendewasaan jiwa. Terkadang, kita lebih suka menyembunyikan rasa duka akibat luka. Mengubur dalam ingatan. Padahal, luka itu haruslah disembuhkan. Luka perlu dieja satu demi satu agar kita semakin mahir melafalkan dan mudah memahaminya. Dengan begitu, luka itu akan lebur seiring waktu. Sebab, luka juga bagian kenangan di hidup kita yang semakin kita curahkan, semakin mudah pula kita sembuhkan. Itulah alasan aku menulis, mengeja luka dan meleburkannya melalui aksara.

 

4.      MENSYUKURI KEBAHAGIAAN

Rasa bahagia menjadi kenangan yang paling sering terlupakan. Mengapa? Karena diri kita terlalu fokus terhadap rasa sedih. Itulah yang membuat jiwa kita cenderung kurang bersyukur. Ketika kita dihampiri kebahagiaan, justru kita sering melupakan atau tidak menyadari kehadirannya. Mungkin kita merasa kebahagiaan itu hanyalah sepele, tidak patut disyukuri. Padahal, bisa saja kebahagiaan yang datang itu merupakan kebahagiaan yang sangat dinantikan oleh orang lain. Itulah mengapa aku menulis. Aku harus mengekalkan setiap kebahagiaan yang datang di hidupku. Mengapa? Agar aku senantiasa bersyukur dan tidak terlalu fokus terhadap kesedihan. Sebab, jika dibandingkan, kesedihan itu tak ada artinya dengan begitu banyaknya kebahagiaan yang hadir di hidup kita.

 

5.      MENGABADIKAN PIKIRAN

Terkadang memori kita penuh dengan pikiran-pikiran luar biasa. Pikiran yang berisi berbagai ide, opini, juga motivasi yang dapat menularkan dan menumbuhkan semangat di diri sendiri, bahkan orang lain. Sangat disayangkan bila pikiran-pikiran positif di memori kita hilang begitu saja termakan usia. Setiap orang memiliki potensi untuk menciptakan ide kreatif, tetapi tidak semua orang mampu mengaplikasikannya. Pikiran kreatif sangat mudah hilang dan terlupakan jika tidak kita abadikan dalam aksara. Maka, abadikan segala gagasan positifmu melalu aksara agar kekal tak tergerus masa.

 

6.      MENEMUKAN DAN MENUMBUHKAN JIWA

Terkadang kita merasakan hidup hanya sekadar hidup. Menjalani segala sesuatu yang telah digariskan, tetapi merasa hambar. Mengapa? Sebab kita mungkin belum menemukan atau kehilangan jiwa kita, semangat kita, bahkan jati diri kita. Kita mungkin belum sepenuhnya mengenal diri dan jiwa kita.  Kita seringkali terlalu fokus terhadap raga. Memoles dan memperindahnya agar layak di mata dunia. Namun, kita lupa untuk memastikan jiwa kita tetap ada, tetap sehat, dan layak untuk menghadapi kerasnya dunia. Melalui tulisan, kita akan mampu menemukan dan menumbuhkan jiwa kita yang sesungguhnya.

 

7.      MEMBANGUN RUANG UNTUK JIWA YANG LELAH

Aku menulis karena aku ingin membangun ruangku sendiri. Ruang yang hanya dapat aku masuki untuk diriku sendiri. Sebab, jiwa ini terkadang terlalu lelah dalam ruang yang penuh kepura-puraan dan keterpaksaan. Tak dapat bersuara sesuai nurani yang dirasa. Hanya bergerak sesuai kelogisan semata, bukan pada kehendak jiwa yang kian resah. Jiwa ini terlalu lelah dan payah untuk terus berpura-pura dalam ruang di luar sana. Aku butuh ruangku sendiri. Ruang yang tak menuntutku berkehendak sesuai perintah. Aku ingin ruang yang dapat membebaskan jiwaku, lelahku, juga inginku. Bukan ruang yang menuntut keharusanku. Aku menulis, aku bebaskan jiwaku. Aku menulis, aku pulangkan lelahku. Aku menulis, aku pulihkan mentalku.

 

8.      MENGAPRESIASI DIRI

Aku menulis karena aku harus menghargai diriku sendiri. Menuliskan hal-hal baik yang telah diri ini usahakan merupakan bentuk apresiasi diri terbaik. Terkadang kita terlalu sering menyalahkan diri sendiri tatkala kita gagal mencapai sesuatu. Menghardik diri karena masih berdiri di jalan yang sudah mampu orang lain lewati. Merasa insecure ketika melihat diri ini tidak mampu sepadan dengan titik yang telah orang lain tempuh. Padahal, diri ini sudah sangat gigih berjuang melewati jalan yang menjadi rutenya sendiri. Kita tak sepatutnya membandingkan rute yang kita lewati dengan orang lain, sebab tujuan kita pun berbeda. Kesuksesan kita ada rutenya masing-masing. Untuk itulah, berhenti menghardik diri. Tuliskan tak henti-hentinya ucapan terima kasih pada diri sendiri karena telah gigih berjuang hingga detik ini. Terima kasih diriku. Kamu berharga dan layak untuk berbahagia. Mari terus berjuang menuju titik kehidupan ini dengan rutemu sendiri.

 

9.      BELAJAR BERKOMITMEN

Zona nyaman memang sering membuat kita kurang produktif. Rasa nyaman pun seringkali merayu kita agar tidak disiplin. Menunda pekerjaan, salah satunya. Alhasil, kita sering terlambat dalam mengerjakan suatu hal, bahkan tidak menyelesaikannya. Begitu pula dengan rencana yang telah kita pikirkan justru sering tidak terealisasikan. Hanya sekadar ingin lalu berakhir menjadi angan yang terbuang. Hal itu terjadi karena kita kurang berkomitmen pada diri sendiri. Sering membenarkan pelanggaran pada diri sendiri membuat kita sulit untuk berkomitmen. Akibatnya, diri ini menjadi manja dan berdiam di zona nyaman. Tidak bergerak sama sekali. Karena itulah aku menulis, guna memaksaku terus bergerak. Melatih diriku untuk berkomitmen, tidak melulu membenarkan ketidakdisiplinanku. Ya, aku menulis karena aku harus belajar berkomitmen pada diriku sendiri sebelum berkomitmen pada orang lain.

 

10.  REFLEKSI DIRI

Alasan menulisku yang terakhir ialah sebagai caraku untuk melakukan refleksi diri. Analisis terhadap diri sendiri penting untuk dilakukan. Sebab, kita akan lebih mengenal, memahami, serta menyadari segala kelebihan dan kekurangan pada diri sendiri. Kita pun akan mampu menyelami lebih dalam apa yang selama ini jiwa kita rasakan lewat memori-memori yang kita torehkan dalam tulisan. Kemudian, kita akan belajar apa saja yang seharusnya dipertahankan dan diperbaiki untuk langkah kita selanjutnya. Melalui tulisan-tulisan itulah kita dapat lebih memahami permasalahan diri kita sendiri. Kita menjadi sadar dan lebih menghargai waktu kita untuk memperbaiki diri, bukan mencari-cari celah kelemahan orang lain.
Menulislah agar kita dapat lebih mengenal diri sendiri. Menulislah untuk alat refleksi diri. Menulislah agar kita lebih sibuk memperbaiki diri daripada mengurusi kehidupan orang lain. Menulislah karena dirimu layak untuk kau kenal lebih dalam dibanding orang lain.


Tentang Penulis:

Endah Novitasari lahir di Wonogiri, 07 November 1995. Ia menyenyam pendidikan S-1 Pendidikan Bahasa Indonesi, Universitas Negeri Jakarta. Kini, ia menekuni bidang pendidikan dengan mengajar di salah satu sekolah swasta sebagai pengajar Bahasa Indonesia. Menulis merupakan cara bagi dirinya untuk memerdekakan diri dari belenggu ingatan.











 

Share:

8 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis