Oleh : Anita Gusmiarti
Ketika bahu tak lagi menemukan sandaran. Ketika lidah tak mampu lagi berucap. Pena dan kertas akan selalu menjadi teman dikala sepi. Coretan pena yang selalu menghiasi kertas kalbu, menjadi teman di lautan samudera hati. Dia teman dikala sepi. Penghibur dikala lara. Dia adalah pena dan catatan kecilku. Dia adalah teman dikala sepi yang selalu setia membersamaiku.
Setiap orang tentu memiliki cara untuk menuangkan ide dan gagasan. Tak sedikit orang yang langsung bisa mengutarakan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan kepada banyak orang tanpa menulis terlebih dahulu tapi tak sedikit juga orang yang harus menuliskan ide dan gagasannya pada selembar kertas sebelum berbicara di depan umum. Tentu ini tidak salah menuangkan ide dan gagasan bisa dimana saja bahkan berbentuk tulisan. Aku salah satu orang yang lebih senang menuangkan ide dan gagasan melalui tulisan, dengan menulis aku lebih leluasa berpikir dan lebih bisa mengekspresikan maksud dan tujuanku melalui tulisan dari pada berbicara langsung.
Tentu menulis menjadi hal yang paling menyenangkan bagi setiap orang yang mencintai dunia literasi. Membaca dan menulis adalah suatu kesatuan yang pasti saling berkolerasi. Berbicara mengenai penat, setiap orang pasti memiliki cara untuk menghilangkan penatnya masing-masing. Ada banyak cara yang dilakukan bisa dengan cara mewarnai, mendengarkan musik, menontom film atau bahkan dengan menulis. Yahh menulis adalah caraku untuk dapat menghilangkan penat. Ketika hati tak tau lagi harus berbuat apa salah satu cara ampuh mengobatinya adalah dengan cara menulis. Menulis dapat membuat hatiku lebih legah dan menulis dapat membuat suasana hatiku menjadi lebih baik. Teruslah menulis untuk kesehatan hatimu.
Kala rindu mengingat kembali masa-masa yang telah terlewati disaat itu coretan pena menggoreskan tintanya kembali. Kadang rindu tak selamanya harus dituntaskan dengan temu karena kisah yang ada hanya tinggal kenangan, menulis tentangmu adalah obat yang paling ampuh untuk mengobati rindu.Jika merindukan kisah-kisah lalu, menulis adalah caraku mengobatinya.
Bagiku menulis merupakan ruang berbagi disetiap keadaan. Entah itu sedih, senang, bahagia, duka, atau rasa apapun itu menulis tetap menjadi ruang berbagi yang selalu dapat memahamiku. Bukan hanya itu, dengan menulis dan membagikan kisah yang kita rasakan dapat juga menjadikan orang lain merasa termotivasi dan merasa dimengerti. Teruslah berbagi melalui tulisan-tulisanmu.
Acap kali diri ini lupa untuk tujuan yang ingin dicapai, akan target yang ingin didapatkan, tapi dengan menulis menjadi pengingat diri bahwa masih banyak hal yang harus digapai. Masih banyak hal yang harus diselesaikan. Coretan-coretan pengingat diri selalu menghiasi lembaran buku dan selalu kusempatkan kubaca agar semuanya tak hanya menjadi coretan semata, tapi dapat terwujud.
Setiap orang pasti memiliki impian masa kecil, impian yang selalu terbayang sampai ia menjadi sosok dewasa.Yah menjadi penulis adalah impianku sedari kecil, aku ingin menghibur dan memotivasi orang lain melalui media tulis. Aku ingin dapat menyentuh hati seseorang ketika membaca tulisanku, dan impian tersebut hingga saat ini masih kuusahakan. Semoga impian masa kecilku dapat terwujudkan. Rasanya bahagia sekali ketika dapat menyentuh hati seseorang melalui apa yang kita tulis.
Evaluasi diri dilakukan guna untuk meningkatkan kualitas diri ke arah yang lebih baik. Seringkali ketika aku melakukan sesuatu dan berbuat kesalahan aku sering menulisnya di bukuku dengan harapan tidak mengulang kembali kesalahan yang sama. Menuliskan hal yang menjadi kekurangan saat melakukan sesuatu sangat bermanfaat untuk evaluasi diri ke depan.
Kamu bisa bayangkan jika tak ada tulisan yang memuat sesuatu yang telah terjadi atau yang dikenal dengan sejarah tidak akan bisa tersampaikan dengan baik sampai saat ini. Begitu pentingnya menulis untuk dapat menguatkan sejarah dan membangun peradaban melalui sketsa-sketsa tulisan. Itulah salah satu alasanku ingin tetap menulis, aku ingin melukis sejarah dengan benar dan membangun peradaban dengan tepat.
Dengan menulis dapat menyembuhkan hati yang letih, dengan coretan tipis dapat membuang penat hilang. Ketika menulis dan melepaskan yang menjadi resahku diujung coretan aku selalu menyelipkan kata "semangat untuk hari esok" dan benar ini sangat ampuh untuk menyemangati diriku sendiri.
Tentang Penulis :
Anita Gusmiarti, lebih akrab dipanggil Anita. Lahir 22 tahun lalu tepat tanggal 20 Agustus di Sumbawa, NTB. Saat ini menjadi Mahasiswi tingkat akhir jurusan Statistika UII Yogyakarta. Si melankolis yang hobi menulis. Si langit biru yang mencintai langit malam. Untuk lebih akrab silahkan hubungi penulis di Instagram @nit_usman.
Menuangkan perasaan dan wawasan. Antara hati dan pikiran. Semangat terus menulis, lembutkan hati agar terus merasa, tajamkan pikiran agar terus peka, karena menulis adalah keberanian.
ReplyDeleteSemangat berkarya, Kak. 😊
ReplyDeleteMampir di karyaku juga yaaa. Judulnya "Limadza Aktubu?". 😊
Semangat menulis kak, tulisannya keren 😊
ReplyDeleteBakat terpendam yg semakin hari semakin diasah dan semakin berkelas tulisannya.. Semangattt berkarya my bestfriend. Always support you❤
ReplyDelete