Karena Menulis Tidak Hanya untuk Menghasilkan Cerita



Oleh : Lisda Rimayani Nasution

 

Jari jemari ini mulai sibuk menekan satu per satu huruf pada tuts keypad di telepon seluler pada genggaman, berharap ada sebuah cerita yang akan tercipta. Cerita yang nanti akan menjadi saksi bahwa kegiatanku selama kampus lockdown tidak hanya rebahan, makan, rebahan, makan, berulang seperti itu setiap harinya hingga situasi kembali menjadi normal. Setidaknya dengan menulis cerita, ada satu kegiatanku yang agak produktif meski mungkin aku pun mengerjakannya sambil makan dan rebahan.


Kampus tempatku menimba ilmu dan mengais rezeki kembali melakukan lockdown demi untuk mencegah penularan virus yang sedang menjadi primadona perbincangan setiap kita di seluruh belahan bumi ini. Sejak kampus lockdown, agar kegiatanku tidak hanya rebahan dan makan maka aku mulai membiasakan diri untuk menulis cerita, meski tak banyak yang bisa ku tulis tetapi aku berharap kegiatan ini bisa membuat pikiranku bekerja agar otak ini tidak menjadi beku karena terlalu banyak makan dan rebahan.


Terlahir dengan daya imajinasi tinggi tak menyulitkanku untuk menjadikan sesuatu sesuai dengan apa isi kepalaku. Ketika kecil, di saat anak-anak seusiaku bermain dengan boneka sungguhan, aku malah bermain dengan sikat gigi yang ku hayalkan sebagai boneka. Ibuku bukan tak pernah membelikan boneka untukku, namun rasa takut terhadap boneka menjadikan aku urung bermain dengan boneka-boneka tersebut. Aku merasa boneka-boneka itu akan hidup ketika aku tidur, begitu imajinasiku. Karenanya seluruh bonekaku dihibahkan ibu kepada sepupu dan tetangga sekitar rumahku.


Jika sewaktu kecil imajinasiku tersampaikan dengan memainkan boneka sikat gigi, maka ketika aku beranjak remaja hingga dewasa, menulis adalah cara yang kupilih agar imajinasiku tersampaikan dan terarah. Suasana lockdown saat ini telah mengurangi banyak aktivitasku di luar rumah akibatnya banyak waktuku yang terhabiskan dengan berhayal dan berimajinasi, agar imajinasi itu tak menjadi sia-sia maka ku tuangkan saja dalam bentuk sebuah tulisan.


Kebijakan lockdown yang ditetapkan oleh kampus tempatku mengais rezeki dan menuntut ilmu ini mewajibkan kami untuk bisa bekerja dari rumah. Kebijakan yang menuntut kami harus mampu bekerja secara mandiri di rumah, jauh dari keramaian serta aktivitas riweh dan padat di kampus. Merasa sepi dan sunyi serta sendiri, tak ada teman tempat berbagi cerita ketika jenuh sudah melanda. Jika di kampus mungkin bisa langsung mengobrol dengan rekan kerja seruangan ketika jenuh melanda, namun ketika di rumah tak ada teman yang bisa diajak untuk mengobrol. Di depan tembok, di belakang tembok, di kanan tembok, di kiri pun tembok. Jalan satu-satunya untuk mengusir sepi dan jenuh adalah dengan menulis, menulis apa pun untuk nantinya disampaikan kepada teman lewat pesan pribadi maupun pesan grup.


Selama lockdown ada banyak peristiwa yang kita alami dan lalui setiap harinya, entah itu nantinya akan menjadi kisah suka maupun duka untuk dikenang. Ada kisah yang tersimpan dalam bentuk ingatan, ada yang dalam bentuk potret kenangan, banyak juga yang kita simpan dalam bentuk tulisan. Yang disimpan dalam bentuk ingatan mungkin lama kelamaan akan hilang seiring bertambahnya kisah yang akan kita simpan dan kenang. Yang disimpan dalam bentuk potret kenangan mungkin lama kelamaan akan memudar seiring bertambahnya masa usia, dan tak semua kisah bisa kita simpan dalam bentuk potret kenangan. Yang disimpan dalam bentuk tulisan mungkin punya waktu simpan yang lebih lama, tulisan tak kan hilang, tak kan pudar, selamanya ia kan meninggalkan jejak kenangan.


Kebijakan lockdown ini juga membuatku sulit untuk bertemu dengannya, lalu ketika kami bertemu, bibir ini menjadi tak kuasa untuk mengungkapkan secara langsung kata rindu dan cinta padahal ia sudah ada di hadapan. Bibir bungkam sementara jari jemari dengan lincahnya membentuk susunan kata-kata berisikan ungkapan rindu dan cinta untuk ia yang ada di hadapan. Kadang tak habis pikir sendiri entah mengapa begitu sulit berucap sementara begitu mudah menulis. Hingga kini, belum pernah sekalipun aku mengungkapkan rindu dan cinta melalui ucapan di bibir kepadanya. Namun, ungkapan rindu dan cinta yang kusampaikan melaui sebuah tulisan jangan ditanya sudah berapa banyak, sudah tak terhitung. Aku percaya meski ia tak membaca semua tulisan itu, ungkapan rindu dan cinta ini akan selalu tersampaikan padanya lewat untaian bait-bait doa yang selalu kutujukan untuknya. Lewat pesan yang Allah kirimkan sendiri padanya.


Menurut hematku, menulis adalah pekerjaan mudah dan setiap orang tentu bisa menulis, buktinya setiap hari kita menulis. Menulis apa saja, entah itu berupa quote, pesan singkat melalui aplikasi chat, status maupun caption pada postingan di media sosial. Tanpa sadar saat kita menulis ternyata akan ada satu kosa kata yang bertambah. Semakin banyak yang kita tulis maka akan semakin banyak kosa kata yang harus kita punya dan ketahui, karena kosa kata yang tidak diperbaharuirui dan diperkaya akan menjadikan tulisan kita membosankan dan monoton.


Bagiku menulis seperti bernyanyi tanpa nada, menyuarakan isi hati dengan kata. Aku yang  terbuai dengan suara indahnya, sementara aku sama sekali tak mampu membalasnya dengan suara yang sama indah karena untuk berbicara saja kadang suaraku tak enak didengar apatah lagi jika harus bernyanyi. Nyanyianku tak bernada itu yang sering dia katakan padaku maka menulis menjadi satu-satunya pilihanku untuk bisa membalas setiap nyanyian merdu darinya, karena hanya itu yang aku bisa.


Di masa lockdown ini, mengumpulkan pahala itu mudah sama halnya seperti mengumpulkan dosa. Jika ingin mengumpulkan pahala maka perbanyaklah melakukan kebaikan, sebaliknya jika ingin mengumpulkan dosa maka perbanyaklah melalakukan keburukan. Pilihannya ada pada diri kita masing-masing. Menulis yang bermanfaat dan mengandung kebaikan maka akan mendapat pahala, sebaliknya menulis yang tidak bermanfaat serta mengandung keburukan atau maka akan mendapat dosa. Harapanku, semoga dengan menulis ada banyak kebaikan yang bisa kuperbuat dan lakukan sehingga menambah pahala yang terkumpul dan mengurangi dosa yang menumpuk.


Selain mengadu kepada Allah, tempat mengadu terbaik saat perasaan sedih, marah dan kecewa melanda adalah melalui sebuah tulisan. Menuangkan seluruh emosi dan perasaan ke dalam sebuah tulisan terbukti ampuh meredakan perasaan sedih, kecewa bahkan marah. Tulisan adalah satu dari tempat terbaik untuk mengadukan segala rasa yang kadang tak bisa kita sampaikan, tak bisa kita utarakan, tak bisa kita pendam sendiri dan saat tak ada yang bisa mendengarkan kita, terutama pada situasi lockdown dan pandemik seperti ini yang setiap orang memiliki kesedihan dan masalahnya sendiri.


Meski lockdown cita-cita dan target di tahun ini harus tetap kita upayakan untuk terwujud. Agar cita-cita dan target itu tidak terlupa maka selalulah tulis apa yang kau kerjakan dan kerjakan apa yang kau tulis. Tulis cita-citamu lalu kerjakan apa yang akan mendekatmu pada cita-cita dan target yang akan kau gapai. Dalam keseharian, biasakanlah menulis apa yang akan kau kerjakan hari demi hari agar harimu lebih terarah menuju cita-cita yang kau impikan. Seperti yang aku lakukan, sejak lockdown aku tetap berupaya untuk tetap menulis cerita yang mengingatkanku pada mimpi, cita-cita dan target-target yang harus aku raih. Kamu juga bisa mulai menuliskan apa mimpimu, harapanmu dan cita-citamu meski yang kau tulis hanya satu atau dua kata setiap hari. Percaya padaku, menulis itu memiliki banyak manfaat, karena menulis tidak hanya untuk menyiptakan sebuah cerita tetapi lebih dari itu, menulis itu memiliki banyak manfaat dan makna.

 

 

                                                                                                Medan, 9 Agustus 2020

 

 

 

TENTANG PENULIS

Lisda Rimayani Nasution, nama yang orangtuaku pilihkan untukku. Usiaku 29 tahun tetapi aku masih merasa muda dan merasa masih menjadi mahasiswa karena pekerjaanku sebagai Dosen membuatku tidak pernah meninggalkan dunia kampus. Menulis adalah kesukaanku karena bisa menghibur jiwa, sama seperi memasak dan travelling.

Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis