Seni Mengenal Diri

Oleh: Syarifah Qairani HR


            Manusia adalah makhluk yang unik. Bagaimana tidak? Coba tanyakan kepada setiap manusia, "apakah kamu mengenal diri mu dengan baik?", manusia langsung terdiam, bingung mau jawab apa. Berbanding terbalik ketika ditanya tentang orang yang dekat dengan mereka.

            Tetapi, tenang saja karena pada awalnya manusia tidak mengenal diri nya dengan baik. Namun, pada akhirnya setiap jalan yang ditapaki manusia selalu berharap agar mengenal diri nya dengan baik.

            Berikut tahap-tahap yang saya telah dilewati menuju pengenalan dengan diri sendiri:

1.      Bertahan

Sebelum mengenal diri sendiri, tentu saja kita harus bertahan kan? Berusaha untuk bertahan melanjutkan hidup yang meski tak tau apakah besok masih hidup atau tidak, yang penting tetap bertahan!

Sadar atau tidak, menulis adalah bagian dari kebutuhan untuk bertahan hidup. Tidak percaya? Ayo, coba dipikir ulang lagi.


2.      Nama

Tidak ada manusia yang lahir ke dunia tanpa nama dan nama merupakan unsur terpenting untuk mengenali diri kita sendiri.


3.      Komunikasi

Media komunikasi ternyaman saya adalah tulisan.

Salah satu dosen pernah berkata seperti ini, "manusia dikatakan 'manusia' ketika telah memaksimalkan potensi yang diberikan Tuhan kepada nya. Terutama memaksimalkan potensi 'komunikasi' nya".

Kemudian, opini saya berkata, komunikasi tidak hanya tentang mengucapkan kata-kata dari "mulut" saja karena mengingat bahwa tidak semua manusia lahir dalam keadaan yang "sama". Mungkin dahulu, sebelum ada bahasa isyarat, menulis adalah jalan komunikasi mereka. Namun, itu tidak mengurangi eksistensi mereka sebagai manusia kan?


4.      Menerima dan Mengakui

Semenjak belajar ilmu tentang gejala jiwa, saya mulai mengerti mengapa orang-orang kesal jika sudah muncul emosi negatif. Menurut opini saya, salah satu penyebab mengapa orang-orang kesal jika emosi negatif (seperti sedih yang berujung menangis) muncul adalah orang-orang disekitar kita sering mengatakan "Jangan cengeng!".

Ketika emosi negatif muncul, apakah itu sebuah kesalahan? Bukankah itu menandakan kalau kita manusia? Manusia kan tidak hanya merasakan emosi positif saja. Dari sekarang, mulai tanamkan ke diri, bahwa kita hanya perlu menerima dan mengakui ketika emosi negatif itu muncul. Meskipun merima dan mengakui itu memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi bukan hal yang mustahil untuk dilakukan kan?


5.      Organisasi
Saya hanya seorang sekretaris di organisasi terkecil di sekolah yaitu, "organisasi kelas". Langganan dari SD-SMP, ketika teman-teman selesai mencatat, saya belum. Anda pasti tau kenapa saya belum selesai. Tulisan saya dibuku menjadi besar-besar dan itu membuat kesal. Pasalnya, ketika di papan tulis, tulisan saya tidak besar-besar.

Apakah kalian yang pernah menjadi sekretaris kelas mengalami hal yg sama seperi saya?


6.      Dia

Pemuda millennial pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah "doi" yaitu singkatan dari dia orang istimewa. Layaknya manusia pada umumnya, saya mempunyai perasaan yang tidak bisa diucapkan dengan "gamblang" kepada orang yang bersangkutan. Akhirnya media kertas dan memo di ponsel yang menjadi pelampiasan saya.

Skenario yang Tuhan tulis memang tidak terduga, saya tidak menyangka bahwa Dia adalah salah satu orang yang menghantarkan saya ke gerbang pengenalan diri saya sendiri.


7.      Tere Liye

Beliau adalah salah satu penulis terkenal di Indonesia. Semua buku beliau mengandung pesan kehidupan sederhana yang sering kita lupakan namun mampu menampar para pembaca dan tak sedikit yang menitikkan air mata. Dari tulisan beliau, saya sadar betapa banyak nikmat yang Tuhan berikan kepada hamba-hamba-Nya.

"Selamat pagi! Semoga hari ini kebahagiaan bertambah setara dengan berkurangnya kesedihan" kalimat ini terinspirasi dari novel Sunset&Rosie.


8.      Rintik Sedu

Penulis favorit kedua saya dengan nama pena nya Rintik Sedu, dipanggil Paus oleh para penggemarnya. Siapa yang tidak tau?  

Dari tulisan Rintik Sedu, saya mulai belajar tentang mencintai diri. Sebab, sadar atau tidak kita sering sekali tidak mencintai diri sendiri. "Sama diri sendiri ga perlu berlomba, karena hanya butuh penerimaan", kira-kira begitu inti yang disampaikan oleh nya.

Hal dasar dari mencintai adalah penerimaan. Sesederhana itu, kan? Tapi bukan hal yang mudah ketika dilakukan.


9.      Bukan Anak Raja dan Bukan Anak Ulama Besar

Salah satu tulisan Imam Al-Ghazali berhasil menjadi alasan saya untuk sampai disini.

"Jika kau bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar maka jadilah penulis".

Opini saya mengatakan maksud dari tulisan diatas adalah bukan menjadi penulis terkenal dan harus menerbitkan buku, tetapi cukuplah menjadi penulis bagi diri mu sendiri. Jika nantinya ada seseorang yang menantikan tulisan mu maka itu adalah hadiah.


10.  Tantangan
Sejak dulu, saya tidak mempunyai rencana harian atau mingguan. Oleh karena itu, saya mengikuti tantangan menulis selama 10 hari bersama @ruang_nulis untuk menantang diri saya sendiri apakah saya mampu untuk mengikuti tantangan yang diberikan dari hari pertama sampai hari terakhir.

Alhamdulillah, atas izin semesta saya mampu menyelesaikan tantangan yang diberikan.

 

 

Indonesia, 09 Agustus 2020

 

 

 

 

 

 

Tentang Penulis:

Panggil saja Rani atau Rein. Saya berumur 19 tahun. Saat ini, saya sedang menempuh studi psikologi. Tuhan memberikan kelebihan dibidang menulis untuk saya. Melalui Dia, seseorang yang yang secara tidak langsung mengenalkan saya pada dunia menulis. Ketika saya kelas 12, saya baru menyadari kelebihan saya.

 

Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis