JURNAL SANG PENCERITA

Oleh : Alfadestian Syaifari, S.Pd.

 

Dear Jurnal,

Sebuah Pembuka

        Ketika saya berada pada fase usia tujuh tahun, saya belum mengenal apa itu introvert, apa itu seni, bahkan saya belum mengenal diri saya sendiri. Saat itu saya hanya mengenal apa itu kesenangan, dan kegiatan apa saja yang membuat saya merasa senang.

        Dulu, Hari hari saya disibukkan dengan belajar dan bermain sembari melihat lalu mencontoh dari apa yang biasa mama dan papa saya lakukan untuk mengisi waktu luang. Salah satunya adalah membuat cerita dan puisi. Hingga akhirnya, saya mulai mengenal diri saya perlahan. Bahwa saya mulai menyenangi dunia literasi.

 

Dear Jurnal,

Sebuah Tumpukan Dukungan

        Jujur, saya tidak pernah paham kenapa saya akhirnya menyenangi dunia literasi. Mencontoh dari orang tua? Bakat turunan? Atau pada dasarnya, saya memang sudah menyenangi dunia kepenulisan?

        Ada hal kecil konyol yang harus saya ingat kembali. Saya sudah bisa membuat surat cinta kepada teman perempuan saya yang kebetulan satu kelas saat masih TK. Kami saling berbalas surat kala itu. Sebuah kenangan masa kecil yang tidak patut dijadikan inspirasi.

        Tapi mungkin dari situlah, akhirnya saya mendapatkan tabungan dukungan yang cukup dari kedua orang tua, khususnya mama, hingga saya menjadi sosok berprestasi sejak kecil, terutama di bidang literasi.

 

Dear Jurnal,

Sebuah Wadah Penampung

        Dengan bekal yang pernah saya dapat karena seringnya mengikuti lomba cipta cerpen dan puisi ketika SD, saya mulai menekuni dunia literasi sejak tahun pertama menjadi murid SMP. Saya mulai mengoleksi novel dan komik. Salah satu novel favorit saya adalah Layla Majnun karya Syaikh Nizami.

        Saya mulai sering membuat karya. Segala ide, kreativitas, inspirasi, dan keresahan hati, saya tuangkan sepenuhnya melalui tulisan. Entah itu cerpen ataupun puisi. Karena dengan begitu, otak dan hati saya akan berhenti bekerja terlalu keras karena semuanya sudah saya olah dan saya racik sedemikian rupa sampai menjadi sesuatu yang bisa dinikmati.

 

Dear Jurnal,

Segenggam Motivasi

        Semakin bertambah usia, semakin banyak pengalaman, referensi dan inspirasi yang saya dapat.

        Masuk tahun pertama di SMA, pernah suatu hari saya pinjam sekitar dua novel dari satu teman sekelas saya. Dan saya membaca keduanya dalam satu hari.

        Berawal dari situ, muncul ambisi dalam diri saya untuk bisa menjadi seorang novelis. Ditambah dengan dukungan dari orang tua dan teman – teman, memicu kobaran semangat saya semakin besar sehingga saya memiliki motivasi yang kuat untuk bisa mewujudkan impian saya menjadi seorang penulis, dengan cara menulis novel secara rutin disamping saya tetap mengasah kemampuan saya menulis cerpen dan puisi.

 

Dear Jurnal,

Sejumput Refleksi Kehidupan

        Tepat di usia 19, saya semakin aktif menulis. Dengan menulis, saya bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Kebanyakan tulisan yang saya buat adalah hasil dari saya mengamati apa yang ada di sekitar.

        Saya mencoba untuk belajar dari alam yang terkadang tidak bersahabat, dari orang – orang yang saling memuji dan  terkadang bergunjing satu sama lain di belakang objek tujuan mereka, bahkan dari berbagai hal yang sebenarnya bukan termasuk ranah berpikir saya.

        Yang pasti, kesemuanya memberikan cerminan bahwa hidup itu seperti krayon yang beraneka warna, seperti makanan yang beraneka rasa, seperti huruf yang beraneka bentuk.

 

Dear Jurnal,

Selembar "Bahan Bacaan"

        Semakin lama berkarya, saya semakin sadar bahwa menulis bukan hanya tentang kesuksesan. Melainkan tentang tulisan apa yang ingin dibagikan. Karena dengan begitu, akan terus muncul keinginan dalam hati bahwa tulisan dengan berbagai bentuk bisa menjadi sebuah sumber yang positif, bisa menjadikan inspirasi bagi para pembaca, bisa menjadikan bahan renungan bagi para pendosa.

        Dengan begitu, kita tidak hanya sukses sebagai seorang penulis, tetapi juga sukses untuk bisa menjadikan orang tersebut lebih baik dari hari – hari sebelumnya.

 

Dear Jurnal,

Sosok Terbaik Yang Pernah Ada

        Seringkali saya dihadapkan pada masalah yang membuat saya berada pada titik terendah dalam hidup. Dengan bercerita melalui tulisan tentang masalah yang saya alami dengan berbagai bentuk entah itu puisi, cerpen atau novel, membuat masalah yang saya alami bisa berangsur menjadi lebih ringan.

        Saya juga bisa lebih siap menjalani hari – hari berikutnya dengan lebih lapang tanpa memikirkan masalah kemarin yang terlalu pahit dan sakit untuk dilalui juga diingat. Karena jika saya hanya berkutat pada masalah tersebut, mungkin menyakiti diri atau menghilangkan nyawa diri adalah jalan keluar yang paling baik menurut saya.

 

Dear Jurnal,

Seutas Proses Pengembangan Diri

Tidak dipungkiri, bahwa kata belajar dan mengembangkan diri tidak hanya berlaku bagi remaja SMA saja. Tapi siapa saja dan dari golongan usia berapapun. Karena selama kita masih bernyawa, masih bisa bernapas, masih bisa beraktivitas normal, kita harus terus belajar.

        Hal itulah yang juga saya tanamkan ke diri sendiri. Saya masih harus terus belajar, menambah referensi, agar kemampuan menulis saya bisa lebih baik lagi.

Caranya? Selain menambah koleksi buku bacaan dan mencari referensi, tentu saya harus terus menulis. Hal itu bisa membuat kemampuan saya menjadi lebih baik.

 

Dear Jurnal,

Sebotol  Kreativitas

        Seiring dengan waktu, pengalaman dan kebiasaan membentuk saya menjadi sosok yang lebih baik dari hari ke minggu, bulan ke tahun. Pun sama halnya dengan kreativitas.

        Seperti pisau yang selalu di asah sebelum digunakan, ketajamannya akan sama dengan kreativitas yang terus dilatih. Kreativitas bisa tetap hidup dan karya akan tetap ada. Kebanggaan pun bisa muncul dan tumbuh dengan signifikan.

        Menulis bagi saya adalah proses kreatif yang tidak boleh berhenti. Sekali saja menyerah dan berhenti untuk selamanya, maka jiwa akan ikut mati. Dan saya tidak mau itu terjadi.

 

Dear Jurnal,

Seucap Kenangan

        Ketika mengalami masa tua, pasti banyak yang sudah dilalui dan yang sudah dilakukan. Khususnya bagi saya pribadi yang senang mengabadikan semuanya melalui tulisan. Semakin sering menulis, akan semakin banyak hal yang bisa dikenang.

        Saya bisa membagi pengalaman dan kenangan kepada generasi penerus karena saya punya sesuatu untuk diceritakan, punya sesuatu untuk dikenang, dan punya sesuatu untuk dibanggakan.

        Ingat. Yang muda pasti menjadi tua. Yang tua pasti meninggalkan dunia. Dan seiring masa, akan datang generasi muda yang akan meneruskan cerita. Jiwa boleh saja lenyap. Raga boleh saja termakan masa. Namun kenangan akan selalu ada sebagai penghias kehidupan.

 

 Kediri, 07 Agustus 2020

 

 

 Tentang Penulis :

Lahir di akhir tahun pada tanggal 12. Sosok lelaki muda berusia 27 tahun ini akrab dipanggil Alfa. Aktif berkecimpung di dunia seni dan pendidikan. Harapan terbesarnya adalah karya yang dihasilkannya dapat dinikmati, dijadikan inspirasi dan dapat memberikan dampak positif bagi semua orang. Mari berteman melalui instagram : @alfasyaifari_alfart.

Inline image


Share:

2 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis