IBU RUMAH TANGGA DAN MENULIS



Oleh: Rohana Patwinarti



Pernah nggak sih, merasa sesak di dada karena menyimpan sesuatu, atau ingin bercerita tetapi susah menyampaikan secara langsung pada orang lain? 
Nah, itulah saya. Saya itu tipe pendengar, bukan tukang cerita. Melalui tulisan, rasanya lebih leluasa dan lebih plong dalam mengungkapkan cerita. Tak perlu melihat ekspresi orang yang mengetahui cerita kita, sehingga lebih mudah mengontrol emosi. Orang lain juga tak perlu tahu, apakah cerita kita fakta atau fiksi.
 
Dalam berkomunikasi saya juga lebih suka menggunakan tulisan daripada berbincang langsung. Hemat pulsa dan kuota untuk menelepon kan? 

Aku ingin begini
Aku ingin begitu
Ingin ini itu banyak sekali 
Pasti auto nyanyi. Hahahaha 

Setiap orang pasti punya mimpi, punya khayalan. Ada khayalan yang mustahil untuk diwujudkan, ada yang merupakan harapan untuk kebaikan. 

Karena saya orangnya mudah lupa dan mudah tergoda, mau itu halu atau harapan, khayalan atau mimpi harus dituangkan dalam tulisan, biar jelas, biar ingat, biar tidak mudah goyah. Biar jelas halunya, biar jelas harapannya. Kalau halu, dijadiin cerpen atau cerbung, kalau harapan, biar segera diwujudkan.

Tulisan juga akan selalu menjadi pengingat bahwa saya pernah halu tingkat dewa. Eeeyyaaa... 

Saya si pelupa? Ha ha ha
Iya banget. 
Saking pelupanya, saat berbelanja ke warung untuk membeli 3-4 jenis kebutuhan saja harus tercatat. Duh! 

Saya sering mengabadikan momen-momen penting dalam bentuk catatan atau cerita. Bisa juga berupa status atau postingan di sosial media, biar nggak lupa! Biar suatu saat bisa dibaca lagi.

Bukan hanya sekedar dikenang, sedih dan bahagia kita dalam suatu peristiwa akan membawa hikmah dan pelajaran hidup. Itu yang terpenting untuk diingat.

Dengan menulis, beban otak kita juga menjadi lebih ringan, karena kita hanya mengingat yang penting-penting saja. Tak perlu bingung mau menyimpan kenangan yang menumpuk. Apalagi kenangan sama mantan. Abadikan saja dalam cerita. 



Saya lebih suka membaca daripada menulis, tapi setelah membaca akan banyak sekali ide berseliweran di kepala dan di hati. Terinspirasi gitu. Membayangkan cerita versi saya, dengan bumbu-bumbu kalimat dan ending yang saya inginkan, membuat saya bersemangat. Meskipun selama ini masih mentok di notes gawai. Udah mulai publish di aplikasi oranye tapi masih maju mundur. Belum yakin dengan kualitas tulisan saya. Jadinya ya gitu deh, deadlock.

Jadi kalau kebanyakan emak-emak memilih untuk belanja atau piknik sebagai sarana me time, kalau saya lebih suka mojok di teras depan sambil ketak-ketik di gawai. Syahdu.

Bila me time bisa menjadi obat lelah dan suntuk, maka bagaimana caranya menghalau gegana (gelisah galau merana)?. 

Untuk menemukan solusi dari gegana yang melanda, pikiran harus dalam keadaan tenang, adem, dan seleh (berserah). Selain mengadu sama Sang Pemberi Solusi, aku biasanya merenung dan menulis apa saja yang terlintas dalam pikiran, entah berhubungan dengan masalah atau tidak. Yang penting pikiran harus dialihkan dari emosi yang timbul efek gegana. Dengan menulis pikiran semakin fokus sehingga memudahkan kita dalam menemukan  solusi dari masalah penyebab gegana tadi.

Saya terbiasa menangis untuk melampiaskan emosi. Setelah menangis, biasanya emosi perlahan-lahan mereda sendiri. Namun, setelah menangis ternyata masih ada yang terasa mengganjal di hati. Bebannya belum hilang, karena belum menemukan jalan keluar. 

Kalau seperti itu, biasanya saya membuka catatan di handphone, mulai mengetik apa saja yang terlintas di kepala. Tapi karena sedang ada masalah, hasilnya tidak bisa maksimal. Akhirnya saya tulis permasalahan-permasalahan itu berikut efek apa yang ditimbulkan, dan beberapa kemungkinan jalan keluar yang bisa diambil. 

Ternyata, dengan menulis, selain meredakan emosi dan mengendalikan stres, kita juga akan lebih mudah menemukan jalan keluar sebuah permasalahan lho. 
Menangis? Teteeuuppp.. 😂😂😂

Saya hanyalah emak-emak biasa yang sering berkutat di rumah aja. Beberapa tahun terakhir lebih suka gadget daripada acara televisi. Di rumah aja dan jarang berinteraksi dengan tetangga bukan berarti nggak timbul masalah. Justru masalah datang dari diri sendiri. Orang yang di rumah aja seringkali  krisis percaya diri alias minder. 

Seperti brainstorming, dalam menulis dibutuhkan cara berpikir yang sistematis untuk menghasilkan tulisan yang bisa diterima dan mudah dipahami. Diperlukan langkah-langkah yang tepat agar tulisan mengenai sasaran sesuai dengan tujuan. Untuk itu kita harus mau meng-upgrade ilmu sehingga pikiran akan terus sibuk dengan berbagai ide positif dan menghapus ruang untuk berpikir negatif. Pola pikir akan  semakin terbuka, maka rasa rendah diri akan pergi dengan sendirinya. Sesederhana itu. 
 
Banyak hal kecil yang seringkali terlewat oleh kita setiap hari. Padahal setiap hal yang kita alami, baik atau buruk harus kita syukuri. 
Syukur bisa diungkapkan dengan lisan, hati, dan perbuatan. Dan saya menambahkannya dengan tulisan. Bisa berupa cerita sehari-hari, bisa juga berupa kalimat-kalimat motivasi.

Kenapa harus ditulis, kalau bisa diucapkan?. Karena saat membaca tulisannya, kita akan mengulang-ulang syukurnya. 

Agar menjadi pengingat bagi diri sendiri bahwa dengan bersyukur, Allah akan menambah nikmatNya. 

Agar menjadi penyemangat kita untuk terus melakukan kebaikan dan mengambil pelajaran/hikmah dari setiap kejadian. 

Untuk menumbuhkan semangat fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan.

Saya bukan pujangga, bukan sastrawati yang pandai merangkai kata indah penuh makna. Saya hanya suka bercerita dengan kata-kata lugas dan sederhana. Karena saya hanya ingin berbagi bahagia dan berbagi cinta. Eeeyyaa.. 

Dulu, saya asal nulis aja. Berupa notes, keterangan foto, atau celetukan-celetukan status di sosial media. Tidak ada tujuan apa-apa, sekedar curahan hati. Semakin lama, semakin paham bahwa sosial media merupakan sarana yang bagus untuk berbagi melalui tulisan. Berbagi informasi, pengalaman, pengetahuan, ilmu, kebahagiaan, saran, kritik, do'a, atau apa saja yang bisa dituangkan dalam bentuk tulisan. Indahnya berbagi.

Sebetulnya banyak hal yang bisa kita jadikan alasan untuk menulis. Menulis itu asyik, menulis itu membahagiakan, menulis itu seperti memasuki sebuah dunia berbeda dimana kita yang mengendalikannya.

Karena kita yang mengendalikannya, kita bisa menentukan apakah tulisan kita akan bermanfaat atau tidak, akan menuai pahala atau dosa, untuk menebarkan kebajikan atau justru menjadi pemicu  hal buruk.

Maka jadikan Allah sebagai tujuan akhir kita. Dengan begitu, apapun yang akan kita tulis akan mendapatkan petunjuk untuk mencapai ridloNya.


 

Trenggalek, 08 Agustus 2020



Tentang Penulis:
Saya penulis pemula yang sebelumnya hanya suka membaca. Lalu mencoba memanfaatkan gawai dan waktu luang dengan menulis. Ini adalah tulisan perdana saya yang dipublikasi . Saya bangga bisa menulis meskipun masih sekedarnya. Setidaknya saya belajar konsisten menulis setiap hari. Berikutnya, akan terus belajar memperbaiki kualitas tulisan agar bisa menerbitkan sebuah buku.
Saya Rohana Patwinarti, Ibu Rumah Tangga bahagia dengan 3 putra dan putri. 



Share:

6 comments :

  1. Hebaaat....di tengah kesibukan masih bisa menulis. Lanjutkan Bu.

    ReplyDelete
  2. Menginspirasi.. jadi pingin nulis juga

    ReplyDelete
  3. Menulis untuk mengabadikan momen hidup.

    Mampir juga di tulisan saya:
    Berawal dari Hati

    Semangat.

    ReplyDelete
  4. Owhhh jadi sekarang suka mojok di terasss hahaaaa...

    Kereeen....kereeen... 👍👍

    Congratzzz 😍😍😍

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis