Setiap orang punya cara, setiap orang puya alasan dan setiap orang punya nada dan irama nya sendiri. Bagiku menulis adalah bagian dari ibadah, bukan hendak jumawa apalagi merasa diri. Menulis adalah caraku mendekatkan diri pada sang Khalik, bermuhasabah atas jalan panjang yang telah kulewati. Dan mempersiapkan pertemuan indah dalam cinta pada Nya. Dalam perenungan ku 10 hari memenuhi tantangan alasan menulis, kurangkai semua dalam alasan-alasan berikut ini :
1.Menulis adalah ungkapan rasa.
Setiap orang memiliki rasa yang tersimpan di dalam jiwa.
Ada marah, benci, sayang, cinta, rindu,kesal, malas dan berbagai rasa yang sering berkecamuk di dalam dada.
Semua rasa yang hadir itu adalah emosi jiwa, yang terkadang dapat diungkap dengan kata, namun tak jarang hanya dalam hati semua rasa itu tertata.
Ketika rasa di dalam jiwa tak mampu terucap dengan kata, cukuplah kutuliskan dalam rangkaian aksara diatas tinta hitam, biru atau pun merah.
Itulah alasan bermula, kurangkai kata dalam pena.
2.Aku menulis untuk menuangkan gejolak jiwa.
Usia belum juga beranjak remaja, masih kategori anak-anak pada masanya.
Tapi kecintaan pada bait-bait puisi dan lagu, mengajarkanku arti kepekaan pada setiap suasana.
Dimanapun aku berada, aku mampu merangkai kata tentang rasa yang tersimpan dalam jiwa.
Goresan pena tak tahu dimana ia bercengkerama, bahkan di atas kertas-kertas pelajaran sekolah.
Kupupuk dan kujaga setiap huruf yang berbaris di lembar demi lembar catatan, semua hanya tentang rasa yang penuh warna.
Ada semburat bahagia kala tercipta rangkaian aksara penuh makna, dalam bentuk prosa, syair bahkan puisi cinta.
3.Menulis Untuk Berbagi,
Berbagi tidak hanya dengan harta, kita bisa berbagi melalui kata. Baik yang terucap melalui lisan atau pun tulisan.
Aku bukan seseorang yang pendiam…
Namun manusia, tak semua suka mendengar, ada yang lebih tertarik memaknai kata dalam diam, membaca susunan aksara yang berjejer manis dalam buku atau pun media yang lainnya.
Memasuki usia remaja, cukup banyak kutorehkan tulisan di majalah dinding sekolah atau pun catatan dalam album kenangan..
Itu adalah cara berbagi kisah, pengalaman dan pelajaran tentang kehidupan .
Dalam setiap kata ada makna dan doa yang bisa dibagi untuk sesama.
4.Aku Menulis Untuk Belajar.
Menulis adalah proses aktualisasi diri, belajar memahami keadaan lingkungan sekitar, belajar melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, bahkan belajar menjadi orang lain.
Belajar menjadi orang lain, artinya kemampuan penulis memainkan peran. Peran yang sengaja diciptakan untuk membawa pesan.
Dalam setiap waktu yang aku lewati, harapanku adalah orang-orang suka dengan yang aku tulis dan mendapat manfaat dari tulisanku.
Menulis mengajakku belajar menciptakan keharmonisan dari setiap individu yang aku jumpai, menjadi penulis meningkatkan semangat belajar untuk bisa memberi banyak perubahan.
5.Menulis untuk Suatu perubahan.
Waktu terus bergulir, menggilas masa tanpa ada kesempatan untuk mengulang yang telah lalu.
Aku menulis dengan tekad membuat perubahan, utamanya untuk diriku sendiri. Meniatkan setiap yang kutulis mengandung pesan sang Rabb dan utusan Nya.
Mengapa demikian ?
Karena tulisan mampu mempengaruhi pembacanya.
Maka ketika memiliki tujuan untuk melakukan perubahan, menulislah !
Karena dengan menulis, InsyaAllah mampu melahirkan ide-ide cemerlang menuju satu perubahan.
6.Menulis untuk meninggalkan jejak cinta
Menulis adalah suara hati, lahir dari dalam sanubari.
Sesuatu yang lahir dari hati akan sampai ke dalam hati. Maka menulis adalah jejak cinta yang kita tinggal kan bagi orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita.
Aku menulis karena kecintaan yang sangat kepada aksara, dan di usia yang tak lagi muda, menulis adalah ekspresi kecintaan pada jiwa-jiwa yang hadir di setiap perjalanan yang pernah kulewati.
Meninggalkan tulisan berarti meninggalkan jejak cinta melalui karya. Apa yang aku tulis adalah kisah yang ada di sekitarku.
7.Menulis adalah nutrisi otak.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk sempurna, mulai dari tampilan fisik yang indah hingga anugerah akal dan pikiran.
Semua yang telah diberikan Nya, hendaklah kita rawat dengan sepenuh jiwa.
Akal sebagai pembeda antara manusia dari makhluk lain, perlu dimaksimalkan pemanfaatannya.
Kemampuan akal adalah kecerdasan otak. Menulis ibarat alat asah bagi otak agar selalu bekerja dengan baik.
Ketika seseorang menulis maka secara otomatis otak bekerja untuk merespon apa yang ada dalam alam pikiran.
Bagiku menulis adalah cara memberikan asupan nutrisi otak agar terus berfungsi dengan stimulasi yang sengaja dicipta sebagai wujud syukur pada Nya.
8. Menulis adalah obat.
Menulis bagiku adalah obat, obat ketika hati di selimuti kegelisahan dan kecemasan.
Menulis juga adalah obat meluapkan bahagia dan keriangan, dengan cara yang lebih elegan.
Pada saat jemari menari menuliskan aksara, secara bersamaan otak bekerja menjelajahi jejak masa lampau, saat ini, atau pun yang akan datang.
Bagiku yang tak lagi muda, menulis bisa menjadi obat pengusir kepikunan. Karena dengan menulis aku kembali membuka rekam sejarah, angan ku berjalan menelusuri keping-keping masa lalu untuk ku ukir dalam satu kata atau sebaris kalimat.
Menulis mampu membuka memori dan menguatkan ingatan.
9.Menulis untuk Peradaban.
Apa yang ditulis, apa yang dibaca, apa yang didengar, apa yang dilihat dapat menentukan seseorang dalam bersikap.
Menulis adalah usaha mempengaruhi pembaca, jika dengan tulisan dapat membuat suatu perubahan. Maka tidak salah jika ada ungkapan "peradaban bisa dibangun lewat tulisan'.
Tulisan adalah rangkaian kata yang mengandung pesan.
Pesan yang tersampaikan dan dapat diterima adalah ajakan menuju perubahan pada wajah baru peradaban.
Aku menulis untuk membuka cakrawala berpikir , menuangkan ide atau gagasan untuk menuju sebuah kondisi dan situasi yang lebih baik.
Walau dari hal terkecil yang mampu aku tuliskan.
10.Menulis untuk keabadian.
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)
Peluru hanya bisa menembus satu kepala, tetapi tulisan bisa menembus jutaan kepala. ( Sayyid Qutb )
Dari kata-kata di atas, maka aku menjaminkan diriku dalam tulisan. Agar aku tidak hanya dilahirkan, tapi aku ingin abadi dalam kenangan dan kemanfaatan.
Setiap manusia akan mati, dan ketika aku mati aku ingin mengabadikan namaku dalam tetes tinta yang kutinggalkan.
Aamiin.
Hanya ini yang mampu kutuliskan, mungkin rangkaian kata tak indah dalam tata dan cara. Tapi ini adalah suara hati yang mampu ku ungkapkan.
Aku ingin hidup dari tulisan.
Aku ingin diingat melalui tulisan
Aku ingin abadi dalam ingatan melalui tulisan.
Siapapun yang membaca tulisan ini, ku ucapkan salam perkenalan.
Berikan masukan jika tulisan ini ada yang perlu ditambahkan.
Hakikat hidup adalah belajar.
Dan setiap detik kita kembali bertemu awal.
Ku awali langkah kecil ini dengan menyebut Asma Nya, agar yang telah ku tulis dan kelak ku goreskan adalah kebaikan dan membawa pencerahan bagi pembacanya.
Aamiin…aamiin Ya Rabbal"alamin
Bekasi,8 Agustus 2020
BIONARASI
Ibu dari empat orang putra_ Afriyanti Ningsih_lahir di Jakarta pada tanggal 17 April 1974. Selalu berjiwa muda, karena setiap hari bergaul dengan para mahasiswa, kenali lebih dekat melalui FB Afri Yanti dan IG @afriyantining17. Dengan nama pena Riyanti17. Mau curhat soal keluarga, cinta dan agama? Hubungi di nomor WA 081586410774.
Luar biasa, salam literasi
ReplyDeleteMantap bu. Menambah pengetahuan
ReplyDeleteInspiring
ReplyDeleteKeren bu..👍❤
ReplyDeleteSudah kirain penulisnya masih SMA hehehe
ReplyDeleteKeren bu..👍❤
ReplyDeleteBagus, mantap
ReplyDeleteKeren bu
ReplyDeleteTerkesan pada "menulis untuk keabadian"
Menarik sekali.. terima kasih telah memberikan inspirasi
ReplyDeleteTerima kasih atas share ilmunya... sangat inspirtif 🖒
ReplyDeleteKereeen bangets jempol bu say !!!
ReplyDeleteSemangat bu^_
ReplyDeleteWiiihhh mantep bu👍
ReplyDeleteInspirasi yang luar biasa bagi ku.
ReplyDeleteSemangatt bu, maju terus untuk karya. Karya nya
Keren Adinda...
ReplyDeleteTeruslah berkarya dan menebar manfaat.
Kerennya
ReplyDelete