Oleh : Dina Mariana
Penggalan hadist "Sampaikanlah dariku, walau hanya satu ayat."(HR.Bukhari). Bukan hanya dapat dimaknai sebagai pentingnya berdakwah. Tetapi, bukankah kita seharusnya bisa menjadi agen muslim yang baik dengan kemampuan yang sudah Allah anugerahkan. Dengan tangan yang bisa menuliskan.
Memang tidak semua orang dapat mengungkapkan rasa, tulisan menjadi kanvas buat bercerita dengan sebebasnya. Menulis membuat seseorang bebas bersuara melalui kata-kata. Bisa menuliskan kebahagiaan, kesedihan, pandangan kita terhadap setiap peristiwa kehidupan. Menjelajahi setiap rasa yang hadir menyapa kehidupan. Selain itu, manfaat yang bisa dirasakan dapat dijelajahi dengan penuh makna nantinya. Mulai menulis setiap apa yang dirasakan sekarang, secercah hikmah yang kita dapatkan di masa lampau bisa jadi berguna di masa depan. "Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna." Iya, setidaknya bermanfaat untuk diri kita.
Di dalam otak terasa sesak penuh dengan ide dan pikiran. Jika hanya berada di dalam kepala, tanpa tersalurkan bisa menghilang dengan cepat tanpa pemberitahuan. Melalui tulisan, dengan mudah menuangkan. Menjadi salah satu memori dengan penyimpanannya yang lebih panjang. Menuangkan rasa pun dapat membuatmu lebih lega karena tanpa beban yang dipikirkan. Dituangkan menjadi aliran yang jelas tergambarkan. Untaian kata yang dirangkai menjadi kalimat, untaian kalimat yang dirangkai menjadi sebuah cerita pembelajaran. Yang tanpa sadar telah memilah perihal apa yang perlu dan tak perlu dalam kehidupan. Pikiran dapat dengan mudah menangkap fokus apa yang menjadi tujuan. Pikiran tak lagi mengganggu justru membantu.
Menulis bisa menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan jika memahami apa arti dari setiap yang kita tuliskan. Entah hanya melepas penat, mengungkapkan rasa. Atau ingin berbagi melalui cerita dari setiap perjalanan yang telah terlalui. Menikmati setiap proses menggariskan huruf dalam selembar kertas putih tak berisi. Hingga penuh tanpa celah tuk bisa menulis kembali. Ada seruput rasa yang menghangatkan dari dinginnya masalah kehidupan. Lebih tentram, Menenangkan. Semilir angin yang menghidupkan, terbawa suasana momen yang telah terciptakan. Memaknai setiap tulisan dari apa yang kita alami. Menjadi secangkir pengalaman bahwa kian hari kita melewati tahap pembelajaran. Sudah sampai hingga detik ini, Allah memberi kesempatan.
Kesempatan mencoba, melawan ketidakmampuan. Untuk mengendalikan diri terhadap kebosanan. Yang seringkali hadir menyapa di sela kehidupan. Menyenangi belajar tapi, belum mampu untuk mengkonsistenkan. Termasuk dalam hal membaca. Aku malas membaca jika tak menarik di mata. Tetapi, bisa dengan mudah melahap satu buku sehari sekaligus sampai lupa waktu. Rasanya otakku lebih senang dengan hal yang menarik saja tuk dibaca. Tak mudah menjadikan kebutuhan yang terbiasa. Oleh karena itu, aku menulis. Karena menulis menjadi kombinasi luar biasa, setiap kali menulis kita juga membaca. Sebelum menulis, riset dahulu, kita membaca. Tahap revisi pun sama juga membaca. Jadi, malas membaca? Menulis saja. Satu kegiatan, bermakna dua.
Menggengam harapan untuk ikut berkontribusi terhadap negeri. Memberikan #ceritabaik yang selama ini agak sulit dikonsumsi. Meramaikan lini komunikasi, memaksimalkan apa yang dimiliki. Beberapa hari ke belakang, ramai dengan beredarnya cerita yang tak pantas ditulis oleh usia dini. Memang menulis menjadi kebebasan yang hakiki. Tapi, apakah pantas menulis hal buruk akibat terlampau jauh berimajinasi. Masih kecil sudah terpapar berbagai bacaan yang tidak mendidik dan tontonan yang merusak moral. Bagaimana nanti kabar generasi selanjutnya? Mari menulis #ceritabaik
"Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti." -Ali bin Abi Thalib
Diriku yang tak mudah bercerita, rumit menyampaikan. Setiap kali ingin pun, hanya segilintir orang yang dapat ku percaya tuk mendengarkan. Singkat obrolan, saling lempar pertanyaan. Menyeka dengan sedikit kepedulian. Menurutku tak semua bisa menjadi pendengar yang baik. Hanya Allah Maha Pendengar yang setia, tak pernah bosan. Dan membaca Quran yang sudah paten dapat menghilangkan kerisauan. Pemberi solusi atas setiap permasalahan. Menjawab problematika yang seringkali menyeret tuk menyerah, enggan bangkit dari keterpurukan. Selain itu, melalui tulisan. Bisa dengan mudah menceritakan. Tanpa orang mengetahui, tak perlu mendengarkan. Bebas mengeluh, menuliskan setiap kejadian. Mengeluarkan setiap rasa yang memuncak di dada. Sehingga menenangkan jiwa, Bebaskan kegelisahan.
Sela-sela menyambung setiap peristiwa.Ada beberapa hal yang dituliskan menjadi motivasi yang berguna. Hal yang membuat lebih bersyukur juga bahagia. Disaat berbagi tulisan hikmah apa yang didapatkan ke sosial media. Sekadar menulis pengingat ditunjukkan kepada diri sendiri yang sedang mengingatkan jiwa. Bukan merasa sudah baik. Bukan juga ingin dikenal ataupun terkenal. Karena belum baik dan ingin menjadi baik. Oleh karenanya menulis dan berbagi apa yang didapatkan agar tidak berhenti sekejap di diri sendiri saja. Ada satu dua yang mengapresiasi ataupun berterima kasih karena telah berbagi cerita. Bagiku tulisan layaknya meraih asa. Menghubungkan setiap jiwa, menebar kebaikan dengan beraneka rasa.
Berbagai alasan yang telah di ulaskan. Bermula dari pintu pertama yang menjadi permulaan. Bahwasanya menulis inilah waktu memulai petualangan baru. Menyusuri setiap rintangan dengan kesyukuran. Apapun yang diharapkan, yang ingin diwujudkan tak akan pernah bisa didapat kalau hanya diam berpikir tanpa bertindak. Menulis tanpa memulai, tak akan bisa memanfaatkan kesempatan. Sesederhana itu mengkisahkan setiap momen yang tak terulang melalui tulisan. Semoga apapun alasan dibaliknya suatu perbuatan. Allah yang menjadi latar belakang tujuan. Niat yang selalu diperbarui dan dibersihkan dari serpihan kesalahan.
Terima kasih kepada @ruangnulis yang telah membuat tantangan menulis ini, teman-teman yang tak bosan menyemangati, karena tantangan ini mempertemukanku dengan banyak insan dengan beragam potensi.
Tentang Penulis
Dina Mariana, sapaan akrabnya Dindin. Lahir di Kota Hujan, tanggal 19 Maret 1999. Seorang mahasiswi jurusan matematika di UIN Jakarta yang hobi menggambar dan membaca. Cita-citanya sederhana, menjadi insan yang bermanfaat dengan menghasilkan banyak karya penuh makna. Produktifitasnya mengikuti kegiatan organisasi dan berbagai agenda. Penulis dapat dijumpai di Instagramnya @dinamriana.
Alhamdulillah
ReplyDeleteKeren Ka.. semoga terus bermanfaat dan menginspirasi karyanya Ka
ReplyDeleteMasya Allah, menulis itu ada dua manfaatnya untuk diri sendiri dan umat, bisa terus berpahala Amal Jariyah Insya Allah
ReplyDeleteKeren kak..Semangat terus.. Jan lupa mampir di tulisanku "dengan menulis melalui tulisan, bacakah aku" ya kak..🙏😃
ReplyDeleteMasyaAllah sukses terus din
ReplyDelete