MENGAPA AKU MENULIS?


Oleh: Astri Angraeni

 

           

 


Setiap orang pasti memiliki bermacam-macam alasan untuk memualai sesuatu, dan pastinya aku juga seperti itu. Yang memiliki alasan untuk menulis, dan berikut adalah alasan-alasan yang dapatku paparkan mengenai alasanku menulis.

*Bunyi Ketikan*

Saat itu suara ketikan adalah alasan utama bagiku untuk memulai. Bunyi yang berbeda dari ketikan biasanya. Bunyi itu seperti mengiringi alunan cerita pendek mengenai sejarah yang diriku ketik.

Ketikan jari-jemari bercerita dan mengeluarkan alunan dongeng yang turut serta dalam cerita yangku bentuk. Sangat sangat berbeda, diriku tertarik mengikuti alunan itu. Indra dan hati seakan setuju untuk ikut andil melanjutkan langkah demi langkah alunan dongeng yang saling bercerita dengan jari-jemariku.


*Aduan topik untuk ibu*

Bunyi membawaku berkelana dalam naungan topik-topik nyata, salah satunya topik berbicara dengan ibu.

Dapat dikatakan aku orang yang sulit berbicara damai dengan ibu. Aku menunduk, ibu mengangkat kepala. Tapi saat aku membelakangi, ibu tetap sedia berjaga dibelakang tanpaku ketahui. Itulah istilah yang dapatku gambarkan saat berbicara dengan ibu.

Mengadukan topik menulis adalah referensi yang muncul dibenakku saat itu, hanya dengan perantara gawai untuk menyalurkan topik yang inginku adukan kepada ibu. Berharap agar menjadi kata semoga untuk mengurangi spasi yang  telah ada di antara prinsip ibu dan aku.


*Jackpot keberuntungan*

Siapa sangka aku bermain seperti jackpot keberuntungan, iseng-iseng berhadiah dalam pertandingan perdana.

Ini menjadi pendorong bagiku untuk terus tumbuh seperti bunga di musim semi. Yang mekar mengikuti waktu berharap akan terus bertambah hari demi hari.

Tidak hanya itu saja, jackpot ini terusku harapkan agar dapat membentuk diriku sebagai pemimpin sekaligus pengayom bagi diriku sendiri. Bahkan mampu berdiri gagah di suatu saat.


*Rayuan rasa*

Rasa adalah pengendali yang membuatku merayu kata demi kata untuk melukiskan perasaan. Amarah, kesedihan dan juga kebahagiaan dapatku rangkap tanpa aku merasa terkhianati.

Rayuan yang tak akan mengungkapkan jejeran rasa yang tercantum kepada siapa pun. Begitulah fikirku terhadap menulis, dia seperti rayuan tanpa mengkhianati maupun mengungkapkan rasa yang ia ketahui kepada siapa pun.

Ia bisu tapi tidak tuli, dan juga tidak buta. Ia dapat bersuara, tuli dan buta ketika digunakan saat ia membutuhkannya.


*Alarm sejarah*

Ini alasan kelima yang akanku sampaikan, mungkin alasan-alasan yangku paparkan tat kala tidak masuk akal. Tapi ini nyata dan sangat masuk akal bagiku. Alasanku kali ini yaitu....

Menulis itu bagaikan alarm di saat jiwa menjadi lupa, dia mengingatkan sejarah jiwa yang hampir terlupakan. Alarm yang akan selalu berbunyi dan akan selalu berbunyi. Begitulah perumpamaan menulis bagiku pada alasan kelima ini.


*Kebebasan diri*                                                                       

Siapa yang tidak ingin menemukan kebebasan bagi dirinya? Pasti semua orang ingin menemukannya bukan?

Sama halnya dengan diriku. Saat menulis aku menemukan kebebasan diriku, kebebasan tanpa batas tapi memiliki batasan. Seperti langit yang membentang luas tanpa batas tapi masih memiliki batasan.

Bebas memberikan ekspresi, pendapat, cerita, dan segala hal. Bebas dan sangat bebas. Begitu juga langit yang bebas untuk berekspresi cerah, mendung, terik, maupun gelap.


*Oksigen teruntuk bumi*

Pernah membayangkan, bagaimana jika bumi kehilangan pasokan oksigen? Apa yang akan terjadi? Mungkin hitungan perdetiknya akan terjadi perubahan hingga berujung kehancuran.

Begitulah menulis, manusia akan menjadi buta jika tidak ada yang menulis. Ilmu, pemahaman, sejarah, dan hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan kehidupan pasti sangat kacau tanpa ada yang menulis.

Maka dari itu, aku juga ingin menjadi salah satu pemberi dari sekian banyak pasokan "oksigen teruntuk bumi".


*Keluarga*

Alasanku kali ini adalah keluarga. Menulis sudah seperti keluarga bagiku, keluarga yang memberikan kehangatan dan kedamaian dalam suka dan duka. Dan yang menerima beribu ocehanku dengan mengakhiri senyuman.

Tersenyum, seusai menulis aku selalu tersenyum dengan semua ocehan yangku sampaikan. Baik ocehan suka maupun duka. Seperti keluarga pastinya.

Ini menjadi alasanku yang sekian kalinya, aku ingin tetap bisa tersenyum walaupun mendung menerpa hatiku. Dan akan tetap mendapatkan kehangatan seperti keluarga.


*Berdinamika di Dinamika*

Dinamika adalah lembaga pers mahasiswa dikampusku, salah satu wadah untukku berdinamika di kampus.

Apalagi yang dilakukan para pers jika tidak menulis salah satunya. Apa pun bidangnya dan apa pun profesinya di lembaga pers, ia pasti akan memiliki kewajiban untuk menulis dalam kurun waktu yang ditetapkan.

Dinamika menjadi alasanku juga untuk menulis. Menjadi bagian dari Dinamika dan berdiri di jejeran orang-orang hebat adalah hadiah bagiku. Maka, berdinamika di Dinamika sebagai salah satu jalan yangku pilih untuk mengembangkan hobiku.


*Jejak tiada*

Setelah tiada, apa yang akan tersisa? Kenangan, kebaikan, keburukan, atau banyak lagi. Bagaimana dengan menulis? Saat kematiaan menjemput, mungkin tulisan dapat menjadi salah satu "Jejak tiada" bagi orang-orang yang mengingat kita.

Dan alasanku yang terakhir untuk tantangan ini adalah karena aku ingin meninggalkan jejak setelah ketiadaanku.

 (Padangsidimpuan, 7 Agustus 2020)

 


Tentang Penulis:

Astri Angraeni, lahir 3 Februari 2001 di Padangsidimpuan, Medan, Sumatera Utara. Tercatat sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Jejak dapat di temukan di akun instagram @astriangraenilubis. Hidup itu sederhana (mulai, hadapi, dan akhiri), tapi jangan lupa "Berani memulai berarti berani untuk menuntaskan".

 

Share:

3 comments :

  1. Pohon anggur pohon semangka, astri angraeni semangat����

    ReplyDelete
  2. Bagus kak.... damai dgn ibu.... 😭


    http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/menulis-sejarah-di-catatan-perjalananku.html

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis