Oleh : Rosdyana Putri |
Sekilas aktivitas menulis tampak begitu mudah untuk dilakukan namun kenyataannya tidaklah demikian. Tidak sedikit penulis menghabiskan waktu berjam-jam untuk menghasilkan satu kalimat yang pas. Coba bayangkan, kira-kira penulis seperti itu membutuhkan waktu berapa lama untuk menghasilkan sebuah karya yang menarik?
Tapi hal itu bukanlah masalah ketika kita menulis dengan hati. Pernah mendengar pepatah 'Apa-apa yang berasal dari hati tentu akan sampai ke hati pula'. Sama halnya dengan menulis. Ketika kita menulis dengan hati sesulit apapun tantangan yang kita hadapi tentu akan kita lalui dengan suka cita.
Berikut ini adalah sepuluh alasan versi penulis yang bisa menguatkan tekad untuk tetap konsisten menulis. Semoga bermanfaat dan mampu menggugah hati bagi mereka yang pernah meragu atau sampai berputus asa untuk menulis.
1. Menulis karena menyukainya
"If you love doing something, you don't look at the clock." -Sidney Sheldon
Menulis itu sederhana apabila menyukainya. Ketika tulisan disukai dan banyak memberi manfaat lalu menjadi penulis terkenal itu hanya bonusnya. Bukankah tak perlu banyak alasan, ketika sudah menyukai suatu hal? Bahagia ketika melakukannya sudah menjadi alasan lebih dari cukup.
2. Memanfaatkan waktu luang
"Waktu yang berlalu jangan pernah disia-siakan satu detik pun."
Semua orang pasti memiliki rutinitas masing-masing. Rutinitas yang monoton kadang menimbulkan rasa bosan dan jenuh. Ada kalanya ingin menepi sejenak memberi ruang bagi hati untuk meluapkan rasa.
Dan ketika waktu luang datang menyapa menulis selalu menjadi prioritas. Merangkai kata-kata, berimajinasi sesuka hati hingga tanpa disadari waktu luang menjadi berarti.
3. Memperluas jaringan pertemanan
"Temanmu adalah cerminan dirimu." –Anonim-
Menulis tak hanya sekadar hobi, bisa juga sebagai media untuk memperluas pertemanan. Rasanya menyenangkan memikirkan akan bertemu orang-orang dengan ketertarikan yang sama.
Duduk melingkari meja, berkumpul merumuskan ide-ide menarik sambil diselingi canda dan tawa yang hangat. Dan bukan tidak mungkin dari hal ini pertemanan bisa meluas hingga ke ujung dunia.
4. Aktualisasi diri
"Aku ada dan aku ingin dianggap ada."
Hal tersebut menjadi salah satu pemicu alasan menulis. Sebagai bentuk aktualisasi diri dari ide-ide yang terlampau kreatif. Tekad dan konsistensi yang kuat menjadi pendukung utama demi membuat ide-ide menjadi nyata. Berharap bisa memberi manfaat meski bukan siapa-siapa.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah."-Pramoedya Ananta Toer-
5. Sebagai terapi jiwa yang bisa diandalkan
"Terkadang aku tak butuh pendapat. Aku hanya sekadar mencurahkan rasa."
Ada kalanya hati ingin bebas bicara, lelah karena sembunyi terlalu lama. Namun, ketika yang didapat tak sesuai harapan akhirnya hanya kecewa yang ada.
Bagi si tertutup menyampaikan rasa bukan perkara mudah. Tak jarang keinginan untuk mendapat pencerahan atau sekadar didengarkan justru berbalik menjadi penghakiman.
Jika demikian menulis bisa menjadi hal yang paling nyaman ketika ingin meluapkan rasa. Kata yang mengalir hingga membanjiri halaman seolah bisa mewakili tawa, air mata dan juga amarah yang terpendam.
Menulislah, hal sederhana yang bisa dilakukan namun menjadi terapi jiwa yang diandalkan.
6. Ingin memberi manfaat
"Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah!" –Imam Al-Ghazali-
Ada orang yang dikenal karena mencurahkan hartanya untuk kebaikan. Ada juga seorang profesor dan pendidik yang dikenang sepanjang masa karena ilmu pengetahuan yang disebarluaskan. Para ulama yang dibekali dengan ilmu agama yang baik akan selalu menjadi panutan selama bumi berputar.
Lalu, bagaimana jika ingin dikenang dan menjadi seorang yang bermanfaat tapi tak punya apa-apa, hanya memiliki sebuah pena sebagai senjata?
Mari kuatkan tekad, mengikat buah pikiran ke dalam tulisan. Lalu biarkan waktu yang akan menduniakan cerita kita.
7. Mengungkapkan rasa yang tak bisa diucapkan
Mengungkapan rasa secara lisan bisa jadi bukanlah pilihan karena bagi sebagian orang hal itu tampak menakutkan. Ibarat bagai berdiri di tepian jurang. Bukan karena takut tak didengar hanya saja tak yakin jika yang diutarakan akan tersampaikan. Karena itu demi tepat sasaran tak jadi soal jika waktu berlalu bagai kejapan mata, sibuk berjibaku dalam untaian aksara demi menyampaikan asa yang terpendam.
"Karena tulisan mampu menyajikan tiap detil perasaan ketika lisan tak mampu memperjuangkannya."
8. Mengabadikan kenangan
"Beberapa kenangan terlalu berharga sekadar tertanam di dalam ingatan."
Apakah yang tertinggal dari kisah perjalanan hidup yang menyajikan berbagai rasa? Bolehkah jika itu dinamakan sebagai kenangan? Yang ketika mengingatnya ada senyum, tawa bahkan derai air mata.
Tak dipungkiri terkadang kenangan bisa menjadi pedoman layaknya pelajaran bertemakan kehidupan, karena ada banyak nilai berharga terkandung di dalamnya.
Ketika kenangan sarat makna tak mampu disampaikan dengan lisan, tulisan menjadi pelampiasan.
Tenggelam dalam berjuta aksara, bersuka cita meramu kenangan ke dalam lembaran. Berharap menjadi penyemangat bagi yang lelah, menampilkan senyuman meski sekilas.
Sehingga nanti ketika ingatan memudar, kenangan tetap abadi dalam goresan tinta.
9. Untuk mengembangkan minat menulis
Usaha mengembangkan minat menulis pada anak merupakan tantangan tersendiri. Ketika segala cara dan bujuk rayu telah dilancarkan tetapi hasilnya tak kunjung memuaskan terkadang rasanya ingin menyerah. Padahal menulis adalah kegiatan yang tak bisa lepas dari kehidupan. Benar bukan?
Jika sudah begini yang bisa dilakukan hanyalah membuat mereka (anak-anak) menjadi penasaran. Kita hanya perlu konsisten menulis setiap hari, hingga akhirnya mereka akan mendekat dan berkata,
"Ibu lagi ngapain? Kok sepertinya seru?"
10. Berbagi kebahagiaan dengan orang tersayang
"Berada di tempat yang indah, membuatku teringat padamu."
Pernah merasa seperti itu? Perasaan bahagia yang tak mampu diutarakan karena sejuta alasan yang membuat lidah menjadi kelu. Hal tersebut bisa jadi begitu menyebalkan. Jika sudah begini kira-kira hal apakah yang bisa dilakukan?
Menulislah, karena dengan menulis rasa yang tak terungkap dapat mengalir indah lewat aksara. Menulislah tentang tempat atau hal yang menyenangkan, sambil memikirkan mereka yang berharga hingga akhirnya perasaan kita akan tersampaikan.
"Karena itu, keinginan untuk berbagi kebahagiaan dimanapun berada, membuatku tak mampu menggantungkan pena."
Semoga sepuluh hal yang dijabarkan di atas dapat menjadi pencerahan ketika semangat menulis memudar. Pada akhirnya menulis merupakan 'dunia tanpa suara' yang bisa menjadi pilihan yang tepat untuk bebas berkreasi.
Bionarasi : Rosdyana Putri, lahir di Palembang pada tanggal 20 September 1984. Sangat suka menulis dan menggambar. Karya tulis dan gambar dapat dilihat di FB : Rosdyana Putri, IG : @rosdyanapu3, Webtoon : harlembeat7
Keren. ✊✊✊
ReplyDeleteSelalu suka sama alasan para ibu-ibu penulis 😅.
ReplyDeleteSemangat terus kak 💪
Kereen.. Terus berkarya ya ��
ReplyDeleteDuhh iya juga yahh. Keren lah 10 points motivasinya
ReplyDeleteKeren😍😍😍
ReplyDeleteTerus semangat, Kak Ros😆😆😆
Kerenn.. semangattt trus ❤��
ReplyDeleteSemangat terus, kak 😍
ReplyDeleteSetuju banget sama semua poinnya yuk, nulis. Karena tulisan abadi, sedang kita tidak.
ReplyDeleteCaiyo, Ka Put 🖤
Kereen...like this😍
ReplyDeletewaah.. kaan.. menarik untuk di baca..
ReplyDeleteKeren tulisannya, Pu ♥️
ReplyDeleteBener banget, menulis seperti bercerita. Teruslah berkarya dan menulis.
ReplyDeleteAku ada dan ingin d anggap ada ♥️♥️♥️
ReplyDeleteAku padamu
ReplyDeleteBagus Kak, semangat terus berkarya. .. 😊
ReplyDeleteMampir juga yu ke tulisan saya "Kenapa Harus Menulis?"
Gak ada link nya kah kak?
DeleteHai kak, semoga kita selalu semangat untuk terus berkarya💪🔥
ReplyDeleteJangan lupa mampir ke tulisanku yaa😍
Apa nama judulnya kak?
Delete