Dialektika Rasa


Oleh: Anita Selviani


Sebagai seseorang yang sedikit berbicara, saya lebih leluasa mengutarakan suatu hal melalui tulisan tentang segala apapun yang sedang mendiami pikiran saya, dan tentunya masih ada banyak hal lainnya yang menjadi alasan mengapa saya lebih senang bersahabat dengan aksara daripada berteman dengan beragam manusia, berikut diantaranya :



 


  1. Cita-Cita

 Dari sewaktu kecil saya suka sekali membaca buku seperti novel-novel dari penulis terkenal yang karyanya sudah terpampang rapih  di berbagai toko buku di Indonesia. Dari situ seketika terlintas di benak saya, "Pengen deh jadi penulis, enak kali ya jadi penulis, tapi apa saya bisa jadi penulis? Saya kan tidak bisa apa-apa". Dan dimulai dari semenjak lulus SMK saya iseng berkecimpung dalam sebuah aplikasi kuning yang ternyata di dalamnya juga terdapat banyak sekali penulis yang beberapa diantaranya juga telah menciptakan  sebuah karya, dari situ saya mulai mencoba belajar bagaimana cara menciptakan sebuah karya saya sendiri.


  1. Introvert

 Saya sangat sulit sekali mengekspresikan melalui kata-kata bila mengenai hal apa yang  sedang saya rasakan dan saya pikirkan, maka dari itu aksara merupakan sahabat terbaik saya dalam suka maupun duka. Melalui aksara, saya  bisa bebas meluapkan segala resah dan  gundah mengenai peliknya sebuah kehidupan ini. Ditambah lagi dengan satu hal, yang dimana sangat langka sekali di mukabumi ini mulut dan telinga orang-orang yang siap sedia mendengarkan segala keluh kesah saya tanpa menghakimi terlebih dahulu, saya lelah dihakimi terus, sebenarnya mereka itu peduli atau hanya pura-pura tuk peduli.


  1. Teman

Seperti yang dituliskan oleh salah satu sastrawan Indonesia yaitu alm. bapak sapardi djoko darmono, dalam puisi nya beliau  menulis, "Pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi, tapi dalam bait-bait sajak ini, kau takkan kurelakan sendiri".  Ya, saya berharap ketika saya telah tiada nanti tulisan-tulisan saya dapat bermanfaat untuk orang banyak, dapat menemani mereka  agar tidak selalu merasa sendirian dalam menjalani peliknya kehidupan. Karna hanya melalui tulisan, saya bisa menjadi diri saya sendiri, bebas mengekspresikan apa yang sedang saya rasakan. Dan hanya tulisan, tempat curahan hati tanpa bisa mencela ataupun   menghakimi saya sedikit pun.


  1. Lupa

Asy-Sya'bi rahimahullah berkata, yang artinya : 

             "Apabila engkau mendengar sesuatu ilmu, maka  tulislah meskipun pada dinding"

Daya ingat manusia itu lemah, mereka sering kali menjadi pelupa, termasuk juga saya. Maka dari    itu, bagi saya menulis itu penting, agar ilmu yang telah kita pelajari tidak mudah dilupakan begitu saja, karena pada sebelumnya kita telah mencatat ilmu itu supaya   mudah diingat. Saya tidak mau menjadi manusia bodoh, meskipun dalam hal pelajaran saya juga tidak   pintar-pintar banget, mungkin bisa jadi saya jauh dari  kata pintar. Namun, bukankah setiap manusia mempunya keahlian di bidangnya masing-masing?

 

  1. Nafas

Menulis itu bagaikan nafas untuk saya, acap kali pikiran saya di penuhi hal hal yang tidak bisa saya utarakan maka saya akan menulis. Ketika saya sedang merasa sedih, jatuh cinta, bahagia, marah, rindu, takut, saya biasa meluapkan hal itu melalui untaian- untaian kata. Menulis sudah menyatu ke dalam diri saya, karena satu satunya hal yang dapat memahami diri saya sendiri dari segi apapun itu yaa hanya tulisan-tulisan saja. Entah tulisan itu berupa novel, puisi, cerpen, atau hal apapun itu mereka sudah seperti sahabat terdekat yang siap sedia menemani saya dalam kondisi apapun.

 

  1. Overthinking    

Deru badai kehidupan seringkali datang silih berganti tanpa henti. Ketika malam hadir, pikiran saya seringkali dipenuhi oleh hal-hal yang mungkin seharusnya hal itu tidak perlu terlalu di pikirkan secara berlebihan. Seperti hal nya masa depan yang kita sendiri belum tau hal apa yang akan terjadi nantinya, banyak sekali kegelisahan dan ketakutan yang hadir menyelimuti saya di malam hari.Untuk melepaskan semua hal itu, mau tidak mau jari jemari saya diharuskan untuk menari bersama aksara, berkutat dengan pikiran, meluapkan segala resah dan gundah hingga saya terlelap dengan sendirinya.

 

  1. Seutas Rasa

Tentang cinta, saya begitu sangat malu-malu untuk mengungkapkannya. Terlebih bila menyangkut rindu, palung hati saya pasti begitu sangat teriris di dalam kalbu. Namun, bila saya sedang merasakan kedua hal itu, satu-satunya hal yang dapat saya lakukan hanyalah mensunyikan diri berteman dengan aksara. Akan saya tuliskan beribu untaian sajak yang berisikan bagaimana indahnya jatuh cinta dan betapa sakitnya bila sedang merindu. Karena, sampai detik ini saya hanya bisa menangis bila sedang merindu, dan tersenyum malu-malu bila sedang jatuh cinta yang dimana hal itu hanya bisa saya curahkan melalui bait-bait rasa yang akan mengalir begitu saja  dengan sendirinya.

 

  1. Hoby dan Harapan

Sebagai anak remaja yang masih berusia belasan tahun, traveling merupakan salah satu hobi saya, terdapat juga sebuah impian agar saya bisa menjelajah alam Indonesia, syukur-syukur bisa keliling dunia. Namun, saya tidak mempunyai cukup uang bila hal itu saya  lakukan menggunakan uang pribadi saya sendiri. Inspirasi saya dalam menulis yaitu saya ingin seperti @asmanadia yang dapat keliling dunia gratis hanya dengan menulis. Saya juga ingin seperti @afuadi yang mendapatkan beasiswa di 5 benua hanya dengan mantra

"Man Jadda Wajada". Orang bilang mimpi saya terlalu tinggi, namun saya bilang bukankah Allah akan bersama orang-orang yang mau berusaha?

 

  1. Dunia Khayalan

Saya suka sekali berimajinasi, dari pada imaji tersebut hanya terangkai mendiami pikiran saya, lebih baik saya tuangkan ke dalam tulisan agar dapat menjadi sebuah karya. Mau itu karya tersebut ada pembacanya atau tidak, dapat terbilang bagus atau malah sebaliknya, setidaknya hal tersebut sudah sedikit mengurangi beban pikiran saya. Karena, menuangkan imaji kedalam tulisan itu rasanya seperti sedang bercerita kepada manusia meskipun nyatanya ia hanya secarik kertas. Ya, hal itu membuat lega

 

  1. Aksara Luka

Menulis bagi saya bukan hanya sekedar tentang bagaimana merangkai kata-kata agar dapat menjadi suatu kalimat. Jauh disana saya membangun sebuah labirin bertembok tinggi nan kokoh, di dalamnya terdapat banyak sekali perlawanan kuat antara gejolak batin dan akal sehat. Seperti kata salah satu penyair favourite saya @zhafirakalanka "Setiap kalimat memiliki alamat, -jika aku boleh berbicara- kalimat tidak akan lagi menjadi sebuah obat/alat untuk memutar balikkan siklus sayat-menyayat". Dari beberapa rentetan kalimat-kalimat yang hanya dapat saya goreskan pada secarik kertas, disana terdapat luka dan harapan yang bertengkar hebat serta begitu sangat menyengat, dan pastinya mempunyai alamat.

 

 

Tentang Penulis :

Perkenalkan, saya Anita Selviani seorang remaja labil yang hanya bisa mengungkapkan segala sesuatu melalui tulisan. Banyak impian-impian saya yang bila saya ceritakan kepada manusia, namun mereka hanya bisa mematahkan. Maka dari itu, saya memilih aksara untuk menjadi teman saya bercerita. Bila ingin kenal lebih lanjut bisa hubungi ig : @anslvni_


 

Share:

17 comments :

  1. Kereen Kak, semangat terus berkarya🥰

    ReplyDelete
  2. Krisan sedikit, mungkin karena posting deri HP jadi jarak tulisan agak berantakan.
    Sebaiknya dirapikan lagi supaya enak bacanya. Over all bagus Kak💙💕

    ReplyDelete
  3. Bagus kaka ,semangat yaa kaka😚❤

    ReplyDelete
  4. Masya allah keren... Semangat nit olaf kesayangan😘

    ReplyDelete
  5. Masyaa Allah 😍
    Semangat terus, kak 🤗

    ReplyDelete
  6. Mungkin belum smw terbaca tapi isi dari rangkumannya bagus.
    Semangat trs ya dhe utk tulisannya karena dari tulisan itu kita beprestasi semangat ya adheq.
    By : fernitha §h

    ReplyDelete
  7. Ma shaa Allah, Kak. Keren pol!!! Semangat terus ya nulisnyaaa😍😍

    ReplyDelete
  8. Aksara adalah teman bercerita🥰maa syaa Allah, semangat terus kak! semangat menggoreskan banyak tinta kebaikan✨

    ReplyDelete
  9. Introver :) menulis adalah teman

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis