Dependensi Akan Dunia Literasi



Oleh :Alfiani Harun

 

Meski tingkat kecerewetanku di atas rata-rata, terkadang ada hal yang tetap tak bisa diucapkan secara lepas. Dibahas kurang nyaman, didiamkan pun tak lantas menyelesaikan masalah.

 

Jika sudah demikian, biasanya aku memutuskan menulis saja. Dengan menulis, aku bisa menuangkan semua ide yang tak sempat diucapkan secara lisan tadi. Aku bisa memaparkan dengan jelas tanpa rasa gugup dan takut akan menuai protes. Aku jadi punya wadah untuk menyimpan keluh kesah sambil sesekali membukanya di waktu luang sebagai pengingat diri.

 

Dunia literasi merupakan hal baru buat aku. Baru setahun ini aku bergelut di dalamnya. Tak heran jika tulisanku jauh dari pemilihan kata-kata yang tak lazim. Jadi, membacanya seperti melintasi jalur tol, lurus tanpa ada pemandangan yang menakjubkan sehingga terlihat monoton dan kurang menarik.

 

Meski begitu, tak lantas membuat semangatku surut hingga ke basement. Bagiku, setiap tulisan ada pasar tersendiri. Berbekal prinsip itulah aku tetap melanjutkan aktivitas menulis ini. Justru menulislah yang menjadi wahana bagiku untuk menjelajahi aneka diksi yang sebelumnya tak pernah terpikir olehku. Agar kelak tulisanku bisa menyentuh hati pembaca.

 

Meski begitu, bermain aksara tidak selalu mudah. Seperti cuaca yang rentan akan perubahan, apalagi jika itu makhluk bernama perempuan. Tak terkecuali aku. Terkadang uring-uringan karena bad mood berkepanjangan.

 

Akan tetapi, aku berusaha untuk tetap menulis sebagai relaksasi batin. Di sanalah kuluapkan semua emosi, kemarahan, dan kekecewaan yang kurasakan. Menuangkan "ramuan formula" untuk kesembuhan jiwa agar tetap semangat menjalani hidup walau ujian datang silih berganti.

Dengan demikian, proses self-healing akan berjalan mudah dan tak butuh waktu lama. Senyumku akan secerah mentari lagi dan aku siap menyambut hari dengan semangat baru.

 

Dalam keseharian, manusia terkadang butuh pengalihan dari rutinitas agar hidup tidak monoton dan terasa membosankan. Ada beberapa orang yang mengerjakan sesuatu karena pertimbangan finansial, bukan karena mereka menyukai dan berbakat di bidang tersebut. Hubungannya semacam kewajiban saja, bukan karena passion. Jadi, manusiawi jika kita kadang bosan karena tidak ada chemistry yang terbentuk. Begitu pun denganku.

 

Karenanya, aku butuh menulis sebagai aktualisasi diri. Mengasah dan mengembangkannya hingga menjadi sebuah karya yang dinikmati banyak orang dan mereka bisa mengambil manfaat dari tulisan itu. Paling tidak menjadi motivasi saat lelah menyambangi jiwa. Biasanya setelah membaca tulisan sendiri, jiwa akan kembali segar seperti gawai yang telah di-chargeMembuatku kembali bersemangat untuk melangkah di masa depan dengan menjadikan masa lalu

sebagai pembelajaran.

 

Seperti orang kebanyakan, aku juga suka mengenang setiap kejadian dalam hidup, terlebih untuk hal yang membahagiakan. Namun, sebagai manusia biasa, kadang memori kita tak cukup menampungnya. Meski sudah tersusun rapi di serebrum, tetap saja ada yang berceceran.

 

Demi usaha merapikan, aku menyimpannya dalam bentuk tulisan. Ya, dengan menulis aku mengabadikan beberapa momen perjalanan dalam hidup. Agar kelak meski raga sudah menua, aku dapat kembali mengunjungi walau dalam bentuk virtual. Sebagai alarm untuk tetap bersyukur pernah diberi kesempatan oleh Sang Pemilik Hidup merasakan kenikmatan di bumi-Nya.

 

Walaupun beberapa harus berakhir sebatas imaji saja.

 

Aku tipikal yang tak kuasa membendung imaji agar tetap berada di garis realita. Alih-alih menghentikan, seringnya malah kuberi pupuk agar subur dan terus merimbun. Dan salah satu imaji yang kujaga adalah kamu.

 

Aku menuangkan semua itu dalam selaksa aksara agar tak sekadar menjadi bunga tidur. Walau hanya ilusi, aku ingin merealisasikannya lewat tulisan. Lihatlah, betapa aku bahagia melakukannya. Hingga tak kuasa menyembunyikan semburat merah ketika harus membayangkan kita layaknya pasangan dengan kebahagiaan yang membuncah. Meski setelahnya aku dihempaskan pada realita bahwa sebenarnya aku tak pernah ada di hatimu. Walau pada kenyataannya aku harus bermonolog tentangmu, setidaknya membuatku belajar public speaking.

 

Menyusun kalimat dalam proses penulisan secara tidak langsung menjadikan aku belajar berbicara dengan lugas. Mengumpulkan diksi dari hasil membaca membuat aku berusaha merangkai sedemikian rupa agar menyentuh hati pembaca. Begitu pun ketika berbicara dengan orang-orang.

 

Menulis merupakan waktu terbaik untuk aku sounding ke diri bagaimana berdialog yang benar agar terdengar menarik dan menyenangkan sebagaimana dialog pada naskah. Mungkin tidak seefektif jika belajar langsung tentang public speaking. Namun, paling tidak sebagai langkah awal, bolehlah diterapkan. Agar kelak jika bertemu dengan orang banyak, khususnya teman literasi, aku bisa mengatasi kegugupan yang mendadak hadir membungkam lisan.

 

Mengikuti berbagai tantangan menulis membuatku bertemu dengan circle pertemanan yang memiliki pemikiran yang sama. Saling mendukung dalam banyak hal, terutama pengembangan diri dalam dunia literasi. Saling mendukung untuk tidak minder hanya karena tulisan kita tidak sekeren tulisan orang. Meyakinkan satu sama lain bahwa setiap tulisan ada penikmatnya sendiri.

 

Meski kita memiliki karakter masing-masing dalam menyajikan cerita, tetapi aku percaya kita mempunyai tujuan yang sama. Walau kita menyuguhkan sudut pandang yang berbeda setiap kali menulis, tetapi aku percaya kita selalu merujuk pada satu cita; ingin memberi manfaat kepada sesama.

 

Ada banyak jalan yang dapat ditempuh untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang banyak dan menulis merupakan salah satunya. Aku memilih menulis sebagai salah satu cara untuk menebar kebaikan.

 

Aku berharap melalui rangkaian aksara yang kususun dalam kalimat tersebut mampu membuatorang lain mengambil hikmah. Menjadi pelajaran untuk melangkah di masa depan. Pun jika ingin menambah keterampilan atau mengasah kreativitas, semoga mereka cukup terbantu dengan paragraf yang aku bagikan.

 

Selain itu, semoga waktu yang aku sisihkan untuk menulis ini, dapat menjadi ladang pahala sebagai pemberat timbangan amal kelak. Hal ini juga yang memotivasi untuk menulis. Karenanya, demi mempersembahkan tulisan yang menyentuh hati pembaca, aku rela meluangkan waktu untuk membaca berbagai artikel dan buku.

 

Membaca bukan hal baru buatku. Sejak dahulu, aku memang suka membaca tulisan orang-orang. Terkadang aku salin jika menemukan puisi atau artikel yang berkesan untuk kuabadikan di buku harian agar tak hilang begitu saja.

 

Saat itu, belum terlintas dalam benakku akan menjadi bagian dari mereka yang menciptakan karya berupa tulisan. Namun, siapa sangka bertahun-tahun kemudian malah ikut nyemplung dan tenggelam di lautan aksara. Terlalu nyaman hingga enggan untuk beranjak. Layaknya orang kasmaran, aku selalu ingin memberikan yang terbaik versi aku. Meski belum tentu orang di luar sana terkesan. Tak mengapa. Bagiku, terus belajar adalah cara terbaik untuk menaklukkan dunia dan tentu saja mewujudkan mimpi.

 

Demikianlah alasan aku mengapa memilih untuk menulis. Semoga menjadi motivasi bagi teman-teman yang ingin menulis tetapi ragu untuk memulai. Mari segera temukan alasan kamu menulis, lalu tuangkan segera tanpa harus terbebani penilaian orang. Setiap tulisan punya jatah penggemar masing-masing. Tak perlu khawatir, cukup jadi diri sendiri. Mulailah terbitkan naskahmu dan buat dunia jatuh cinta pada tulisanmu.

 

Tentang Penulis:

 

Alfiani Harun, perempuan mandiri yang menyukai kreativitas dan pencinta tanaman. Mencoba menulis di tengah kesibukannya sebagai penggiat UMKM di dunia fashionTerlalu heboh di dunia maya, tetapi suka kaku di dunia nyata. Teman curhat yang baik buatmu. Sosoknya bisa dikenali melalui IG: @fifiealfiani.

 

 

Share:

17 comments :

  1. Menarik dan ringan untuk dibaca. Tulislah tentang passionmu di dunia fashion...

    ReplyDelete
  2. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. tetap semangat agar tdk hilang dari masyarakat..

    ReplyDelete
  3. Selalu suka tulisan kak fiani,tulisan dan karyanya selalu menarik buatku...
    Semanagatt Terus berkarya kak,insya Allah kedepannya karyanya akan lebih dikenal byk orang..aamiin😇🥰

    ReplyDelete
  4. Barakallahu fiik......
    Semangat terus dalam berkarya

    ReplyDelete
  5. Mantaapp,,,sukses selalu dalam berkarya syg 🙏

    ReplyDelete
  6. Menarik kak, aku jadi ngerasa ngomongin diri sendiri yang cerewet tapi karena beberapa hal jadi gak bisa dengan mudah mengungkapkan. Thank you

    ReplyDelete
  7. Terimakasih apresiasinya mba...hayuk semangat nulis tiap hari ♡

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis