Dengan Menulis, Melalui Tulisan, Bacalah Aku.




OLEH : TIRTA DWI CHANDRAYANI

 

Menulis dan Introvert adalah dua hal yang mendeskripsikan aku, but being introverted person isn't my will and that isn't my choice.

 

Introvert bukanlah kepribadian menyenangkan melainkan kepribadian dengan banyak tantangan atau tepatnya cobaan. Para introvert memiliki satu masalah yang sama yakni kelemahan dalam mengutarakan perasaan. Bagaimana aku harus bersikap ? Bagaimana harus berbicara ? Mengapa aku diabaikan ? Mengapa aku terus tak didengarkan. Dan seringkali hal semacam itu membuatku frustasi.

 

Aku menemukan jalan keluar dimana aku bebas berkata-kata tanpa suara dan itu melegakan. Menulis adalah jawabannya sebagai media terapi hati. Membantuku mengenali diriku lebih baik lagi. Introspeksi apa yang semestinya diperbaiki. Dengan menulis juga kutemukan beragam kebahagian. Lalu tiap kalimatnya bisa kurasakan kebebasan. Karena setiap tulisan terasa bermakna dari sekadar lisan. Dan jika bahasa tak didengarkan, maka akan kusampaikan lewat tulisan.

 

Seiring waktu kalimat sindiran "Jangan jadi katak dalam tempurung" semakin sering aku dengar seiring bertambahnya usia. Rasanya menjengkelkan, namun itulah kenyataan. Seorang introvert dituntut agar bisa mengikuti gaya hidup seseorang ekstrovert. Percayalah itu sangat melelahkan. Alih- alih menolak malah nantinya aku akan dicibir "kampungan".

 

Karena itu aku menjadi sulit terbuka apalagi membagi bebanku dengan orang lain. Hanya karena aku terlalu takut dianggap berbeda. Terlalu malu mengatakan jika kesendirian membuatku merasa nyaman. Tidak ada yang mau mendengarkan, lantas kutuangkan saja semua kekesalan dan amarahku pada tulisan. Karena tidak baik jika terus menyimpannya dalam diam. Dan lagi menulis membawaku kepada kedamaian. Dengan menulis kutemukan wadah untuk kubagikan beragam kisah.

 

Selain itu, aku dan menulis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Menulis adalah bagian dari diriku. Layaknya seseorang manusia, ia yang paling memahami setiap perasaanku. Tiada hari tanpa menulis, karena terus kutemukan kenyamanan yang tercipta lewat setiap tulisan. Di sana kutemukan senyumku, tawaku, sedihku yang tidak pernah aku tunjukkan kepada dunia.

 

Aku tidak pernah memikirkan hal yang berlebihan. Cukup aku tulis dan tulis apapun itu. Keseharianku, pengalamanku, keresahanku dan keluh kesahku. Sepatah, dua patah kata di setiap harinya siapa yang akan peduli ? Lagi dan lagi menulis terlanjur cocok dengan kepribadianku yang introvert. Menulis juga mengajariku tentang bercengkerama dengan dunia melalui deretan aksara.

 

Sama seperti kata Stephen King "menulis berarti menciptakan duniamu sendiri". Mengembangkan kreatifitas tanpa perlu takut akan batasan. Lebih daripada itu menulis adalah kehidupan. Dari banyaknya godaan instan tanpa menggunakan pikiran. Kugunakan rangkaian kata untuk membuat tulisan tetap bertahan karena beberapa kalimat terkadang akan sulit untuk diucapkan. Namun mampu tersampaikan baik lewat deretan tulisan.

 

Menulis mengajarkanku untuk berterima kasih dengan sederhana. Menghargai Sastra Indonesia dengan cara paling terpuji karena baik maupun buruk tulisan adalah hasil karya yang paling berharga bukan ? Didalamnya akan ditemukan nilai keberanian, kejujuran dan harga diri. Dan ada kegigihan tekad dibalik setiap tulisan yang hebat. Aku harap tulisanku menarik untuk dibaca dan diterima dengan baik oleh pembaca dan juga akan meninggalkan kesan baik pula mengenai aku.

 

Lagipula ada sebuah pepatah mengatakan, harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Jika begitu sampai kapan nama akan tersemat dalam ingat ? Bagaimana aku akan dikenang setelah tiada ? Sebab yang ku tahu manusia adalah bentuk kefanaan paling nyata. Dari yang semula tiada menjadi ada dan akan kembali tiada. Bagaimana aku akan bertahan di tengah ketidakberadaan ? Sedangkan aku tidak ingin hilang dari peradaban.

 

Aku ingin terabadikan dalam coretan bersama kebaikan. Agar nanti, ada masa dimana seseorang akan memetik manfaat dan harapan setelah tiadaku melalui tulisan. Aku hanya ingin terus meraup amal di setiap kesempatan yang terlanjur menyempit. Dengan menulis aku ingin berakhir dengan nama baik bukan sebaliknya.

 

Tidak heran jika menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh allah. Karena semua orang layak menulis sayangnya tidak semua orang suka menulis. Melalui jari-jemariku, tulisan kujadikan objek beragam alasan berbuat kebaikan. Entah nantinya akan berujung penerimaan atau penolakan.

 

Contohnya seperti saat sahabatku depresi. Aku berusaha menuliskan quote penyemangat seperti "Kamu tidak sendirian, aku akan terus bersamamu. Mari kita saling bertukar cerita tentang masalah yang ada. Jangan pernah menyerah. Kita wanita dan kita kuat, untuk alasan itulah kita diciptakan". Beberapa orang akan terus mengatakan itu berlebihan. Tapi aku tidak pernah peduli apalagi sedih. Justru yang menakutkan adalah saat aku tidak bisa menuangkan perasaan dalam bentuk apapun, terlebih tulisan.

 

Sebab melalui tulisan seseorang akan menemukan cerminan diriku. Setiap kata dan kalimat yang aku gunakan akan berdampak baik atau buruk terhadap penilaian diriku. Menulis dengan hati dan tidak berharap dipuji adalah cara terbaik mengambil simpati seorang pembaca. Cukup diniatkan saja aku menulis hanya sebagai media berbagi kisah.

 

Aku menulis semua peristiwa yang sengaja tertangkap netra Lalu semua hal yang masuk ke telinga kanan dan kiri. Ku tulis dengan hati-hati, menuangkan segala perihal rasa. Kugunakan juga bahasa yang terbaik agar aku tidak sampai menyakiti hati. Sebab melalui lisan dan tulisan aku akan terdeskripsikan dengan rapi.

 

Karena apa yang telah aku tulis, tidak akan pernah bisa aku hapus lalu terlupakan begitu saja. Setiap kata memiliki arti, dan aku tidak bisa menyangkalnya begitu saja. Setiap kalimat memiliki perasaan, dan aku tidak bisa mematikannya begitu saja. Memangnya aku siapa ? Penyair ? Novelis ? Sastrawan ? Tidak. Aku bukan siapa-siapa.

 

Aku hanya ingin bebas berekspresi, tanpa takut dihakimi. Ingin bebas terbang, tanpa merasa dikekang. Aku hanya ingin bebas berkarya dengan berkata-kata. Bebas merangkai katadengan ribuan aksara. Karena aku telah menemukan diriku pada setiap jeda kata. Terselip bahagia pada setiap kalimat yang aku baca. Dengan menulis aku ingin mati dipeluk sastra.

 

Dan kurasa menulis adalah salah satu cara terbaik mengalihkan rindu yang begitu menyesakkan dada. Sebab perasaan rindu bukan hanya tentang satu temu tapi ia lebih daripada itu. Bersama pena, jari-jemariku menari di atas secarik kertas merah muda. Pikiranku yang melanglang buana, berkelana entah kemana. Tahu-tahu rangkaian kata sudah tersaji saja di depan mata.

 

Aku butuh mendeskripsikan rindu seperti apa yang datang mengganggu. Agar nantinya aku tidak keliru untuk menuliskanya dalam rasa suka atau duka. Kau pun masih menjadi alasan pada setiap kalimat yang beranak pinak. Menggambarkanmu dengan jelas melalui larik-larik puisi. Jika menulis mengerti apa yang diinginkan hati, maka tulisan akan lahir sebagai bukti.

 

And last but not least, alasanku melakukan hal membosankan yang sering mereka sebut dengan Menulis. Alasanku menginginkan embel picisan yang sering mereka sebut dengan Penulis. "Apa untungnya menulis, membuang waktu saja!"

 

Di planet bumi, setiap manusia punya cara pandang yang berlainan. Di planet bumi, setiap manusia punya cara bersenang yang beragam. Di planet bumi, setiap manusia punya kapasitas otak yang berbeda. Sama halnya dengan, beberapa orang akan mendaki jika mereka menyenanginya. Beberapa orang akan bernyanyi jika mereka menyukainya. Beberapa orang akan menulis jika mereka mencintainya Bersama kita belajar menghargai batasan yang ada. Karena porsi bahagia setiap orang tidak akan pernah sama. Percayalah, kita semua hebat di bidang kita masing-masing.

  

                                                                                          

                                                                                                                                                                                                         (Pulau Bunyu, 08 Agustus 2020)

 

 

Tentang Penulis :

Nama lengkapku Tirta Dwi Chandrayani, tapi orang terdekatku senang memanggilku Tita. Asalku dari Pulau Bunyu, Kalimantan Utara. Aku sulung dari tiga bersaudara, kedua adikku adalah laki-laki. Aku adalah seorang Capricorn. Memiliki kegemaran membaca, menulis sekaligus mendengarkan musik. "Tulis apa yang kamu kerjakan, kerjakan apa yang kamu tulis" adalah kutipan kesukaanku.

 

Share:

12 comments :

  1. Hai, Kak Tita terus semangat, ya.
    Yuk, mampir di karyaku.

    PERBINCANGAN AKSARA oleh Iis Muala Wati

    ReplyDelete
  2. Hai, semangat juga kak.. Otw mampir..๐Ÿ˜Š

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. Haloo Tita. Baguss banget. Semangat berkarya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih.. Dirimu juga.. Sukses selalu..๐Ÿ˜˜

      Delete
  8. Sini bagi bebanmu. Siapa tau bisa bantu.��
    Tetap semangat berkarya. Q dukung apapun itu

    ReplyDelete
  9. Hai kak, semoga kita selalu semangat untuk terus berkarya๐Ÿ’ช๐Ÿ”ฅ
    Jangan lupa mampir ke tulisanku yaa๐Ÿ˜

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis